8. Whether I'm Fat? Impossible.

53.1K 2.8K 29
                                    

Nathan

Pertengkaran kami semalam berakhir di Ranjang miliknya.

Dia memaksaku untuk pulang dari Cafe.

Terpaksa lah aku harus meninggalkan Chiko dan Haina bersama Teman-Teman nya agar dia tidak semakin marah kepadaku.

Berakhir di Ranjang bukan berarti aku dan dia bercinta seperti kebiasaan kami selama ini, tapi aku diwajibkan oleh Vanessa Tidur di sampingnya.

Dia beralasakan enggan aku pergi lagi dengan Haina jadi dia terus menerus memelukku sepanjang malam tanpa kepastian yang bisa ku dapatkan.

Meski aku tidak bisa Tidur dengan nyaman, tapi dengan Vanessa di pelukanku, aku bisa merasakan kenyamanan yang entah mengapa selalu sulit ku dapatkan dari Orang lain.

Otakku terus mencoba untuk menerka-terka tapi entah aku tidak bisa mendapatkan bayangan sama sekali.

Dan sekarang aku bersamanya sedang melakukan Makan Pagi di Rumahnya.

Dia masih dengan Rambutnya yang basah dan memakai Jubah mandi Terry Palmer berwarna Biru Langit yang menutupi Tubuhnya setelah ia melakukan Aktivitas Mandi sebelum berangkat ke Kantor.

Sedangkan aku masih hanya memakai Kaos dan Celana Jeans dari semalam tanpa mandi lagi.

Tubuh ini rasanya lengket dan risih sekali.

"Ngapain kamu ngelihatin aku segitunya, udah Makan aja. Aku lagi gak pengen dilihatin kamu." masih sepagi ini dia sudah menyemprot ku lagi tanpa alasan pasti.

Aku tidak melihatnya se intens versinya. Tapi aku hanya ingin memastikan dia sedang baik-baik saja.

"Ness, aku pulang dulu ya. Aku mau ganti Baju terus ke Kantor. Nanti ketemu di Kantor."

"Mau pulang ke Kos atau ke Rumah Perempuan itu?" sebelah Alisnya terangkat sempurna.

Dia mulai lagi, ngambeknya, bawelnya mulai terlihat. Masih sepagi ini sudah curiga lagi.

"Ke Kos lah. Emang Pakaian Kerjaku ada di Rumah Haina. Kamu nih ada-ada aja!"

"Jam berapa kamu ke Kantor?"

"Ya seperti biasanya. Ini masih jam enam. Nanti aku ke Kos untuk Mandi terus ganti Baju langsung berangkat ke Kantor. Cepet kok." aku meyakinkannya agar dia tidak selalu khawatir dan curiga macam-macam kepadaku.

Semacam saja sudah menakutkan bagaimana harus bermacam-macam.

Dia gila, apa?

"Ya udah kalo gitu. Tapi kamu Makan Sarapan kamu dulu. Jangan gak dimakan ntar kamu sakit."

"Iya." jawabku malas-malas.

Vanessa sudah suka sekali mengatur kehidupan pribadiku.

Pokoknya dia sudah berubah sekali tidak seperti dulu.

Sedih sih, malas juga tapi biarlah. Semau dia saja asal dia gak suka marah-marah lagi.

"Nanti mau gak? Kalo mau aku nanti mampir ke Apotik untuk beli Kondom." tawarku sekaligus aku bertanya kepada Vanessa.

Tapi bukan jawaban langsung yang ku dapatkan, melainkan Wajahnya yang memerah seperti sedang tersipu malu.

Vanessa yang berkulit putih bisa terlihat jelas jika ia memerah malu.
Kenapa dia harus malu, bukankah itu kegiatan rutin dan wajib kami.

"Gak usah beli gak usah pake Kondom."

"Jadi gak mau lagi pake Kondom?"

"Kamu bisa main Safety kan?"

Survive (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang