mistakes

Per mocchafrappe

6.1K 682 125

inspired by Cheritz' Mystic Messenger hasil imajinasi yang berkembang selama main game Mystic Messenger, niat... Més

01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
a little note
19
20

02

517 54 1
Per mocchafrappe

Ia mematung di hadapanku, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya yang tertutup rapat. Sinar di matanya telah sirna, hanya ada bayangan kosong menghiasi mata sewarna langit senja itu. Dia lelah, hanya itu yang kutahu pasti.

'aku,' bisiknya. Aku nyaris tidak bisa mendengarnya.

Tanpa pikir panjang aku berjalan mendekat, tapi jarak antara aku dan dia tetap sama. Kupercepat langkahku, tapi tidak ada perubahan yang terjadi.Sekeras apapun usahaku untuk mendekat, aku tidak bisa mencapainya.

Apa?

Apa yang ingin ia katakan?

Tolong, kumohon, apapun, tapi tolong jangan katakan itu.

'aku,' bisiknya lagi, 'membebaskanmu,' lanjutnya dengan senyum tipis di bibirnya.

'jangan!' pekikku.

Spontan aku membuka mata. Dokumen milik Rika yang berserakan memenuhi pandanganku. Mimpi, kataku dalam hati. tidak dapat kupungkiri, aku merasa lega karena itu hanya mimpi. Setelah mengatur nafasku yang sedikit tidak beraturan dan menyeka keringat dingin di dahiku. Kutegakkan tubuhku hingga bayanganku terpantul di kaca yang berada tepat di atas meja rias milik Rika. Di atas meja itu hanya ada beberapa jenis lotion dan sebotol parfum berwarna pink yang mungkin sudah kadaluarsa.

Sekilas kuperhatikan bayangan rambut hitamku yang berantakan, mata hitam dan kulit pucat karena jarang terkena sinar matahari serta sedikit jejak air liur di ujung bibir merah mudaku. Aku segera menghilangkan jejak itu dengan punggung tanganku. Tidurku terlalu nyenyak, kataku dalam hati. tapi masih tidak cukup untuk menghilangkan kantung mataku yang kini telah memiliki kantung mata. Aku tersenyum kecil mengingat hari-hari tanpa istirahat, nyaris tanpa tidur dan sepotong sandwich bersamanya. Sekarang aku ada disini, hari-hari itu terasa seperti mimpi.

Ah.. aku ingin kembali.

Aku mulai membongkar dokumen milik Rika - hal terakhir yang kulakukan sebelum aku tertidur - mengeluarkan beberapa ring binder yang berderet di lemari disisi tempat tidur.

Lagi-lagi ponsel itu berdering tiada henti.

Aku meraihnya dan memandang angka yang tertera pada layar. Pukul tiga dini hari. Orang gila mana yang sibuk mengobrol pukul tiga pagi?

Sudahlah, biarkan saja mereka sibuk dengan obrolan mereka. Aku meraih sebuah ring binder berisi profil tamu tiga tahun yang lalu dan perlahan larut didalamnya. Tamu yang Rika undang berasal dari berbagai kalangan. Petani bayam, pengrajin kayu sampai daytrader dan importir buah-buahan. Dan dalam sekejap imajinasiku menjadi liar. Dengan akses pada petani bayam, aku yakin dia bisa membuat banyak project baru, entahlah, bayam kalengan? Saripati bayam?

Ah, lihat, pengrajin perak. Seingatku sudah lama dia ingin membuat project yang berhubungan dengan perak.Aku yakin ini kesempatan bagus. Aku hanya perlu menghubungi pengrajin ini dan membuat janji dan..

Aku terdiam.

Yeah, benar, mana mungkin aku membuat janji untuk orang yang tidak bisa kuhubungi. Bodoh sekali.
Kukendalikan imajinasi liarku dan lanjut membaca setiap huruf yang tertera pada profil pengrajin perak itu, berusaha sekuat tenaga tidak mengacuhkan ponsel yang berdering lagi, lagi dan lagi.

Aku menyerah.

Kututup dokumen itu dan kuraih lagi ponsel itu dan membuka aplikasi dengan 883 notifikasi pesan baru. Seingatku hanya enam orang yang menjadi anggota - jangan masukkan aku ke dalam hitungan - dan hampir seribu pesan baru dalam semalam? Aku hanya menepuk dahiku dan tersenyum kecil melihatnya. Rasanya aku tidak ingin membaca pesan mereka satu demi satu.

Saat aku masuk, hanya Jumin yang tersisa.

'...belum tidur?' sapanya sebelum aku sempat menutup aplikasi itu. Aku menghela nafas panjang. Aku tidak ingin mengobrol dengan Jaehee atau Jumin. Aku tidak ingin mereka tahu siapa 'Mika' yang bicara dengan mereka melalui aplikasi ini.

'Hai,' balasku singkat. Semoga dia tidak sadar, semoga dia tidak sadar, semoga dia tidak sadar, rapalku dalam hati. ah, tenanglah, ada banyak 'Mika' di dunia ini. aku tidak perlu khawatir. Benar, kan?

'sepertinya mereka terlalu bersemangat tentang pesta yang tanggalnya belum pasti,' lanjutnya, 'berkat kau.'

'apa itu sebuah pujian?' tanyaku asal.

'kalau kau merasa demikian, anggap saja ini sebuah pujian.'

Hening.

Aku tahu memang sedikit sulit untuk bicara dengannya.

'kau suka kucing?'

He? aku tidak menyangka pertanyaan ini akan terlontar dari seorang Han Jumin. Aku tersenyum kecil, 'suka,' hanya kata itu yang terpikir olehku.

'bagus,' balas Jumin.

Beberapa detik kemudian, foto seekor kucing berbulu panjang yang tampak sangat lembut dengan mata biru langit muncul di layar.

Manisnya!

'manisnya! Siapa namanya? Tanggal lahirnya? Beratnya? Panjang badannya? Apa dia keturunan murni?' aku tidak bisa mengendalikan diri bila berurusan dengan kucing. Bola bulu itu selalu menjadi hal yang paling kusukai. Mereka hangat, lembut dan mata mereka bisa menembus kedalam jiwaku.

'aku tidak menyangka kau begitu tertarik pada Elizabeth 3rd. Dia tampak elegan dalam berbagai pose. Aku ingin bersamanya setiap saat. Tapi apa boleh buat. Tuntutan pekerjaan. Aku harus meninggalkannya sendiri di rumah.'

'pasti berat untukmu, dan berat untuk kucingmu juga.'

'bicara soal kucing, aku jadi ingat, apa kau tahu bahwa kau harus memilih tamu untuk pesta ini?' tanya Jumin.

Aku terdiam.

'...' balasku.

'kau tahu?' tuntut Jumin.

'yeah. Aku tahu, tapi aku sedikit khawatir.'

'sangat dimengerti. Aku yakin semua orang berharap kau akan melakukannya seperti Rika, tapi jangan dipikirkan dan lakukan yang terbaik,' lanjut Jumin. Whoa, apa benar ini Han Jumin yang itu?

Apa mungkin selama ini aku salah menilainya?

'ngomong-ngomong soal memilih tamu, kuharap kau akan mempertimbangkan organisasi perlindungan kucing liar. Mereka adalah organisasi non-profit yang menyediakan tempat berlindung bagi kucing liar. Aku yakin dengan hadirnya organisasi ini, orang-orang akan lebih tahu, lebih sadar dan lebih menghargai hak-hak kucing.'

Hak-hak kucing?

Aku tercengang di depan ponsel. Aku yakin wajahku sekarang ini seperti orang bodoh. Serius, siapa dia!? Apa mungkin seorang hacker maniak kucing membobol ponselnya!?

'sepertinya menarik,' jawabku singkat. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan. Aku tidak yakin aku sedang bicara dengan Han Jumin. Seingatku, dia tidak akan melirik sesuatu yang tidak memberinya manfaat. Orang yang sangat tenang dan penuh perhitungan. Sempat terlintas di benakku, ia juga menghitung berapa jumlah tarikan nafasnya agar paru-parunya bisa bekerja dengan lebih efisien.

'baiklah, aku akan meminta Jaehee menghubungi mereka,' jawabnya cepat, 'aku harus bersiap-siap kerja. Sampai nanti.'

Dan ia menghilang begitu saja, bersama dengan imej dirinya yang hancur berkeping-keping.

Setelah memastikan tidak ada orang yang masih aktif di aplikasi itu, kuletakkan ponsel itu di dekat komputer dan mulai membuka dokumen milik Rika. Hmm, sekarang ada beberapa orang dari instansi pemerintah, instansi militer dan informasi rahasia tentang mereka. sepertinya informasi ini bisa kugunakan untuk bernegosiasi dengan mereka di kemudian hari.
Setelah selesai membaca profil para tamu, kutumpuk dokumen yang sudah kubaca dan kukembalikan ke dalam lemari dengan urutan yang sama. Yeah, aku bisa mengingat semua yang kubaca, kudengar dan kulihat, sebuah bakat yang kubawa sejak kecil. Entah bakat, entah kutukan, aku tidak tahu. Terkadang ingatanku ini membawa manfaat untukku - saat ujian semasa sekolah, terutama - tapi tidak jarang ingatanku ini menjadi masalah. Mengingat banyak hal, tidak bisa melupakan apa-apa bukanlah hal yang bisa dibanggakan.

Bagiku, melupakan adalah suatu kemewahan.

Setelah memastikan semuanya kembali seperti semula, mataku tertarik pada ring binder berwarna hijau dengan logo mata berwarna hijau menempel di sisinya.

Hm? Apa ini?

Mint Eye?

Tanpa pikir panjang aku menarik keluar ring binder itu dan membaca setiap huruf yang ada di dalamnya.

Mataku terbelalak.

Pasti bercanda. Ini pasti bercanda. Bercanda, kan?

Rika dan V, tidak mungkin, kan?

Andai apa yang tertulis disini benar, V tidak bisa dipercaya, kataku dalam hati saat menutup dan mengembalikan ring binder itu. dan mungkin RFA tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

'lakukan apa yang harus kau lakukan,' katanya saat terakhir kali aku melihatnya.

Aku menghela nafas panjang, sebenarnya apa yang kau harapkan dariku?

Berbagai pikiran yang tidak kuketahui dari mana asalnya memenuhi kepalaku, hingga akhirnya matahari mulai bersinar. Perlahan aku mulai menyortir isi otakku. Andai aku adalah dia, apa yang akan ia lakukan? Apa yang akan ia lakukan andai ia ada di posisiku? Apa yang akan ia lakukan dengan informasi ini? Mencari tahu kebenaran? Sepertinya tidak. aku bisa membayangkannya berkata, 'kita bukan pembela kebenaran,' dengan tatapannya yang hangat dan senyum tipis di wajahnya.

Entahlah.

Untuk sementara aku akan menyimpan informasi ini sambil menggali informasi lebih banyak lagi. aku melirik kearah ponsel yang mulai bergetar dan berdering. Sepertinya bukan ide buruk, kataku dalam hati.
Aku mencari dokumen berisi profil seluruh anggota RFA diantara deretan dokumen berisi profil para tamu. Dan ring binder dengan logo RFA melekat di sisinya mencuri perhatianku. Aku langsung mengambilnya dan membukanya.

Bingo.

'coret Jaehee dan Jumin. Aku tidak ingin mereka tahu, yang tersisa adalah V, tapi aku nyaris tidak pernah melihat V muncul, lalu.. siapa ini? Yoosung? Ah, mahasiswa yang tergila-gila dengan game itu,' aku menggeleng pelan, 'lalu, 707? Hacker?' aku menghela nafas panjang sambil memperhatikan foto seorang lelaki berambut merah berantakan dengan kacamata berbingkai hitam. Di foto itu, matanya yang sewarna karamel ikut tersenyum bersama bibirnya. Hacker gila yang mengumumkan pada semua orang bahwa dia adalah hacker, kataku dalam hati. Ia pasti sangat hebat atau punya persediaan nyawa lebih dari sembilan. Dia pasti merepotkan, meski dia adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin.

Dan mataku terpaku pada profil Zen, sang aktor yang sedang naik daun. Jangkung - aku pasti tampak seperti kurcaci bila berada di sisinya - senyumnya menawa, punya banyak fans yang merepotkan, tergila-gila pada bayangannya sendiri yang terpantul di cermin.

Sepertinya dia yang paling normal, kataku dalam hati.

Abaikan sisi narsisnya, ulangku. Rasanya ia akan masuk ke dalam daftar kesalahanku.

Ponsel itu kembali berdering.
Sebuah pesan pribadi dari 707.

'apapun yang kau lakukan, sebaiknya segera kau hentikan. Jangan sentuh apa yang tidak seharusnya kau sentuh. Aku mengawasimu.'

Mengawasiku? Ah, ayolah..

Kunyalakan kamera ponsel itu dan mengedarkannya ke seluruh ruangan. Aku menemukan sebuah titik merah di jam dinding yang bertengger di atas komputer. Titik merah itu berada tepat di titik hitam tepat di atas angka dua belas. Sejak tadi ia mengawasiku dan aku sama sekali tidak menyadarinya. Dalam sekejap aku menyesali kebodohanku sendiri.

'mesum,' balasku singkat. Kuambil plester bermotif bunga dari tasku dan menempelkannya tepat di di lensa kamera tersembunyi itu. Aku mendengus kesal, apa ada kamera lain disini?

Lagi-lagi ponsel itu bordering. kali ini sebuah panggilan. Hm? Dari 707?

'Halo,' gumamku sebal.

'a - apa, apa maksudmu mesum? Aku tidak seperti itu! Aku punya kewajiban untuk memastikan kau aman!' omelnya.

'memastikan keamanan apanya!? Tukang intip! Senang lihat aku ganti baju!? Mesum! Berapa banyak kamera yang kau pasang disini, hah!?'

'aku bukan tukang intip! Aku bukan orang mesum! Kamera itu untuk memastikan kau aman! Ayolah, cabut plester bunga-bunga itu!'

'oh, tentu kau bisa! Semoga bunga-bunga itu cukup indah untuk menghiasi harimu, hacker-tukang-intip!'

'sudah kubilang - ah, sudahlah,' akhirnya ia sadar tidak ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki reputasinya, 'sekedar saran-'

'saran dari hacker mesum?' kataku sebal.

Ia menghela nafas panjang, 'jangan sentuh dokumen yang ada di dalam lemari. Entah apa yang terjadi kalau kau sentuh dokumen itu.'

'kenapa? Apa ada virus menular di dalam dokumen itu? Apa aku akan mati tiga jam setelah aku selesai membaca semua dokumen itu?'

'apa!? Kau sudah baca semuanya!?'

Aku menghela nafas panjang, 'ayolah. Waktu luangku terlalu banyak - dan kau pikir apa yang bisa kulakukan disini selain membaca!?' aku terdiam sejenak, 'rasanya sudah lebih dari tiga jam sejak aku selesai membaca semuanya. Apa aku akan mati? Aku mulai merasa pusing dan mual.'

Mungkin karena aku belum makan apa-apa sejak kemarin.

'hei, kau baik-baik saja? cabut plestermu dari kamera!'

'ti - dak ma - u,' kataku meledek dan mematikan sambungan. Lakukan sendiri, kataku dalam hati. aku menolak enam panggilan darinya dan lanjut mencari kamera tersembunyi yang ada di ruangan ini. ah, sekarang di mata kanan boneka teddy penuh debu yang duduk manis di antara buku-buku milik Rika. Kuambil sebuah plester lagi dan menempelkannya di mata kanan beruang itu.

'maaf ya,' kataku penuh penyesalan. Tapi aku tidak menyesal. Hacker itu sudah memeriksa latar belakangku, mencari informasi pribadiku tanpa izin dan sekarang kamera tersembunyi!?

'Rasakan!' kataku sambil menyentil mata beruang yang kini bermotif bunga-bunga berwarna merah dan biru.

Dua kamera. Apa masih ada kamera lain yang belum kutemukan?

Rasanya ada kamera cctv di pintu masuk. Toleransiku hanya pada kamera itu.

Aku berkeliling apartemen dengan kamera ponsel seperti orang bodoh, mencari titik merah tersembunyi lain yang mungkin ada di sudut apartemen ini. setelah memastikan kamar mandi bebas dari kamera tersembunyi, aku terduduk di atas tempat tidur.

Pemberitahuan adanya chat baru di aplikasi itu sedikit membuatku gila.

Aku membuka aplikasi itu dan obrolan baru masuk tanpa henti. Sebagian besar dari 707 yang panik karena layar yang ia gunakan untuk mengawasiku kini bermotif bunga-bunga.

'hacker mesum,' jariku bergerak sendiri.

'sudah kubilang, kamera itu bukan untuk mengintip,' protes 707, 'kamera itu ada untuk mengawasimu, melindungimu..'

Melindungi dari apa, tepatnya?
Melindungiku dari dunia yang kejam atau melindungi dunia dari aku yang kejam ?

'Mika? Kau masih disana?' tanya Zen. Aku tidak mengacuhkannya dan menyalakan komputer yang telah tertidur sekian lama. Kubuka folder berisi musik koleksi Rika sambil membuka email. Ah, syukurlah, auto login. Ratusan email yang belum dibaca sejak Rika meninggal memenuhi kotak masuk. Aku menyortirnya dan menemukan sebuah email dari organisasi perlindungan kucing yang Jumin katakan.

Dear Koordinator,
Selamat malam.
Saya penanggung jawab perlindungan kucing. Disini kami merawat, memberi makan dan menyediakan tempat tinggal bagi kucing liar dimana mereka bisa hidup berdampingan dengan kucing lainnya. Kami menerima banyak pertolongan dari pecinta kucing seperti Jumin yang memberi tahu kami tentang pesta ini. tapi kami masih kekurangan dana, jadi kami berharap kami bisa bertemu dengan kelompok atau organisasi yang bisa memberi kami bantuan. Apa menurut Anda menghadiri pesta ini adalah solusi yang tepat?

'Tentu saja,' gumamku. Setidaknya Jumin ada disana dan sepertinya dia sangat ingin membuat project baru yang berhubungan dengan kucing. Setidaknya aku yakin Jumin bersedia membantu perlindungan kucing ini.

Dear Penanggung Jawab Perlindungan Kucing,
Selamat Pagi!
Saya Mika, koordinator tamu untuk pesta RFA tahun ini.
Anda telah menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa dengan mengelola tempat perlindungan ini. saat ini kami mengundang berbagai organisasi yang bisa membantu satu sama lain, jadi jangan khawatir dan kami tunggu kedatangan anda di pesta.
Mika.

Jariku bisa bicara lebih baik dari bibirku, aku tahu itu sejak lama.

Setelah mengirimkan email itu, aku mulai menyusuri email lama milik Rika. Email dari para tamu, daftar undangan, tagihan, koordinasi pesta, tidak ada yang aneh. Aku bersandar di kursi yang berhadapan dengan komputer. Perlahan kantuk mulai menyerangku, meski matahari baru saja mulai bersinar. Gontai aku berjalan menuju tempat tidur.
Aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi setelah pipiku menempel di bantal berdebu itu..

Continua llegint

You'll Also Like

187K 17.4K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
790K 48.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
381K 31.5K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.