Found The Baby & You

By LcyKate

596K 29.9K 575

Alicia Bannet, seorang gadis polos yang tidak mengerti apa-apa, menemukan seorang bayi laki-laki imut didalam... More

Part 1
Part 2
Part 3
Bab 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Bab 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31

Part 5

29.3K 1.4K 6
By LcyKate

Well, tadi itu bisa dibilang aku menyerah meminta bantuannya tapi, apa lagi yang harus kulakukan? Toh dia akan terus menolak sampai aku menyerah. Setidaknya aku tak perlu membuang uang untuk naik taksi.

"Aku lebih suka ide itu" Ryan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Aku hanya memutar bola mataku karena kesal melihat tingkahnya.

"Lebih baik kita berangkat sekarang sebelum Baby merengek" aku menggendong Baby perlahan dan mulai berjalan disamping Ryan.

"Ayolah, berikan nama bayi itu nama lain! Kau mau membuatnya tersiksa saat besar nanti?" Ryan merengek disebelahku. Astaga, mengapa dia bahkan peduli? Ini kan bukan anaknya, akulah yang mengasuh anak ini sementara waktu. Apa hubungannya dengan dia?

"Kan sudah kukatakan kalau namanya akan berubah dengan sendirinya saat dia sudah bersama dengan ibunya" aku menjawabnya, menenteng tas yang berisikan popok, botol susu, dan celana ganti untuk Baby.

"Untuk berjaga-jaga kalau kau tidak berhasil menemukan ibunya" aku memutar bola mataku. Dia begitu pesimis. Well, baiklah. Untuk kali ini saja aku akan menurutinya.

"Oke" kataku akhirnya, "Punya saran?"

Setelah aku bertanya begitu, Ryan hanya terdiam. Dia nampak seperti sedang berpikir keras. Bahkan saat sudah masuk ke dalam mobil, dia masih termenung memikirkannya.

"Tuh kan! Memikirkan nama itu tidak semudah yang kau bayangkan" kataku akhirnya setelah menunggunya buka mulut selama lima menit.

"Aku tau nama yang bagus! Aku hanya tak yakin kau menyukainya" wajahnya memerah karena malu. Astaga, kalau dilihat-lihat dia sangat lucu. Menggemaskan.

"Nama apa?"

Dia terdiam sebentar, kemudian melanjutkan.

"Mike Louise" jawabnya.

Oke, aku tak tahu apakah itu sebenarnya lucu atau tidak tapi yang penting, aku merasa yang barusan dia katakan itu sangat lucu. Bukannya itu nama yang aneh atau apa, jujur saja, itu nama yang bagus.

"Apa kau mengambilnya dari salah satu film kartun favoritmu?" aku menyembur, tak dapat menahan tawaku lagi. Ryan langsung cemberut.

"Bukan! Kupikir bayi ini memiliki kepribadian yang cocok dengan nama Mike dan Louise karena dia memiliki kelembutan di beberapa tempat" wajah Ryan memerah karena malu.

"Kuharap kau tidak melihat bagian yang... parah" wajahku ikut-ikutan memerah. Astaga, ini hal paling memalukan yang pernah kukatakan. Aku bersumpah takkan pernah membicarakannya.

"Kalau begitu, kau tidak melihatnya saat mengganti popok bayi itu" dia menunjuk Baby dengan anggukan kepalanya. Seketika aku langsung merasa malu dan memanas. Aku memang melihatnya tapi, setidaknya aku tidak berpikiran ke arah sana. Lagipula, Baby kan masih bayi, apa yang perlu dilihat?

"Sudahlah, aku saja yang menentukan namanya" Ryan mulai menyalakan mesin mobilnya sambil mengenakan kacamata hitamnya, membuatku salah fokus.

Oke, Alicia. Ini bukan saatnya memikirkan betapa, memesonanya dia. Pikirkanlah nama untuk Baby atau kau akan menyesal seumur hidup karena telah menyiksa anak ini.

"Ya sudah, kuharap kau tidak menamainya yang aneh-aneh lagi" aku memutar bola mataku. Aku benci dirinya yang suka ikut campur.

"Bagaimana kalau Darrel Bannet?" tanyaku yang sudah menemukan sebuah nama. Mobil yang tadinya sudah berjalan langsung mengerem, membuatku nyaris menjatuhkan Baby. Maksudku, Darrel.

"Kau serius? Darrel? Rasanya seperti nama cewek" komentarnya. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya dengan kukuku yang panjang. Dialah yang memintaku mencarikan nama lain, walau aku yang awalnya meminta. Tapi setidaknya nama pilihanku masih lebih wajar dibanding nama yang dia buat. Rasanya seperti mendengar nama monster kartun itu.

"Seharusnya kau tidak memandang bagus tidaknya! Arti nama Darrel adalah terkasih, dengan nama itu setidaknya aku berharap dia selalu dikasihi orang dan bukannya dibuang di dalam pesawat dan tidak dipeduliakn! Sialan" aku berteriak kesal, tidak tahan dengan semua komentarnya. Ryan hanya terdiam, seakan baru saja melihat suatu kejadian luar biasa yang tidak dia sangka.

Napasku naik turun karena emosi. Aku tidak pernah berteriak sekeras ini. Aku tak pernah memarahi Audrey karena tidak pernah menutup pintu saat mandi, juga Mom yang selalu melakukan hal aneh yang membahayakan nyawanya. Padahal Ryan hanya berkomentar.

"Maaf, aku hanya bercanda. Jangan marah padaku sebelum malam tiba, sayang" dia mengelus wajahku perlahan, berusaha menenangkan amarhaku. Well, kalau begitu kurasa dia berhasil.

"Lebih baik kau jalan sebelum mobilmu dilempari batu oleh mobil di belakang daripada mengurusiku" saranku. Dia langsung menoleh ke belakang dan dari balik kacamatanya, dia melotot seakan melihat tawuran, yang berhasil membuatku tertawa.

***

Aku turun di depan Baby Shop dan langsung bergegas masuk. Begitu masuk aku baru menyadari sesuatu.

"Ryan! Kau tidak seharusnya turun bodoh! Aku kan sudah bilang aku bisa sendiri lagipula kau ini---" sebelum aku menyelesaikan kalimatku, sebuah teriakan mengerikan terdengar di seberang sana. Sialan, aku sedang tak ingin berurusan dengan hal ini. Dan lagi, teriakan tadi membuat Darrel merengek di gendonganku.

"Lihat? Sudah kubilang tak usah. Sekarang, tinggalkan aku sendiri dan urus fangirling sialan itu" aku langsung menjauh sejauh-jauhnya dari tempatnya berada. Ya Tuhan, aku tak mau masuk televisi, majalah, internet dan sebagainya hanya karena sebuah kesalahpahaman. Bagaimana nasibku nanti kalau masih tidak menemukan pacar disaat usiaku yang seharusnya sudah ada ini.

Aku memasuki bagian keranjang tidur dan sebisa mungkin menenangkan Darrel yang masih merengek. Sebagian pikiranku menuju kepada Ryan yang pastinya, sedang dikeroyok fans sialannya. Well, siapa suruh dia mengikutiku. Kuharap dia menjaga mulutnya disana, jangan sampai dia bicara yang aneh-aneh.

Darrel sudah diam dan aku sudah menemukan sebuah keranjang tidur kayu yang kuat dengan warna cantik, lengkap dengan mainan bayi di dalamnya. Harganya juga tidak begitu mahal jadi kupikir aku akan membeli yang ini saja.

Aku memanggil salah satu petugas perempuan dengan rambut hitamnya yang dikuncir kuda. Dia langsung menuliskan apa yang kuinginkan di kertas memonya dan segera mengantarku ke meja kasir. Saat sudah sampai di meja kasir terdekat, dia menyebutkan nomor keranjang bayi yang kubeli.

Aku menunggu sampai mereka memasukkan semuanya ke dalam kotaknya sambil memerhatikan Ryan yang sedang dikelilingi para petugas yang pastinya, sedang istirahat dan beberapa anak remaja yang hamil di usia muda.

Oke, aku tak mengerti mengapa anak-anak itu mau membuang-buang sisa waktu remaja mereka untuk melakukan hal yang salah dan memiliki anak. Maksudku, kalau mereka i=benar-benar ingin memiliki anak, setidaknya mereka bisa menunggu sampai beberapa tahun kedepan, disaat yang sudah tepat. Nasib mereka akan menyedihkan karena tidak bisa menghabiskan masa remaja mereka dengan berjalan-jalan bersama teman mereka dan kuliah.

"Permisi, ini barang yang ada pesan" wanita berambut cokelat yang dijepit kebelakang menyerahkan kantong belanja dengan lambang Baby Shop dengan gambar kereta bayi di tengahnya.

"Terima kasih" kataku sambil menyerahkan uang yang sudah kusiapkan sedari tadi. Ryan harus kena omelan setelah ini.

"Terima kasih dan ngomong-ngomong, Miss ini istri rahasianya Ryan Edward itu?" tanya wanita itu, membuat seluruh uratku langsung melemas.

"Umm, bukan. Aku hanya... kakaknya" suaraku bergetar saat menjawab. Aku melakukan kesalahan. Seharusnya aku menjawabnya tanpa ragu, dia bisa mengira aku tidak mau mengaku dan nyaris menangis karena suaraku yang bergetar. Lagipula, dilihat dari segala sisi, aku lebih dewasa dibanding Ryan.

"Sungguh? Tapi Ryan bilang dia tidak memiliki saudara saat wawancara. Kami tidak akan membocorkannya ke media" aku baru sadar semakin banyak orang menguping dan aku tak percaya mereka tidak akan mengatakan apa-apa ke media. Semua ini gara-gara Ryan.

"Aku tak tahu. Kami bertengkar selama beberapa tahun dan baru sekarang berbaikan" jawabku seyakin-yakinnya. Tapi mereka nampak tidak percaya.

"Permisi" kataku, bergegas pergi dari daerah situ dan berjalan melewati Ryan yang masih dikerumuni para wanita gila.

"Hei! Lica!" kudengar Ryan berteriak memanggil namaku di belakang sana. Aku tak tahu sejak kapan dia menemukan nama panggilan untukku yang seaneh itu.

Dan sebuah kilatan yang menyilaukan menusuk mataku.

****
Segini dulu ya :) Author lg menyiapkan diri buat ulangan mat hari Rabu minggu depan soalnya hehe

Continue Reading

You'll Also Like

5.2M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.1M 55.9K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
355K 14.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.6M 134K 29
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...