Unexpected Life [COMPLETED]

By vizzhu

188K 8.9K 314

"When Life Almost Like a Novel" Shelomita Walcott, wanita yang tidak pernah merasakan Cinta dan tidak... More

OPENING
Prolog
Unexpected Life - Part 1(Revisi)
Unexpected Life - Part 2 (Revisi)
Unexpected Life - Part 3 (Revisi)
Unexpected Life - Part 4 (Revisi)
Unexpected Life - Part 5 (Revisi)
Unexpected Life - Part 6 (Revisi)
Unexpected Life - Part 7 (Revisi)
Unexpected Life - Part 8 (Revisi)
Sekedar info
Unexpected Life - Part 09 (Revisi)
Unexpected Life - Part 10 (Revisi)
Unexpected Life - Part 11 (Revisi)
Unexpected Life - Part 12 (Revisi)
Unexpected Life - Part 13 (Revisi)
Unexpected Life - Part 15 (Revisi)
Unexpected Life - Part 16 (Revisi)
Unexpected Life - Part 17 (Revisi)
Unexpected Life - Part 18 (Revisi)
Unexpected Life - Part 19 (Revisi)
Unexpected Life - Part 20 (Revisi)
Unexpected Life - Part 21(Revisi)
Unexpected Life - Part 22 (Revisi)
Unexpected Life - Part 23 (Revisi)
Unexpected Life - Part 24 (Revisi)
Unexpected Life - Part 25 (Revisi)
Unexpected Life - Part 26 (Revisi)
Unexpected Life - Part 27 (Revisi)
Unexpected Life - Part 28 ( Revisi)
Unexpected Life - Part 29 (Revisi)
Unexpected Love - Part 30 (Revisi)
Unexpected Life - Part 31 (Revisi)
Unexpected Life - Part 32 ( Revisi)
Unexpected Life - Part 33 (Revisi)
Unexpected Life - Part 34 (Revisi)
Unexpected Life - Part 35 (Revisi)
Unexpected Life - Part 36 (Revisi)
Unexpected Life - Part 37 (Revisi)
Unexpected Life - Part 38 (Revisi)
Unexpected Life - Part 39 (Revisi)
Unexpected Life - Part 40 (Revisi)
Unexpected Life - Part 41 (Revisi)
Unexpected Life - PART 42 (Revisi)
Unexpected Life - PART 43 (Revisi)
Unexpected Life - PART 44 - EPILOG (Revisi)
NEW STORY

Unexpected Life - Part 14 (Revisi)

3.7K 216 12
By vizzhu

      
Part ini aku dedikasiin buat orang-orang yang masukin cerita UL ke Reading List nya.
Thank You So Much!!!
I Love You!!

~~~~~

         Jam makan siang ternyata datang sangat cepat, aku tidak menyadarinya sampai sekretaris Edward datang keruanganku. "Tidak sabaran, seperti biasa," gerutuku. Sekretarisnya mendengar gerutuanku hanya tertawa kecil. Aku mengikutinya ke ruangan Edward. Ternyata Edward sudah memesan menu makan siang untuk kami berdua.

         Sekretarisnya hanya membukakan pintu dan membiarkanku masuk. Aku melihat Edward sudah duduk di meja yang tersedia makanan kami. "Jam 12 dan kau terlambat sweety." Ia berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku.

        "Aku lupa waktu."

         "Baiklah sekarang kau sudah disini." Edward membuka maskerku, "Kau tidak akan bisa makan menggunakan ini, sepertinya sudah semakin membaik." Tangannya menyentuh pipiku yang memar dan mengelusnya.

          Aku menjauhkan diri dari sentuhannya karena masih terasa nyeri. Lalu Edward menarikku ke kursi kosong dan menarikkan kursi itu untukku. "Kau tidak perlu melakukan itu Ed." Jujur, aku tidak pernah diperlakukan seperti itu jadi rasanya sedikit aneh.

          "Sudah seharusnya sayang," Edward tersenyum, dan berjalan ketempat duduknya sesudah aku duduk.

        "Aku sudah memesan makanan yang aku rasa pas untukmu. Kau suka?"

         "Aku suka." Ia memesankanku lasagna dan juga pudding. Sesuatu yang bisa kumakan dengan mudah.

         "Bagus. Mari kita makan dulu."

         Selagi menikmati makan siang kami, Edward akhirnya menagih jawaban atas pertanyaannya.

         "Jadi kau sudah memikirkan jawabanmu? Aku sangat frustasi membayangkan apa yang akan kau jawab hari ini." Ia menunjukkan wajah sedihnya saat mengatakan itu.

       "Ya. Aku sudah memikirkannya."

        "Lalu?"

        "Lalu..." aku mengulang perkataannya.

        "Jawabannya sweety," ucap Edward menghentikan makannnya dan menatapku tidak sabar.

         "Tiga bulan?"

         "Ya. Tiga bulan."

         "Baiklah," jawabku akhirnya.

         Edward tersenyum senang, "Aku bisa menikmati sisa makananku dengan tenang kalau begitu."

          Aku hanya tersenyum. Makan siang di ruangan Edward bukan ide yang bagus. Di dalam ruangan ini aku selalu merasa terintimidasi oleh tatapannya. "Bisakah kau makan seperti biasa tanpa perlu menatapku seperti itu?" aku sudah kesal karena ia tidak berhenti menatapku.

          "Aku makan seperti biasa."

         "Jadi aku atau steak itu makananmu?"

         "Aku ingin kau. Tapi tidak sekarang."

          "Jadi menurutmu aku terlihat lebih enak daripada steak itu?"

          "Kau lebih cocok jadi makanan penutupku." Edward sudah selesai dengan makanannya.

          "Jadi kau ingin memakanku sekarang?" Sejujurnya aku hanya bermain-main dengan perumpamaannya.

          Edward menatapku dengan senyum khasnya, "Kau ingin aku memakanmu sekarang? Kau nakal Sweety."

          "Apa? Bukankah kau mengatakan aku seperti makanan penutupmu?" Aku juga sudah menyelesaikan makananku.

         "Tidak. Tidak sekarang. Kau makanan penutup paling lezat yang aku punya dan aku selalu menyimpan sesuatu yang enak untuk dinikmati paling akhir."

         Aku semakin tidak mengerti dengan kata-katanya.

       "Aku akan kembali ke ruanganku, terima kasih untuk makan siangnya Ed."

       Aku berdiri dan Edward juga berdiri lalu menghampiriku.

       "Aku membutuhkan sesuatu yang lain sebelum bekerja."

       "Apa?"

        Edward meraih pinggangku sehingga badanku menempel di badannya, lalu mendekatkan wajahnya. Aku reflek meletakkan kedua tanganku di dadanya.  Aku sempat mencium aroma musk dari tubuhnya sebelum aku menahan napas.

         "Aku senang kau menerimaku sweety." Edward mendekatkan bibirnya di bibirku membuatku panas dingin. Aku belum pernah berciuman sebelumnya dan ini ciuman pertamaku!

         Aku merasakan bibir Edward yang lembut mengecup bibir atas dan bawahku secara begantian sedangkan aku hanya diam saja. Dia menatapku "Kau tidak ingin membalas?"

          Aku merasa aliran darahku berkumpul di kedua pipiku, "Eum... Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya." Sambil menundukkan kepalaku dan berkata dengan suara yang menurutku paling kecil yang pernah aku keluarkan.  Edward tertawa dan memelukku. "Aku suka menjadi yang pertama."

           Bunyi ponsel Edward membuat dia harus melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke mejanya dan mengambil ponselnya. "Ya?"

          Aku berjalan mengelilingi ruangannya.

        "..."

        "Aku baik. Angin apa yang berhembus disana sehingga kau menelponku hari ini?"

       "..."

        "Jangan percaya pada omong kosong itu." Aku menoleh sebentar kearahnya dan memberi kode bahwa aku ingin kembali ketempatku. Ia membalas mengangkat tangan kanannya yang kutahu artinya 'sebentar'.

        "..."

         "Aku sibuk. Aku akan menelponmu kembali nanti." Edward mematikan panggilannya dan kembali berjalan kearahku.

        "Kenapa kau terlihat ingin menjauh dariku?"

        "Aku... Tidak. Jam istirahat sudah hampir habis Ed." Aku berkata dengan gugup.

        Edward tersenyum dan kembali mendekatkan wajahnya di wajahku. Aku reflek menunduk dan ia menahan daguku. Aku memejamkan mataku, merasakan bibirnya di bibirku.

         Edward menciumku dengan lembut, membuatku hanyut dalam perasaan yang tidak pernah kurasakan. Aku mencoba membalas dengan cara yang ia lakukan dan Edward semakin memperdalam ciumannya. Kemudian ia menghentikan ciumannya setelah aku hampir kehabisan napas. Lalu menempelkan dahinya di dahiku. "Aku mencintaimu dan bibirmu adalah canduku."

           Pipiku memerah. "Aku suka ini." Ia mengelus kedua pipiku, "Aku akan mengantarmu pulang hari ini, tunggu aku." Aku mengangguk dan segera keluar dari ruangannya.

*

Pikiranku tidak dapat berkonsentrasi akibat ciuman itu. Feromonku memaksa terus mengingat ciuman itu dan jantungku tidak berdetak normal sejak tadi. Kaki-kakiku menjadi lemas. Jam di meja kerjaku selalu menarik perhatian dan ketika jarum panjang sudah di angka 12 dan jarum pendek sudah diangka 5, aku segera membereskan meja kerjaku.

          Kutatap cermin yang selalu kuletakkan di meja kerja dan merapikan rambutku. Baru kusadari satu hal,  seharusnya aku tadi meminta Ed menjemputku di halte saja. Aku mendengus pasrah.

         Tak lama sebuah mobil sedan audi hitam berhenti di depanku. Kaca penumpang depan diturunkan dan aku melihat Edward didalam, ia tersenyum dan menyuruhku masuk. Tanpa perlu aku melihat sekitar, aku langsung berlari masuk.

        "Kau menyetir sendiri?"

        "Ya. Aku menyuruh sopirku pulang karena aku ingin mengantarmu sendiri." Edward menyeringai khas.

        "Eum... Ed, mengenai hal itu, bisakah lain kali kita bertemu di halte dekat kantor saja?" Sebenarnya aku sedikit takut menanyakan hal ini padanya, aku takut ia marah padaku.

        Ia hanya diam saja.

       "Aku hanya merasa tidak nyaman dengan tatapan seluruh orang Ed," jelasku lagi.

       Ia meraih tanganku dan menggenggamnya. "Maka mulai sekarang kau harus belajar membiasakannya. Kau mengerti?" Edward sepertinya tidak ingin dibantah, jadi aku hanya mengangguk pasrah.



Dont Forget The Votes Button

R.V

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 154 21
Continue Story : The Past And The Present Kisah kehidupan Chanyeol dan Sowon setelah menikah Ternyata kehidupan setelah menikah itu tak seperti yang...
818K 72.8K 45
Alexa Richards terluka luar dalam, sampai akhirnya ia menutup dirinya dari yang namanya hubungan percintaan. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri t...
235K 42.4K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
776K 30.8K 32
Marriage Disaster Series : 1. My Broken Wife 2. Bitter Sweet Destiny 3. That Woman 4. TBA *** YANG ADA TULISAN [REVISI] BERARTI AUTHOR UDAH EDIT BESA...