Bagian XIII

158 6 0
                                    

(part Three)

Musim dingim mulai datang. Orang-orang mulai sibuk membeli peralatan untuk menghias rumah saat tahun baru. Termasuk dengan Shofia dan ibunya. Sedangkan Rafael sama seklai tidak menyiapkan apa pun. Karena baginya semua hari sama saja. Bahkan itu tahun baru seklipun.

"Raf. Sorry ya sore ini aku enggak bisa main dengan mu. Aku harus belanja dengan ibuku."
"Belanja apaa?"
"Ya untuk tahun baru lah."
"Kamu jauh belanjanya."
"Mau ikut?"
"Malas lah."
"Eehhh. Tunggu ada telepon dari mamaku."

-----

"Kenapa shof?"
"Ibuku suruh aku belanja sendiri. Tapi Raf bisa temenin?"
"Oke.. Tapi aku enggak bisa lama-lama. Sore ini aku harus les.

*****

Dari toko ke toko mereka jalani. Shofia sudah mendapat banyak barang-barang hiasannya. Rafael hanya melihat Shofia yang sibuk menawar. Hampir semua barang sudah Shofia beli. Shofia mengajak Rafael ke restoran kecil. Mereka duduk pas di samping jendela kaca. Setelah memesan. Tidak ada percakapan antara mereka berdua. keduanya sibuk dengan pemikiran sendiri dan kedua pasang mata mereka mengarah ke arah jendela. Kemudian satu butir salju turun dan kemudian diikuti dengan turunnya salju yang lain. Rafael dan Shofia langsungmenitup matanya dan berdoa. Saat mereka selesai berdoa tanpa sengaja mata mereka saling bertemu.

"AKu berharap kamu bisa menemukan kebahagiaan mu yang sebenarnya Rafael." (dalam hati)
"Terima kasih Shofia,karena mu aku sudah menemukan kebahagiaanku. Karena kebahagiaanku adalah kamu." (dalam hati)
"Bukan..Bukan aku. Aku hanya akan menjadi kebahagiaan sesaatmu." (dalam hati)

Seorang waitress mengantarkan makanan mereka.

"Hai. Shofia lama enggak kemari"
"Tan. Enggak kok. Tiap minggu aku kan kemari."
"Gimana tentang masalah mu itu?"
"Tan sekarang bukan waktu yang tepat. Lain kali ku ceritakan."
"Baiklah. Selamat makan Shofia."
"Thanks. Selamat bekerja Tan."

Rafael hanya bingung melihat Shofia yang berbicara akrab dengan waitress itu.

"Teman mu?"
"Mmmm. Dulu kami tetangga sebelum aku diadopsi ibuku."
"Adopsi?"
"Iya.. dulu aku tinggal panti asuhan."
"Jadi asal kamu?"
"Tidak tahu. Ibu panti bilang aku di temukan di depan pintu panti asuhan 17 tahun lalu."
"Tidak ada catatan atau apa gitu."

Lama Shofia tidak menjawab pertanyaan Rafael.

"Enggak ada. Hanya kalung ini yang ada sama ku."
"Shof. Saat salju pertama tadi turun. Apa permohonanmu?"
"Mmm. Nanti.. nanti aku kasih tahu."
"Oke."

Shofia dan Rafael melanjutkan makan mereka sambil berbicara dan tertawa. Rafael semakin nyaman dengan Shofia. Bahkan sekarang mereka sudah dikira sedang berpacaran. Tidak hanya nyaman, Rafael juga mulai merasakan ada hal yang aneh saat dia berada dekat dengan Shofia. Termasuk saat mereka malam ini. Rafael sangat suka saat melihat senyum Shofia. Di luar canda tawa mereka,ada seorang laki-laki yang dari tadi mengikuti merek. Mulai mereka belanja sampai mereka selesai makan. Rafael mengantar Shofia hanya sampai halte bus,karena dia harus pulang.

"Kamu enggak langsung pulang aja. Sudah jam segini loh."
"Aku pulang kalau kamu sudah pulang."
"Ya sudah terserah. Kalau kamu dimarahi ayahmu,bukan salah ku ya."
"Sudah biasa. Jadi tidak usah terlalu dipikirkan."

Diam-diam Rafael melirik wajah Shofia. Sontak jantungnya seperti mau keluar. Rafael menyunggingkan senyum kecil,kemudian tiba-tiba Shofia memalingkan wajahnya ke arah wajah Rafael. Dan membuat Rafael kaget.

"Eehheemmm."
"Kamu kenapa Rafael"
"Mmmm.. Enggak ada."
"Yang benar?"
"Mmm. Sebenarnya.. Shof malam yahun baru kamu ada acara?"
"Tentu saja. Aku akan mengadakan acara tahun baru dengan ibuku setiap tahunnya."
"Kalau begitu khusus tahun ini. Kamu harus mengadakan acara tahun batu dengan ku. Bagaimana?"
"Harus?"
"Iya. Apa pun yang terjadi saat malam tahun baru nanti Kamu harus bersama denganku."
" Tapi aku harus ziarah ke kuburan ayahku."
" kalau gitu aku ikut."
"Rafael. Ayahmu?"
"Dia pasti akan merayakannya dengan teman bisnisnya."
" Kalau gitu terserah kamu saja."
" bus ku sudah datang. Aku diluan. Makasih ya buat hari ini."

Bunga TerakhirWhere stories live. Discover now