20. Sofa

50K 2.8K 59
                                    

Nathan

Tidak ada yang ku lakukan selama dua jam ini. Hanya sesekali ku usap Punggung dan membelai Rambut Panjangnya.

Baik aku atau dia sekarang ini hanya sedang duduk di Sofa Ruangan milik Direktur Perusahaan.

Wanita di dalam pelukanku ini hanya seorang makhluk yang lemah. Hal sederhana yang diinginkannya saat ini hanya sebuah pelukan.

Sangat sederhana bukan?

Dia tidak pernah memintaku membelikannya Emas, Permata, atau Berlian karena aku tahu dia pasti bisa membelinya dengan mudah.

Rumah Mewah atau Tunggangan luar biasa pun tidak.

Tapi entah mengapa aku merasa begitu kejam kepadanya.

Perilaku ku yang menyimpulkan kejadian malam itu ku rasa hanya keputusan sepihak.

Aku tahu aku terbawa emosional ku sendiri.

Atau memang aku merasa kehilangan kepercayaan diriku. Entahlah aku tidak tahu.

Ku kecup kembali Puncak Kepalanya seperti kebiasaan yang sering ku lakukan jika berdekatan dengannya.

Dia sering memintaku untuk mengecupnya dimanapun dan aku juga menyukainya.

Kami seperti sepasang Kekasih yang intim tapi itu hanya berada di dalam khayalanku saja.

Harus ku garis bawahi jika itu hanya berada dalam khayalanku. Oke, aku mengerti.

"Ness?" aku memanggilnya bermaksud untuk menyuruhnya memakan Bubur Ayam yang telah dibelikan oleh Tiara juga Teh Hangat buatan Sekretaris pribadinya itu.

Setelahnya nanti aku akan membantunya minum Obat yang sudah ku beli di Apotik.

Tapi saat ku tengok Wajahnya, kedua Mata indah itu terpejam sangat rapat.

Hanya kedua Lengannya tetap melingkari Tubuhku dengan erat.

Kondisi seperti ini sepertinya sangat dia nikmati tapi entah itu hanya perasaanku saja atau kenyataannya demikian.

"Makan Buburnya dulu Vanessa."

Aku terus memanggilnya tapi dia tidak kunjung bangun. Apa Vanessa benar-benar sudah tertidur ya?

Dengan hati-hati aku ingin menarik Tubuh Vanessa ke belakang agar Tubuhnya bisa ku rebahkan diatas Sofa.

Aku berpikir mungkin lebih baik jika dia Tidur saja karena sepertinya dia lelah sekali.

Tapi pelukannya begitu erat sampai aku kesulitan untuk melapaskannya.

Vanessa, ya Tuhan.

Tok tok tok

Suara ketukan Pintu Ruangan Vanessa terdengar.

Aku berharap yang ingin datang ke ruangan ini bukan Kekasih-kekasihnya melainkan Orang lain saja.

Jika salah satu Kekasih Vanessa melihat kami seperti ini, pasti keributan akan terjadi.

Kasihan Vanessa bila mengalami pertengkaran dengan Kekasihnya.

"Permisi Bu Vanessa."

"Eh, kamu Tiara?"

Ya Tuhan, syukurlah jika hanya Tiara.

Hampir saja Jantungku ingin lepas dari tempatnya.

Seperti rasanya ketahuan Selingkuh saja hahaha aku menertawakan diriku sendiri astaga.

"Ya Tiara." suara ku sengaja ku kecilkan agar Vanessa tidak terbangun.

"Bu Vanessa gimana? Masih Mual Muntah?"

Survive (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang