Marry Me or Be My Wife (End)

By AllyParker8

4.5M 213K 6.1K

Evelyn terpaksa harus menjalani pernikahan bisnis dengan pria cuek yang sombong, Armando Alfian Brawijaya, de... More

Bab 1 - Perjodohan
Bab 2 - No Love
Bab 3 - The Broken Heart Bride
Bab 4 - Married Couple
Bab 5 - Dinner
Bab 6 - Hate, Hate, Hate
Bab 7 - Lovely Gift
Bab 9 - Jealousy?
Bab 10 - Mad at You
Bab 11 - Flower
Bab 12 - Sweet Time
Bab 13 - Tersesat
Bab 14 - Won't Let You Go
Bab 15 - Stuck in the Moment With You
Bab 16 - Smile For Me
Bab 17 - Problem
Bab 18 - It's Gonna be Okay
Bab 19 - Close to You
Bab 20 - Surprise Hug
Bab 21 - What is Love?
Bab 22 - Look at Only Me
Bab 23 - Cute Jealousy
Bab 24 - Unseen Storm
Bab 25 - I'll Protect You
Bab 26 - Guilty
Bab 27 - Don't Hate Me
Bab 28 - Lyra
Bab 29 - Hold Me
Bab 30 - Realize (End)

Bab 8 - Party

142K 7.2K 206
By AllyParker8

Party


Sejak insiden nasi goreng asin hampir seminggu lalu, belum sekali pun Arman membahas insiden itu. Meski setiap kali mereka ada di ruang makan, Evelyn bisa melihat Arman berusaha menahan senyumnya. Terkadang malah pria itu sengaja memalingkan wajah dari Evelyn untuk menyembunyikan senyum. Meski begitu, Evelyn bahkan tak bisa protes.

Namun malam itu, ketika Evelyn mengenakan gaun yang dihadiahkan Arman, yang membuat Arman harus merasakan nasi goreng asin itu, Evelyn tak bisa diam saja. Ia melirik Arman yang duduk di sebelahnya di mobil pria itu, sementara Luki menyetir dan Riani duduk di jok depan.

"Apa makanan kesukaanmu?" Evelyn memulai.

"Nasi goreng," jawab Arman cepat.

Evelyn mengumpat dalam hati.

"Oke, waktu itu aku masih belajar," Evelyn mengakui. "Garamnya kebanyakan."

Arman mengangguk sembari berusaha menahan senyum.

"Aku terus latihan masak abis kejadian itu," Evelyn menyebutkan.

"Aku tau," balas Arman. "Kamu ikut kelas masak, kan? Riani udah bilang ke aku."

Evelyn berdehem.

"Trus, sekarang gimana hasilnya?" tanya Arman.

Evelyn kembali berdehem. "Semua butuh proses. Nggak ada yang instan. Dan proses itu panjang waktunya. Nggak mungkin dalam semalam aku langsung jago masak, kan?"

"Nggak semalam juga, sih," Arman membalas. "Empat malam? Kalau dihitung dari insiden nasi goreng itu, empat malam, bukan?"

Evelyn menahan emosinya. Baiklah. Toh memang dia yang salah.

"Ini pestanya di mana, sih? Masih jauh?" Evelyn mengalihkan pembicaraan.

"Bentar lagi juga nyampe," Arman menjawab santai.

Evelyn sudah akan protes ketika mobil itu berbelok ke pelataran parkir sebuah hotel berbintang. Terpaksa ia menelan lagi protesnya. Apalagi saat ia turun, Arman memegangi tangannya, membantunya turun dari mobil.

Evelyn menautkan tangannya di lengan Arman sebelum mereka berjalan memasuki hotel itu. Pestanya diadakan di ballroom hotel itu. Pak Hendri dan istrinya menghampiri dan menyapa Arman dan Evelyn saat melihat mereka.

Istri Pak Hendri bertanya tentang kabar ibu Evelyn. Meski Evelyn belum sempat melihat ibunya lagi sejak ia menikah, tapi ia beberapa kali menelepon ibunya menanyakan kabar, dan ayah ibunya sepertinya baik-baik saja. Berkat pernikahannya dengan Arman. Bahkan kemarin, orangtuanya baru saja berangkat berlibur ke luar negeri, dengan paksaan Arman. Pria itu bilang, setelah menghadapi masalah perusahaan kemarin, orangtua Evelyn perlu liburan. Bahkan papa Arman juga akan bergabung dengan orangtua Evelyn.

Istri Pak Hendri lantas membawa Evelyn pergi dari Arman dan memperkenalkan Evelyn pada tamu-tamu yang ada di sana. Dari Arman, Evelyn mendengar jika pasangan suami istri ini tidak mempunyai putra. Karena itulah Pak Hendri dan istrinya sangat menyukai Arman. Hari ini adalah pesta ulang tahun perusahaan mereka sekaligus perayaan ulang tahun pernikahan perak mereka. Karena itu, Arman meminta Evelyn untuk bersikap manis di depan mereka. Setidaknya itu yang dikatakan Arman ketika mereka bersiap-siap ke pesta tadi.

Tapi bahkan meskipun Arman tidak meminta, Evelyn akan bersikap manis di depan mereka. Mereka toh orang yang baik. Lihat betapa mereka sangat menghargai dan memperhatikan Evelyn.

Setelah memperkenalkan Evelyn pada para tamunya, istri Pak Hendri itu meminta Evelyn memainkan piano untuknya. Bahkan sebelum Evelyn sempat menyetujui, istri Pak Hendri sudah mengumumkan dari stage di depan bahwa Evelyn akan memberikan lagu selamat untuk pestanya ini.

Tak punya pilihan lain, Evelyn berjalan ke arah piano di sudut ruangan. Ia menarik napas dalam, sebelum memainkan melodi lagu ulang tahun, sebelum dilanjutkan dengan Beloved dari Yiruma. Di tengah permainannya, Evelyn menatap ke satu titik dan langsung menemukan Arman di sana.

Pria itu menatapnya lekat, tersenyum. Evelyn bahkan tak sadar ia sudah membalas senyum Arman. Mengakhiri permainan pianonya, suara tepuk tangan memenuhi ball room hotel. Istri Pak Hendri menghampiri dan memeluknya. Beberapa wanita-wanita lain yang seusia ibunya juga menghampirinya, memuji kecantikan dan kemampuan bermain pianonya.

Namun di sela kerumunan itu, Evelyn kemudian melihat Arman bersama seorang wanita. Evelyn tak mengenali wanita itu. Satu hal yang Evelyn tahu; ia cantik. Rambut pendek sebahunya membingkai wajah kecilnya dengan sempurna. Gaun yang dikenakannya juga tampak modis.

Evelyn memperhatikan Arman mengobrol dengan wanita itu. Sementara wanita itu tak hentinya tersenyum pada Arman. Siapa dia? Saudara? Bukan. Papa Arman adalah anak tunggal, dan Arman hanya punya satu adik bernama Lyra. Juga, wanita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Lyra. Lyra jauh lebih cantik dari wanita itu. Evelyn juga lebih cantik dari wanita itu. Seharusnya begitu.

Syukurlah istri Pak Hendri itu kemudian membawa Evelyn pergi dari kerumunan itu dan kembali ke Pak Hendri. Memanfaatkan itu, Evelyn pamit untuk mencari Arman. Namun setelah ia menemukan Arman, bukannya menghampiri suaminya itu, Evelyn justru bertanya pada Riani yang sedari tadi memang mengikutinya,

"Siapa cewek itu?"

Riani menatap Evelyn bingung.

Evelyn mengedikkan kepala ke arah Arman. "Cewek yang sama Arman itu."

Riani menoleh ke arah Arman. "Oh, Bu Intan. Putri direktur DIA Construction."

Evelyn mendengus kasar. "Mereka teman kuliah? Atau rekan bisnis? Dia kerja di perusahaan juga?" buru Evelyn.

"Bu Intan tidak bekerja di perusahaan, tapi punya bisnis sendiri. Bu Intan mempunyai bisnis restoran. Restoran tempat makan malam Bu Evelyn dan Pak Arman bersama Pak Hendri dan istrinya itu adalah milik Bu Intan," Riani menerangkan.

Evelyn mengernyit tak suka. Kenapa Arman membawa Evelyn ke restoran itu?

"Ah, dua tahun lalu ada kabar kalau Pak Arman dan Bu Intan berkencan, tapi sebenernya, Bu Intan yang memang menyukai dan mengejar-ngejar Pak Arman, Bu," lanjut Riani.

Mendengar itu, Evelyn melotot. "Arman sepopuler itu?" desis Evelyn.

Riani tampak terkejut, sebelum mengangguk.

Evelyn menatap Arman yang masih bersama Intan, kekesalan mendadak memenuhi dadanya. Pria sombong sok populer itu. Apa dia lupa jika dia sudah menikah? Berani-beraninya dia bermesraan dengan wanita lain seperti itu di depan umum?

Evelyn lantas melangkah menghampiri Arman. Ia nyaris saja mengumpat ketika Arman terkejut melihat kehadirannya. Reaksinya persis seperti seorang pria yang tertangkap basah berselingkuh. Namun belum sempat Evelyn melemparkan kata-kata pedas, pria itu tiba-tiba meraih pinggang Evelyn dan menarik Evelyn mendekat.

"Sayang, kamu ke mana aja? Dari tadi aku nyariin kamu," Arman berkata.

Evelyn berusaha mengontrol ekspresinya dan memasang senyum. Ia lalu menatap ke arah Intan dan mendapati ekspresi cemburu di wajah wanita itu. Tunggu. Arman tidak melakukan ini untuk membuat wanita itu cemburu, kan? Apa dia gila popularitas?

"Permainan pianomu tadi menakjubkan," Arman kembali berkata.

Pujian ini juga untuk membuat Intan semakin cemburu, kan?

Evelyn kembali memasang senyum sebagai balasannya.

"Ini istrimu?" Intan tiba-tiba berbicara.

Ya, aku istrinya! Pria ini sudah menikah!

Ingin sekali Evelyn berteriak begitu, tapi ia hanya menjawab dengan senyum dan anggukan.

"Kenalin, ini istriku, Evelyn Amanda Dirgaraya," Arman memperkenalkan Evelyn pada wanita itu.

Intan tersenyum tipis, senyum terpaksa, lalu mengulurkan tangannya.

"Intan Virenia," wanita itu menyebutkan namanya.

Evelyn menyambut uluran tangannya.

"Aku nggak dapat undangan pernikahan kalian, jadi aku nggak bisa datang meski aku ingin," kata Intan sembari melepaskan tangan Evelyn.

Arman tidak mengundangnya? Kenapa? Pria itu khawatir akan menyakiti perasaan wanita ini? Brengsek, Arman!

"Maaf, sepertinya kesalahan sekretarisku. Aku pribadi cuma ngundang orang-orang dekat aja soalnya," Arman membalas.

Evelyn mengerutkan kening. Apa maksudnya? Kenapa dia mengatakan itu pada Intan? Apa mereka benar-benar sudah putus sekarang? Tidak, bukan putus. Mereka tidak pernah jadian. Jadi, apa itu berarti Arman melepaskan popularitasnya? Mendadak? Sekarang?

"Bahkan meskipun kamu ngundang aku, aku nggak bakal datang," cetus Intan kemudian. "Karena aku nggak tau apa yang bakal aku lakuin kalau ngeliat kamu nikah sama cewek lain di depanku."

Setelah memberikan pernyataan mengejutkan itu, Intan berbalik dan pergi. Evelyn ternganga tak percaya. Apa maksudnya tadi? Wanita itu benar-benar ....

"Kamu pasti seneng, punya penggemar secantik Intan," sinis Evelyn, sebelum ia menarik diri dari Arman dan menjauh dari pria itu.

***

Apa lagi ini, astaga? Tak bisakah gadis itu berhenti memberi Arman kejutan dadakan seperti ini? Arman menatap punggung Evelyn dengan bingung. Ia sudah akan bertanya pada Riani, apa yang terjadi pada Evelyn ketika Arman tidak di sampingnya tadi, tapi Riani sudah mengikuti Evelyn.

Tak punya pilihan lain, Arman mengejar Evelyn. Meski gadis itu menunjukkan dengan jelas jika ia tak ingin Arman berada di dekatnya, tapi Arman justru melakukan sebaliknya. Sepanjang malam itu, hingga pesta berakhir tengah malam, Arman tidak melepaskan pegangannya di pinggang Evelyn. Ia tak membiarkan Evelyn berada lebih dari setengah meter darinya.

Meski begitu, di mobil dalam perjalanan pulang, Evelyn menempatkan dirinya di ujung kursi, sejauh mungkin dari Arman, seolah Arman punya penyakit menular. Tak tahan lagi, Arman akhirnya bertanya,

"Oke, jadi ada masalah apa di dalam sana tadi?"

Evelyn tak menjawab. Arman benar-benar benci ketika Evelyn hanya diam seperti ini.

"Pas kamu main piano tadi, kamu liat sendiri, aku merhatiin kamu," Arman menyebutkan.

Evelyn masih diam.

"Apa ada orang yang nyinggung kamu, keluargamu, atau pernikahan kita?" selidik Arman.

"Ya," akhirnya Evelyn menjawab.

Arman mengerutkan kening. Amarah mendadak memenuhi dirinya membayangkan Evelyn harus mengalami itu.

"Siapa orangnya? Apa yang dia lakuin?" tuntut Arman.

Evelyn menoleh padanya. "Kamu," sebut Evelyn, mengejutkan Arman. "Berduaan sama Intan, cewek yang pernah dikabarin sebagai kekasihmu padahal istrimu ada di pesta itu. Bayangin, apa yang dipikirin orang-orang tentang pernikahan kita."

Intan? Kekasih? Apa gadis ini sudah gila? Pertama, Arman tidak pernah punya kekasih. Kedua, semua orang di pesta itu tahu jika Arman dan Evelyn bahagia dengan pernikahan mereka, terima kasih pada Pak Hendri dan istrinya yang menyebarkan tentang betapa manisnya sikap Arman dan Evelyn satu sama lain saat mereka makan malam bersama minggu lalu. Ketiga, semua orang tahu jika wanita bernama Intan itu yang mengejar-ngejar Arman.

Karena itu jugalah, ia tadi mau saja mengobrol dengan wanita itu. Karena semua gosip murahan itu sudah berakhir dengan pernikahan bahagia Arman dengan Evelyn. Arman bahkan berusaha menegaskannya di depan Intan ketika Evelyn datang tadi. Tapi Evelyn ....

"Aku nggak tau kamu setergila-gila itu ama popularitas," Evelyn melanjutkan.

Apa lagi maksudnya itu?

"Kamu tau kan, cewek itu ngejar-ngejar kamu? Karena itu kamu ngasih dia harapan buat terus ngejar-ngejar kamu. Bahkan pas ada aku di sana, dia sama sekali nggak berpikiran buat berhenti. Dia bahkan nantangin aku! Itu gara-gara kamu terus ngasih harapan ke dia!" Evelyn bahkan berteriak kesal kini.

Masalahnya, Arman tak mengerti apa yang sedang dibicarakan Evelyn ini. Memberi harapan apa? Arman jelas-jelas menolak Intan di depan Evelyn. Arman jelas-jelas menunjukkan pada wanita itu jika dia bahagia dengan Evelyn.

"Dia nantangin kamu apa?" tanya Arman, berusaha tetap tenang meski ia frustasi karena tuduhan gila Evelyn itu.

Evelyn mendengus kasar. "Dia bilang, bahkan meskipun kamu ngundang dia ke pernikahan kita, dia nggak bakal datang, karena ...." Evelyn menghentikan kalimatnya dan menatap Arman tajam. "Kamu masih suka sama dia? Atau jangan-jangan, kamu masih ketemu dia bahkan setelah kita nikah?"

Cukup sudah!

Arman meraih Evelyn dan menarik gadis itu mendekat. Mengabaikan keterkejutan Evelyn, Arman mencengkeram bahu Evelyn, memaksa gadis itu menghadapnya.

"Aku nggak pernah peduli sama cewek itu," Arman berkata tajam.

"Kenapa kamu nggak jawab pertanyaanku tadi?" balas Evelyn tak kalah tajamnya. "Kamu beneran suka ama dia? Karena itu kamu nggak bisa jawab? Jadi, kamu beneran seling ..."

Arman menghentikan kalimat Evelyn itu dengan ciuman keras. Evelyn berusaha meronta, tapi Arman tak melepaskannya. Ia tak peduli bahkan meskipun Luki dan Riani melihat semua itu. Toh mereka sudah tahu alasan pernikahan ini. Juga, mereka sudah tahu alasan sebenarnya kenapa Arman melakukan ini.

Arman akhirnya melepaskan Evelyn ketika gadis itu berhenti meronta, sementara bibirnya tetap terkatup rapat. Namun penyesalan seketika menghantamnya, begitu keras hingga menyakitinya, ketika melihat air mata jatuh ke pipi Evelyn.

"Evelyn, aku ...."

"Sekarang kalian berdua udah tahu," Evelyn memotong kalimat Arman, menujukan kalimatnya untuk Luki dan Riani. "Ini kenyataan sebenernya dari pernikahanku sama Arman. Kami menikah karena terpaksa. Nggak ada cinta. Kami nggak bahagia. Aku nggak tau seberapa besar kalian setia sama Arman, tapi aku cuma minta satu. Jangan sampai keluarga tau kebenaran ini."

Setelahnya, Evelyn menepis tangan Arman yang masih memegangi bahunya, lalu menarik diri hingga ke ujung kursi. Arman melihat gadis itu menghapus air matanya sembari melempar pandang ke samping, ke arah jendela kaca yang gelap.

*** 

Continue Reading

You'll Also Like

163K 11.4K 59
Ini cerita tentang Georgina. Nana, begitu panggilannya, adalah gadis ceria dengan 'resting bitch face'. Ekspresi garang menjadi ciri khasnya. Sehingg...
307K 27.5K 37
Setelah lima tahun, Gira kembali dipertemukan dengan mantannya, Sadewa, yang tiba-tiba muncul menjadi tetangga sebelah apartemennya. Tak hanya itu sa...
1.5M 52.8K 28
(COMPLETE) "Untuk pelayanan sesungguhnya, kau tidak perlu membayar" Sahla harus tetap mempertahankannya, sebagai pelayan kafe untuk membiayai kehidu...
1.8M 92.4K 50
Kehidupan Ariana berubah ketika ia diminta untuk berpura-pura menjadi saudara kembarnya. Pasalnya dengan menyanggupi permintaan tersebut, Ariana haru...