Unexpected Life [COMPLETED]

By vizzhu

188K 8.9K 314

"When Life Almost Like a Novel" Shelomita Walcott, wanita yang tidak pernah merasakan Cinta dan tidak... More

OPENING
Prolog
Unexpected Life - Part 1(Revisi)
Unexpected Life - Part 2 (Revisi)
Unexpected Life - Part 3 (Revisi)
Unexpected Life - Part 4 (Revisi)
Unexpected Life - Part 5 (Revisi)
Unexpected Life - Part 6 (Revisi)
Unexpected Life - Part 7 (Revisi)
Unexpected Life - Part 8 (Revisi)
Sekedar info
Unexpected Life - Part 09 (Revisi)
Unexpected Life - Part 10 (Revisi)
Unexpected Life - Part 11 (Revisi)
Unexpected Life - Part 12 (Revisi)
Unexpected Life - Part 13 (Revisi)
Unexpected Life - Part 14 (Revisi)
Unexpected Life - Part 15 (Revisi)
Unexpected Life - Part 16 (Revisi)
Unexpected Life - Part 17 (Revisi)
Unexpected Life - Part 18 (Revisi)
Unexpected Life - Part 19 (Revisi)
Unexpected Life - Part 20 (Revisi)
Unexpected Life - Part 21(Revisi)
Unexpected Life - Part 22 (Revisi)
Unexpected Life - Part 23 (Revisi)
Unexpected Life - Part 24 (Revisi)
Unexpected Life - Part 25 (Revisi)
Unexpected Life - Part 26 (Revisi)
Unexpected Life - Part 27 (Revisi)
Unexpected Life - Part 28 ( Revisi)
Unexpected Life - Part 29 (Revisi)
Unexpected Love - Part 30 (Revisi)
Unexpected Life - Part 31 (Revisi)
Unexpected Life - Part 32 ( Revisi)
Unexpected Life - Part 33 (Revisi)
Unexpected Life - Part 34 (Revisi)
Unexpected Life - Part 35 (Revisi)
Unexpected Life - Part 36 (Revisi)
Unexpected Life - Part 37 (Revisi)
Unexpected Life - Part 38 (Revisi)
Unexpected Life - Part 39 (Revisi)
Unexpected Life - Part 40 (Revisi)
Unexpected Life - Part 41 (Revisi)
Unexpected Life - PART 42 (Revisi)
Unexpected Life - PART 43 (Revisi)
NEW STORY

Unexpected Life - PART 44 - EPILOG (Revisi)

5K 148 12
By vizzhu

Yuhuuu chapter terakhir nih!!!

Say goodbye to #LouLy.

sebelumnya aku haturkan banyak-banyak maaf jika dari part 1- terakhir ini banyak typo" yg membuat kalian sakit mata.
Aku juga minta maaf utk kegajean ceritaku yang makin lama makin absurd.
Cerita ini kutulis sambil jalan soalnya.

See you in next story, jangan kapok ya baca ceritaku.

Dedication : @putriseo123 , @Masyita21 , @syf_lara , @sabilla_amanda , @kokom68 , @ayulanida , @risma187 @VeniDwi .

~~~


  Bodoh! rutukku dalam hati. Aku menenggelamkan kepalaku di atas kasur dan menutupinya dengan bantal.

Aku mengutuki diriku yang bodoh karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari Lou. Bibirku serasa kaku, padahal hatiku sudah berteriak mengatakan padanya untuk jangan pergi, namun bibirku tidak sependapat.

     Bodohnya lagi, aku justru mengatakan ingin pulang. Airmuka Lou yang menampakkan rasa kekecewaan bisa kurasakan, dalam perjalanan pulang kami berdua tidak saling bicara.

  God! Damn it! Aku kecewa pada diriku, mungkin benar yang dikatakan Feli tentangku, bahwa aku terlalu membenteng tinggi ketakutanku.

  Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengatakan padanya?

*
  Keesokan paginya aku terbangun dalam posisi duduk memeluk kakiku di atas ranjang. Semalam aku tidak bisa tidur sampai pukul 04.00 kurasa. Aku melirik jam diatas mejaku sudah menunjukkan pukul 08.30. Jantungku langsung berdetak tidak normal. Dengan segera aku melangkahkan kaki keluar.

  Tidak ada tanda-tanda kehadiran seorang pun, "Fels? Gel?" panggilku. Namun nihil.

     Mereka semua mengantar Lou kah? Lou pergi?

     Hatiku serasa remuk dan seluruh badanku terasa lemas. Lou sudah pergi, meninggalkanku. Dadaku terasa sesak, mataku pun terasa panas, bulir-bulir air mata mengalir di kedua pipiku. Dengan lemas aku melangkahkan kaki ke kamar Lou.

   Apa dia tidak membacanya?

   Menyesal dengan sepenuh hati, kenapa aku tidak mengatakan langsung padanya kemarin. Sekarang aku benar-benar kehilangan dirinya. Aku membuka pintu kamarnya dan terlihat ruangannya sudah rapi, tidak ada barang-barangnya.

   Aku melihat kesana kemari, mencari secarik kertas yang kutinggalkan di atas kopernya semalam, namun tidak ada dimanapun. Sambil mengusap airmataku dengan kasar, aku membungkukkan badanku terus mencari di bawah kasur atau meja.

     "Apa kau mencari ini?"

  Sebuah suara membuatku terdiam. Suara itu.

*

Louis POV

  "Apa rencanamu sekarang?" Feli dan aku dalam perjalanan menuju airport bersama Angel.

   Aku tersenyum sendiri menatap secarik kertas yang kutemukan tadi pagi di atas lantai dekat koperku. Aku tahu ini milik Shelly.

'Apakah terlambat untukku mengatakan dua kata, JANGAN PERGI ? - S.W'

   "Kita ke airport untuk menukar jadwal penerbanganku dan kembali lagi," ucapku dengan yakin.

   "Dia belum tahu?" Angel yang duduk dibelakang memajukan tubuhnya.

   "Kurasa belum," jawab Feli. "Mungkin sekarang ia sedang merutuki dirinya, kau benar-benar sedikit kejam Lou."

   "It works." Sejak tadi pagi aku tidak bisa menyembunyikan senyumku. Miracle has happened.  Aku ingin segera pulang dan memeluknya.

   "Yeah, jangan lupa janjimu Lou," Feli tertawa. Aku ingat pernah berjanji pada kedua wanita ini, jika aku mendapatkan Shelly, maka aku akan membebaskan mereka dari iuran bulanan apartemen.

    Setelah kembali dari airport, aku sedikit gugup ingin naik ke atas. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa dia sudah bangun dan menyadari aku tidak ada? Sedang apa dirinya saat ini? Sedihkah dia?

   Tanganku terasa dingin. Sementara Feli dan Angel menunggu di bawah, aku naik ke atas. Saat aku membuka pintu apartemen, tidak terlihat dirinya dan kulihat pintu kamarnya sudah terbuka. Aku berjalan mengendap-endap tanpa suara kearah kamarnya namun tidak ada dirinya.

    Kakiku melangkah maju lagi melihat ke dalam kamarku, ternyata ia disana sedang berjongkok mencari sesuatu. Ah, mungkin kertas ini. Ia pasti berpikir aku sudah pergi. Jadwalku memang seharusnya jam 08.00 pagi.

   Aku mengumpulkan keberanian untuk menyapanya, "apa kau mencari ini?"

   Tubuhnya menegang, mungkin karena terkejut. Setelah itu kulihat ia berdiri dan berbalik. Terlihat bekas airmata di wajahnya dan kedua matanya yang sembab. Aku tersenyum menatapnya yang masih berdiri kaku.

   Perlahan aku melangkah maju mendekati dirinya dan mengusap sisa airmatanya. Kurengkuh tubuhnya dan kupeluk dia, "I'm back," bisikku.

      Shelly berusaha melepaskan dirinya dari pelukanku, namun kutahan. Aku tahu apa yang akan dia lakukan. "Kau membohongiku? Kau tidak pergi?" ucapnya. Aku bisa merasakan sedikit kemarahan dalam nadanya.

    "Aku akan pergi, namun secarik kertas ini membuatku tak kuasa untuk pergi," aku memasukkan sedikit nada melo didalamnya. Dalam hati aku ingin sedikit tertawa, namun aku tidak ingin merusak suasana.

      "Bohong."

   Aku menjauhkan sedikit tubuhku untuk menatapnya, "tidak. Aku tidak berbohong padamu. Aku memang akan pergi tadinya, namun kau menahanku. Ingat yang kukatakan, jika kau memintaku untuk tidak pergi, maka aku akan tetap disini."

  Aku memeluknya kembali, membuat Shelly kembali mengalirkan airmatanya dan menangis lebih kencang. "Sshh, jangan menangis lagi. Maafkan aku membuatmu bersedih."

  Sambil menangis, ia bertanya, "lalu kemana kau tadi pagi?"

  "Aku pergi ke airport, untuk membatalkan tiket penerbanganku dan menggantinya dengan jadwal lain."

   Tangannya mendorong tubuhku menjauh, "jadi kau tetap akan pergi?" wajahnya terlihat terkejut.

    "Ya, aku tetap akan pergi ..." Belum selesai aku berbicara, Shelly memotongku dengan nada lebih keras, "kau tetap akan pergi???"

    "Calm down, aku akan kembali. Aku hanya mengunjungi kakekku yang sakit di London."

    Kini, Shelly semakin terkejut, "jadi dari awal kau memang tidak berniat pergi selamanya?"

    Damn! Secepat itu ia bisa menebak. Aku melupakan kondisi dimana Shelly bisa lebih pintar jika ia sedang marah. "Ber – berniat, aku memang berniat pergi jika kau menolakku," jawabku gugup. Tidak menjawab jujur untuk saat ini adalah pilihan terbaik dan kuharap ia percaya.

    Shelly masih menatapku sambil mengerutkan dahinya, aku menyadari apa yang dikatakan ayahku tentang ibuku selama ini, 'wanita yang sedang marah terlihat lebih menggemaskan sekaligus menyeramkan dari seekor singa', dan itu memang benar adanya.

      "Jam berapa kau pergi?" tiba-tiba ia menanyakan hal yang membuatku terkejut, kukira ia akan menolak jawabanku. Aku tahu ia masih tidak percaya padaku, hanya saja apa yang membuatnya berubah pikiran?

   "Jam empat sore. Kau mau ikut?"

   "Tidak. Aku tidak bisa. Kapan kau akan kembali?"

      "Minggu depan." Aku kembali mendekatinya dan mengusap kepalanya. "Kau tidak perlu takut, aku akan kembali kesini, kembali padamu." Kudekatkan keningnya pada bibirku.

      Tubuhnya sudah lebih rileks dari sebelumnya. Saat aku ingin mengecup bibirnya, ia menjauh membuatku bingung, dia menolakku?

      Kemudian wajahnya tersipu malu, "Eum, aku belum mandi." Segera ia berlari keluar dari kamarku membuatku tertawa lepas.

   Wanitaku selalu membuatku bahagia.

   Wanitaku? Ya, wanitaku.

- The End -



Hore!!!! End!!!!
cuma gitu aja? iya segitu aja deh.
yang penting kan endingnya dah tahu mereka sama-sama.
hihihi.
awalnya cuma mau buat 20 part, ga taunya bisa sampe 45 part. lumayan juga yak ngawurnya.

thanks readers baik yang silent maupun yang active. thanks bgt sudah mau baca cerita abal-abal ini. thanks buat teman-temanku yang sudah bantu buat cerita ini, bagi yang support juga.

last but not least, i love you all.

It's time to say goodbye to LouLy and friends.
see you!!!

R.V

Continue Reading

You'll Also Like

14.4K 1.3K 25
Hidup seperti roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Seperti itulah hidup Reana Lovata. Walaupun pernah menjadi model anak anak yang cu...
1.3M 105K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
586K 1.1K 5
Kumpulan Cerita Pendek, penuh gairah yang akan menemani kalian semua. 🔥🔥🔥
121K 6.9K 31
Biarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada y...