Bunga Terakhir

By FlowerDeer99

7.4K 158 8

More

PROLOG
Bagian I
Bagian II
Bagian III
Bagian IV
Bagian V
Bagian VI
Bagian VII
Bagian VIII
Bagian IX
Bagian X
Bagian XI
Bagian XII
Nazla99
Bagian XIII
Bagian XIII
Bagian XIII
Nazla99
Bagian XIV
Bagian XV
Bagian XVI
Bagian XVII (1)
Bagian XVII (2)
Bagian XVIII
Bagian XIX
Bagian XX
XXIII
Bagian XXII (REVISI)

Bagian XXI

144 4 0
By FlowerDeer99

Rafael berdiri di depan rumah Leona,dia terlihat sedikit gugup. Sudah 15 menit dia menunggu Leona,tapi Leona belum juga keluar. Sedangkan Leona sebenarnya sudah menyadari kedatangan Rafael sejak tadi. Tapi dia masih ragu untuk bertemu dengan Rafael dengan kondisi kesehatannya yang tidak menentu. Dia takut Rafael menyadari tentang kesehatannya yang memburuk.

Dua puluh menit sudaf Rafael menunggu. Dia mencoba menghubungi ponsel Leona. Beberapa sebelum dia menekan tombol calling. Leona keluar dari rumahnya. Wajah Leona masih terlihat pucat.

"Pagi cerewet."
"Pagi.. kau sudah lama menunggu?"
"Enggak aku baru sampai kok. Gimana kau sudah siap pergi?"

Leona hanya mengangguk. Dengan semangat Rafael menarik tangan Leona ke mobil.

"Ayo masuk."

Leona mengikuti kata-kata Rafael. Kali ini Rafael tidak menggunakan supirnya. Dia hanya ingin berdua dengan Leona. Selama perjalanan Leona tidak banyak bicara. Begitu juga dengan Rafael. Namun sesekali Rafael suka melirik ke wajah Leona lalu tersenyum. Sampai akhirnya Leona yang mulai merasa canggung mulai membuka pembicaraan dengan Rafael

"Raf. Sebenarnya kamu mahasiswa atau siswa SMA sih??"
"Kenapa emangnya?"
"Enggak apa-apa sih."
"Aku mahasiswa."
"Lalu kemarin itu?"
"Ohh. Itu aku hanya menyamar aja."
"Menyamar? Untuk apa?"
"Nanti ku kasih tahu oke. Kita sudah mau sampai."
"Apa yanh akan kita lakukan hari ini?"
"Kau bilang ingin menanam pohon kan?"
"iya."
"Ya sudah. Kebetulan beberapa waktu yang lalu mama ku membeli villa di sini. Lalu mama ku bilang di dekat villanya ada taman kecil. kita akan menanam banyak pohon di tempat itu. Sampai pohonnya tumbuh besar. Kalau perlu seminggu sekali kita ke sini. Gimana??"
"Benarkah?"
"Satu lagi tempat ini dekat dengan gunung. Jadi kita bisa pergi ke gunung kalau kau mau"
"Raf kita istirahat sebentar ya."
"Oke."

Sementara Rafael membuat teh di dapur. Leona duduk di teras belakang. Kebetulan teras belakang langsung mengarah ke taman yang di sebutkan Rafael. Sinar matahari lumayan hangat pagi ini. Leona yang masih lelah duduk sambil bersender dan wajahnya mengarah ke arah sinar matahari. Beberapa menit kemudian datanglah Rafael yang baru menyadari wajah pucat Leona.

"Kau sakit?"
"Rafael?"
"Kau sakit Leona?"
"Ahh. Enggak kok. Hanya capek aja."
"Kau yakin?"
"Iya. Tenang aja. Oya toilet dimana?"

Leona sedikit kaget saat Rafael menyadari wajah pucatnya. Dia enggak mau merusak semua rencana Rafael.

*###*

Setelah Leona kembali dari toilet. Dia melihat Rafael sudah sibuk menyiapkan peralatan menanam. Leona pun menyusulnya ke taman itu.

"Bisa kita mulai sekarang?"
"Dasar kau ini. Kalau ada maunya aja cepat."
"Iya lah. Kalau kamu masih capek kamu duduk aja di sini, terus kamu yang bilang di mana cocoknya di tanam bunga-bunga ini.."
"Baiklah."
"Leona. Menurut kamu kita tanam bunga apa di luan?"
"Gimana kalau mawar?"
"Oke."
Lama Rafael mencari bunga mawar.
"Kenapa Raf?"
"Aneh perasaan tadi aku udah nyuruh orang di rumah untuk masukkim semua bunga. Tapi bunga mawarnya enggak ada.'
"Serius?"
"Iya. Gimana nih?"
"Ya udah lah enggak apa. Bunga yang lain aja dulu. Ayo kita tanam bunga-bunga kita ini."
"Oke."

Leona menyuruh Rafael menggali tanah di beberapa tempat sekitar taman itu. Sedangkan dia mulai menanami bunga-bunganya.

"Dimana lagi Leona?"
"Kayaknya sudah cukup. Sekarang kita tanam bunga nya."
"Oke."

Karena keasikan menanam Leona lupa akan kesehatannya. Tiba-tiba pandangannya kabur dan kepalanya mulai sakit lagi. Leona sedikit bersandar ke salah satu batang pohon dan berusaha mengembalikan pandangannya. Leona merasa sepertinya dia akan mimisan lagi,sebelum Rafael mengetahuinya Leona berlari ke dalam rumah. Sampai di toilet seperti dugaannya darah kembali keluar dari hidungnya. Leona membersihkannya dan Rafael mengetuk pintu toiletnya.

"Leona.. Leona. Kau kenapa??"
"Aku enggak apa-apa Raf. Tenang aja."
"Kau sakit?"
"Enggak kok. Kamu tunggu aja di taman bentar lagi aku keluar."
"Oke. Aku tunggu."

Tidak berapa lama setelah Rafael keluar. Leona mendapat telepon dari Simon.

"Halo Simon."
"Leona. Maksud ku Nona Leona. Hasil DNA akan keluar besok. Saya harap anda bisa datang ke rumah."
"Sim.."
"Iya Nona?'
"Enggak. Terima kasih aku pasti datang besok. Untuk memastikannya sendiri."
"Baiklah. Selamat siang."

Leona keluar dan menuju kembali ke taman. Dari kejauhan Leona melihat Rafael sedang berbincang dengan orang lain. Leona pun berjalan mendekati mereka. Ternyata seorang laki-laki dan perempuan, mungkin usia mereka sekitar 70-an tahun,yang sedang berbicara dengan Rafael.

"Ohh Leona. Sini... Kenalkan ini tuan and nyonya White."
"Halo Leona. Senang berkenalan dengan mu." Kata Nyonya White.
"Kalian suka menanam juga ternyata.", kata Tuan White sambil berkeliling taman.
"Enggak tuan. Saya dan Leona baru akan memulai hobi baru kami ini sama-sama."
"Loh. Ini kurang rapi. Rafael tolong bawakan sekop itu kemari."
"Kamu sama nona ini duduk saja. Biar kami yang melanjutkannya."

Sambil memperhatikan Rafael dan tuan White, Leona dan nyonya White meminum teh hijau sambil berbincang.

"Kalian datang dari kota?"
"Iya nyonya."
"Aduh. Jangan panggil saya nyonya kamu bisa panggik saya nenek. Saya lebih suka anak-anak memanggil saya nenek."
"Baiklah nenek."
"Kalian benar-benar cocok."
"Kami?"
"iya kamu dengan si tuan muda itu."
"Kami tidak pacaran. Hanya sekedar teman saja."
"Benarkah? Sayang sekali."
"Tadi kakek bilang kalian juga suka berkebun."
"mmm. Saat kamu masih muda, dia suka membelikan ku Bunga. Bahkan demi membelikan bunga untuk saya,dia rela menyimpan uangnya dan enggak makan. Akhirnya dia sempat sakit dan aku memarahinya."
"Lalu?"
"Lalu kami sama-sama mencari jalan keluarnya. Dan akhirnya karema bunga-bunga itu kami bisa hidup berdua sampai sekarang."
"berdua?"
"Tuhan masih belum mempercayakan kami untuk memiliki seorang anak. Sampai usia segini hanya cinta sejati yang terus menyatukan kami. Hanya kematian yang akan memisahkan kami."
"Nenek sangat mencintai kakek?"
"Aku sudah enggak bisa menghitung seberapa besar cinta ku sama dia."

Mendengar cerita nenek White Leona meneteskan air matanya.

"Bagaimana dengan mu,kau mencintainya?"
Leona mengangguk.
"Tapi aku enggak tahu gimana perasaan dia?"
"Kamu tahu kelemahan kita sebagai seorang perempuan, kita tidak bisa langsung mengutarakan perasaan kita. Leona terserah gimana pun perasaanya terhadap kamu, tapi satu hal KAMU HARUS PERCAYA DIA JUGA MENCINTAIMU. Aku yakin rasa percaya yang ada di hati mu akan membuka hatinya kepadamu."

*****

Rafael melihat Leona yang tertidur di sofa. Rafael mendekatinya dan duduk di samping Leona.

"Shofia. Apakah salah kalau aku mulai mencintainya? Shofia aku merasa benar-benar mencintai perempuan ini. Bukan karena dia mirip dengan kamu. Tapi aku takut kalau aku mencintainya aku akan kehilangannya sama seperti aku kehilangan kamu Shofia."

Rafael membelai wajah Leona yang terasa dingin. Lalu Leona membuka matanya.

"Apa kau kelelahan?"
"Sedikit."
"Besok aku janji akan membawa mu ke gunung.'
"Kau enggak capek apa? Nanti kalau penyakit kamu kambuh gimana?"
"Penyakitku?. Tenang aja sudah lama penyakit ku enggak kambuh. Kamu enggak usah khawatir. Kalau kamu mau tidur ayo ku antar ke kamar."
"Enggak. Oya raf. Mama kamu suka nonton film ya."
"Iya. Kenapa?"
"Gimana sebelum tidur kita nonton dulu."
"Nonton apa?"
"Endless Love kau tahu film itu?"
"Endless Love. kau suka film itu. Aku sudah menonton film itu lebih dari 20 kali."
"Serius. Aku juga."

Akhirnya Leona dan Rafael menonton film itu. Leona yang sudah menonton film itu berulang-ulang tetap meneteskan air matanya. Begitu selesai menonton film itu Rafael tertawa melihat Leona yang berlinang air mata.

"Jadi ini film favorite mu?"
"Iya. Karena bagiku film yang bagus itu film yang bisa membuatku menangis dan terus mengingat setiap detik kejadian di film ini."

Leona dan Rafael berbincang sampai akhirnya Leona tertidur diluan. Melihat Leona yang sudah tertidur Rafael mengambil selimut dan menyelimutinya.

"Aku janji Leona. Mulai besok saat kau membuka matamu, aku akan membuat kau mengingat setiap detik hal menyenangkan di kehidupanmu kedepannya bersama ku."

Sebelum pergi Rafael mengecup dahi Leona.

Rafael benar. Besok saat Leona membuka matanya. Itu akan menjadi awal ingatan Leona dengan Rafael. Bagi Leona besok saat dia membuka matanya, itu adalah kali pertamanya dia berjumpa dengan Rafael. Kedepannya Hanya memori itu yang akan diingat Leona saat dia bersama Rafael dan Leona tidak akan pernah melupakan setiap detik kehidupannya mulai besok pagi, tapi tanpa Rafael di sampingnya.

Hello my Lovely Readers...
Maaf sudah menunggu, maaf karena part ini ceritanya rada enggak nyambung, maaf juga kalau banyak Typo.
"Kira-kira ingatan apa yang akan tersisa di kepala Leona saat dia membuka mata keeseokan pagi ya?? Jangan-jangan Leona Amnesia??"
Terus ikuti ya. Bakal banyak hal yang mengejutkan loh.

Oya Lovely Readers. Vote yang banyak ya...

Nazla99^^


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
1.2M 167K 26
[Fantasy & (Minor)Romance] Seluruh umat manusia tahu kenyataan bahwa volume air di bumi semakin naik dan menenggelamkan satu persatu pulau di dataran...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...