54. Ich liebe dich, mein Sohn

30K 2.2K 39
                                    

Nathan

Sudah tiga hari ini aku keluar dari Rumah Vanessa dan tinggal di Rumah yang ku beli.

Sederhana memang tidak sebesar Rumah milik Vanessa tapi nyaman sekali untuk ditinggali karena jauh dari jalan besar, jalan yang sering dilewati oleh kendaraan bermotor.

Rumah ini aku beli atas nama Vanessa karena aku memang membeli untuk dia.

Tapi sayangnya Vanessa tidak mau tinggal di Rumah yang sederhana ini.

Mendengar kata 'Sederhana', selalu mengingatkanku pada ingatan di Masa Lalu. Sedari awal pertemuanku dengan Istriku, aku sudah mengaguminya.

Untuk mendapatkanya, aku tidak pernah berharap.

Tapi untuk mencintainya tentu harus ku akui jika aku tergila-gila dengan Mantan Bos ku itu.

Dia sangat cantik dan menarik.

Pasti semua Mantan Kekasihnya juga mengatakan demikian sama dengan diriku.

Tapi, sekarang Pernikahan kami di ujung Tanduk.

Jika aku tidak bertahan, maka hancurlah semuanya apalagi kemarin seorang Pengacara datang ke Kantorku untuk memberitahu jika Vanessa ingin menggugat cerai jika aku tidak menceraikannya.

Bahkan Pengacara itu menyodorkan selembar Surat yang dibalut dengan Amplop Coklat di bagian luarnya.

Tanpa membaca apa Surat itu, aku langsung merobeknya tepat di depan Matanya.

Aku mengatakan kepada Pengacara Vanessa jika Vanessa tidak akan pernah bisa bercerai denganku apalagi setidaknya untuk delapan bulan mulai dari sekarang.

Agama kami jelas melarangnya.

Pengacara itu sempat marah kepadaku tapi aku lebih emosional dan memarahinya.

Aku mengatakan kepada dia untuk mengundurkan diri saja menjadi Pengacara Vanessa karena hal itu hanya akan berakhir sia-sia.

Setelah aku mengatakannya, Pengacara Vanessa pergi begitu saja dari Kantorku dengan Mata yang berapi-api namun aku puas sekali sudah membuatnya malu.

Ku harap dengan apa yang ku lakukan, baik Vanessa atau Pengacaranya sama-sama akan menyerah atau setidaknya berpikir ulang mengenai Rumah Tanggaku dan Vanessa karena tidak akan ada yang ku lakukan selain membuat Vanessa kembali ke dalam hidupku.

"Sarapannya sudah siap Tuan."

"Terima kasih, saya akan ke Meja Makan sebentar lagi."

Pagi ini aku akan mengantarkan Ghazy ke Sekolah seperti biasa karena memang sudah kewajibanku juga Vanessa mengantarkan anak kami bersama-sama.

Sarapan yang dibuatkan oleh Bibi ku masukkan ke dalam Tempat Makan Plastik milikku.

Sarapan buatan Bibi hanya dua buah Sandwich yang satu berisi Tuna, dan satu lagi berisi Daging Sapi.

Ghazy menyukai Sandwich isi Tuna, oleh karena itu aku menyuruh Bibi untuk membuatkannya.

Setelah semua siap, aku bergegas pergi dari Rumah menuju ke Rumah Vanessa.

Jam memang masih menunjukkan pukul enam pagi tapi tidak apa, lebih pagi lebih baik juga.

Tidak seperti biasa, hari ini aku memakai Kacamata hitam untuk menutupi Mataku yang membengkak akibat semalam terjadi obrolan denganku dan Ghazy.

Aku tidak menyangka dia menelponku semalam dengan suara tangisnya itu. Dia menangis sambil memintaku untuk pulang dan tidak perlu bekerja lagi.

Andai dia tahu apa yang terjadi dengan Orang Tuanya, mungkin Ghazy tidak akan mengatakan hal itu kepadaku.

Survive (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang