Nathan
Pertengkaran kami semalam berakhir di Ranjang miliknya.
Dia memaksaku untuk pulang dari Cafe.
Terpaksa lah aku harus meninggalkan Chiko dan Haina bersama Teman-Teman nya agar dia tidak semakin marah kepadaku.
Berakhir di Ranjang bukan berarti aku dan dia bercinta seperti kebiasaan kami selama ini, tapi aku diwajibkan oleh Vanessa Tidur di sampingnya.
Dia beralasakan enggan aku pergi lagi dengan Haina jadi dia terus menerus memelukku sepanjang malam tanpa kepastian yang bisa ku dapatkan.
Meski aku tidak bisa Tidur dengan nyaman, tapi dengan Vanessa di pelukanku, aku bisa merasakan kenyamanan yang entah mengapa selalu sulit ku dapatkan dari Orang lain.
Otakku terus mencoba untuk menerka-terka tapi entah aku tidak bisa mendapatkan bayangan sama sekali.
Dan sekarang aku bersamanya sedang melakukan Makan Pagi di Rumahnya.
Dia masih dengan Rambutnya yang basah dan memakai Jubah mandi Terry Palmer berwarna Biru Langit yang menutupi Tubuhnya setelah ia melakukan Aktivitas Mandi sebelum berangkat ke Kantor.
Sedangkan aku masih hanya memakai Kaos dan Celana Jeans dari semalam tanpa mandi lagi.
Tubuh ini rasanya lengket dan risih sekali.
"Ngapain kamu ngelihatin aku segitunya, udah Makan aja. Aku lagi gak pengen dilihatin kamu." masih sepagi ini dia sudah menyemprot ku lagi tanpa alasan pasti.
Aku tidak melihatnya se intens versinya. Tapi aku hanya ingin memastikan dia sedang baik-baik saja.
"Ness, aku pulang dulu ya. Aku mau ganti Baju terus ke Kantor. Nanti ketemu di Kantor."
"Mau pulang ke Kos atau ke Rumah Perempuan itu?" sebelah Alisnya terangkat sempurna.
Dia mulai lagi, ngambeknya, bawelnya mulai terlihat. Masih sepagi ini sudah curiga lagi.
"Ke Kos lah. Emang Pakaian Kerjaku ada di Rumah Haina. Kamu nih ada-ada aja!"
"Jam berapa kamu ke Kantor?"
"Ya seperti biasanya. Ini masih jam enam. Nanti aku ke Kos untuk Mandi terus ganti Baju langsung berangkat ke Kantor. Cepet kok." aku meyakinkannya agar dia tidak selalu khawatir dan curiga macam-macam kepadaku.
Semacam saja sudah menakutkan bagaimana harus bermacam-macam.
Dia gila, apa?
"Ya udah kalo gitu. Tapi kamu Makan Sarapan kamu dulu. Jangan gak dimakan ntar kamu sakit."
"Iya." jawabku malas-malas.
Vanessa sudah suka sekali mengatur kehidupan pribadiku.
Pokoknya dia sudah berubah sekali tidak seperti dulu.
Sedih sih, malas juga tapi biarlah. Semau dia saja asal dia gak suka marah-marah lagi.
"Nanti mau gak? Kalo mau aku nanti mampir ke Apotik untuk beli Kondom." tawarku sekaligus aku bertanya kepada Vanessa.
Tapi bukan jawaban langsung yang ku dapatkan, melainkan Wajahnya yang memerah seperti sedang tersipu malu.
Vanessa yang berkulit putih bisa terlihat jelas jika ia memerah malu.
Kenapa dia harus malu, bukankah itu kegiatan rutin dan wajib kami.
"Gak usah beli gak usah pake Kondom."
"Jadi gak mau lagi pake Kondom?"
"Kamu bisa main Safety kan?"
"Bisa. Kamu tenang aja. Nanti kalau kelepasan aku yang tanggung jawab." canda ku dan langsung dibalas pukulan ringan ke arah Dada dan Lenganku.
Dia tertawa kecil tapi lama-lama terdengar keras.
Aku senang dan sekaligus lega jika melihatnya bisa tertawa seperti ini.
Habis beberapa waktu-waktu ini kami sering bersitegang terus.
Aku menjadi kaku dan tidak nyaman jika bersamanya.
Tidak lama dia menghentikan gerakannya memukul diriku dengan kedua Tangannya yang melingkari Pinggang mencapai Punggungku.
Kebetulan tempat duduk kami memang dekat.
"Jangan marah-marah lagi. Kamu cantik kalau tertawa lepas seperti tadi."
Cup
Ku kecup Keningnya lembut dan cukup lama. Kemudian aku melepaskan ciumanku.
Tidak lama aku berpamitan pulang meninggalkan dia yang terlihat lebih tenang dari sebelum-sebelumnya.
Nathan Pov (End)
***
Vanessa telah selesai berpakaian rapi dan dia siap untuk bekerja hari ini.
Kecupan lembut dan hangat yang diberikan oleh Nathan pagi ini membuatnya jauh lebih bersemangat memulai hari.
Hanya saja dia merasa beberapa Kemejanya mulai tidak nyaman dipakai.
Dia berpikir mungkin kurangnya Olahraga, kurangnya asupan Nutrisi yang cukup, dan juga Istrirahat, akhirnya Tubuhnya mulai menggemuk.
Hal itu jelas sekali terlihat saat dia bercermin.
Bahkan Vanessa juga melihat Betisnya membesar beberapa senti ke belakang dan Kedua Pipinya juga tidak kalah ketinggalannya.
Potongan Bakpao kecil seperti sedang dia kunyah tapi tidak mungkin itu dia lakukan karena Vanessa tidak sedang makan Bakpao.
Sempit sekali. Mungkin aku harus diet,- gumamnya dalam Hati.
Setelah merasa siap, Vanessa menjalankan Mobilnya menuju ke Kantor.
Tapi di tengah jalan dia mendapatkan pesan dari Teman-Teman terbaiknya untuk bertemu di Cafe yang selalu sama mereka kunjungi setiap waktu.
Vanessa pun memutar arah untuk menuju ke Cafe tempatnya melepas penat dan semua kegundahannya bersama Sahabat-Sahabat terbaiknya.
Tidak butuh waktu yang lama, Vanessa telah sampai.
Dengan langkah elegan, dia memasuki Cafe dan menghampiri Meja Sahabat-Sahabatnya yang sudah melambaikan Tangan ke arah Vanessa.
Tera, Syava, Divana, dan Gita sudsh menunggu kehadiran Vanessa
"Lama lo Ness!" gerutu Tera yang dibalas pukulan pelan Vanessa ke Lengan Wanita itu.
"Dah telat pake mukul lagi lo!" cemberut Tera dibalas juluran Lidah Vanessa.
Wanita itu berada dalam Mood terbaiknya mungkin karena salah satunya mendapat hadiah kecupan dari Nathan.
Jadi ketika Tera mencibirnya dia hanya menjulurkan Lidahnya dan tidak menjawab dengan omelan seperti biasa dia lakukan.
"Mau ke Kantor Ness? Udah jadi Bos pake ke Kantor segala tuh ngapain. Gak perlu kali lah. Udah lo disini aja ngopi sama kita. Sambil ngerencanain liburan kita. Bukannya kita mau ke Lombok bareng?" tiba-tiba Gita mengingatkan jadwal mereka yang memang berencana ke Lombok.
Sebenarnya mereka sudah ingin berlibur bersama jauh-jauh hari.
Tapi karena kesibukan masing-masing, kelimanya membatalkan sampai kelimanya benar-benar bisa kesana.
" Eh bener juga. Gue sampe lupa." celetuk Vanessa.
"Ya udah, gimana kalo Minggu depan. Jadwal gue kosong melompong. Bisa seminggu lah kita disana." ujar Divana menambahkan.
"Gue mau-mau aja." tambah Syava.
Di sela-sela pembicaraan mereka mengenai Liburan ke Lombok, Tera memandangi sekaligus memperhatikan Tubuh Vanessa yang memang sedikit lebih menggemuk.
Terlihat berbeda semakin lama semakin mengembang semacam adonan yang diberi ragi dan akan diolah.
"Ness." Tera memanggil Vanessa yang sedang meminum segelas Latte favoritnya.
"Hm." Vanessa hanya berdeham.
"Elo gemukan deh Ness." celetuk Tera begitu saja.
"Ah enggak. Masa sih? Serius lo?" tiba-tiba Vanessa menjadi panik sendiri.
Ketiga temannya yang lain jadi berfokus kepada Vanessa.
"Habis makan apa lo?" tanya Gita spontan.
"Elo lupa timbangan gara-gara keasyikan sama Nathan ya Ness. Atau jangan-jangan Nathan lupa pake pengaman dan lo lupa ngingetin dia? Gak lucu banget kalo lo Bunting Ness?" Tera mengeluarkan semua apa yang dipikirkannya.
Vanessa memijat Pelipisnya kembali. Dia yakin Nathan selalu memakai Pengaman.
Apalagi dia ingat sudah sangat lama Wanita itu tidak bercinta kembali dengan Nathan.
Kebanyakan hal yang mereka lakukan hanya berpelukan karena Vanessa lebih suka dipeluk dan disentuh lembut-lembut oleh Nathan ketimbang bercinta seperti sebelum-sebelumnya.
Apa ini tanda-tanda sesuatu terjadi dengan dirinya atau mungkin tanpa sepengetahuannya ada benih Nathan yang sedang tumbuh di dalam Rahimnya.
Vanessa kembali memijat Pelipisnya terus menerus.
Jika memikirkan hal ini, dia akan menjadi semakin pusing dan gila.
"Lo dah dapet Tamu Bulanan belom?" giliran Syava yang bertanya kepada Sahabatnya itu
"U-ud-dah kok. Beneran!" Vanessa cukup ketakutan andai semua yang dikatakan Tera terjadi kepadanya.
Seingatnya, Nathan tidak pernah melupakan Pengaman.
Tapi itu hanya seingatnya saja.
***
To be continue
***
Surabaya, 21 September 2016 ; 02.10 WIB
Salam,
Denz91 ^_~