Bagian XX

94 3 0
                                    

(Mimpi Leona)

Leona terbangun karena sinar matahari yang
menyilaukan matanya. Leona baru sadar ternyata dia duduk di rumputan hijau,saat Leona melihat ke sekelilingnya sebuah pemandangan indah yang terpampang di depannya. Ratusan bunga dengan bermacam warna mengelilinginya. Di tambah angin yang menghembus wajahnya dan menyibakkan rambut panjangnya. Leona berdiri dan melebarkan tangnya,untuk merasakan pemandangan indah ini. Tiba-tiba seseorang memukul punggungnya. Leona kembali membuka matanya dan melihat siapa yang sudah mengganggunya.

"Grace. Ayo makan siang dulu."
"Mm. Makan siang?"

Perempuan itu, memiliki wajah yang sama dengan ku. Benar-benar mirip. Yang membedakan kami hanya lesung pipi kami. Kalau lesung pipiku di kanan,dia di kiri.

"Ayo. Kebanyakan melamun."
"Mm iyaa. Oke.."

Perempuan itu membawaku ke tengah bukit itu.

"Ma. Ayah Grace sudah dapat nih. Dia malah tidur tadi."

Seorang wanita dewasa langsung muncul. Rambutnya hitam sama seperti ku. Grace rasa mata Gracia sangat mirip dengan wanita itu. Wanita itu berjalan ke arah mereka dan memeluk Grace.

"Ma.. ma.ma."
"Putriku Grace. Kamu dari mana saja. Ayo makan siang."
"Mm. Ayo ma."

Saat wanita itu akan melepaskan pelukannya, dengan cepat Grace menahannya agar tetap memeluknya.

"Grace kamu kenapa?"
"Aku mencintai mama."
"kamu kenapa sih?"
"Mama mencintai ku."
"Tentu saja. Aku mencintai puteriku."

Grace melepaskan pelukannya. Air matanya jatuh. Lalu wanita itu dengan kelembutan tangannya menghapus air mata Grace.

"Ayo ma. Aku sudah lapar nih."
"Tunggu Gracia."
"Ayo sayang. Ayah juga sudah menunggu kita."
"Ayah?"
"Iya. Ayo."

Laki-laki yang ku panggil ayah itu sekarang berada di depanku. Sementara Gracia dan mamanya sibuk mempersiapkan makanan untuk makan siang. Kalau mata Gracia sangat mirip dengan mama mereka, sedang Grace memiliki mata ayahnya.

"Grace, meski kamu perempuan. Tapi kamu tidak boleh menunjukkan air mata mu ke semua orang. Mulai sekarang kamu hanya boleh menangis di pelukan ayah dan pelukan seseorang yang akan melindungi mu di masa depan nanti. Kamu mengerti?"
"Ayah."

Grace memeluk ayahnya.

"Kamu akan menjadi seorang pemimpin di masa depan. Kamu tidak bisa hanya melihat dengan mata tapi juga dengan hati. Karena kejahatan di dunia hanya bisa di lihat dengan hati. Begitulah kehidupan Grace. Ahh sudahlah kamu sudah lapar?"
"Sangat." (Menghapus air matanya)
---
"Ini untuk adik ku. Makan yang banyak ya."
"Gimana setelah kita makan. Kita foto?"
"Iya. Dari tadi kita enggak ada foto bareng. Gimana Grace?"
"Boleh aja."

Meski makanannya sederhana. Aku merasa ini makan siang terbaik di dalam hidupku. Aku bisa melihat tawa dari semua orang yang kucintai. Aku bisa melihat ayah yang cerita dengan aksen lucu. Melihat saudara ku yang tertawa sampai menumpahkan air minumnya. Aku melihat mama yang pura-pura marah ke Gracia. Lalu mama tertawa. Suara tawa mereka membuat hati ku benar-benar damai. Aku merasa semua beban ku terbang. Tanpa sadar air mata ku jatuh lagi. Sebelum ayah mengetahuinya aku langsung menghapusnya.

"Ayo ambil posisi yang benar"

Mereka berfoto di bawah pohon. Gracia duduk di samping mama, sedangkan aku duduk di samping ayah. Tiba-tiba seberkas cahaya yang menyilaukan muncul dari kamera. Grace menutup matanya. Lalu dia mendengar suara tembakan sebanyak 3 kali. Lalu cahaya itu hilang. Grace membuka matanya dan melihat ayah,mama dan Gracia sudah jatuh ke tanah dan belumuran darah. Grace melihat ke arah kamera. Seorang laki-laki tersenyum ke arahnya dan mengarahkan pistolnya ke arah Grace. Saat laki-laki itu menarik pelatuknya ayahnya yang lemas langsung memeluk Grace. Sehingga peluru itu masuk ke tubuh ayahnya.

"Maaf kan kami, sudah membuat mu menderita nak. Ayah mencintai mu Grace."

Lalu ayahnya pun meninggal. Menyusul mama dan saudaranya Gracia.

Grace menjerit memanggil ayahnya..

(Kembali ke masa sekarang)

"Anda sudah sadar nona."
"Aku dimana?"
"Di rumah anda."
Hening
"Aku mau melihat foto keluarga tadi."
"Mari ikut saya."

Leona dengan langkah tertatih mengikuti laki-laki itu.

"Ini akan menjadi ruangan anda nona. Ini tempat duduk anda dan ini remote nya."
"Bisa tinggalkan aku sendiri?"
"Baik nona."

Dengan tangan yang bergetar Leona menekan tombol remote controlnya. Dan foto yang tadi muncul lagi. Leona berjalan mendekati foto itu. Dia menyentuh wajah mamanya,lalu wajah Gracia kecil dan wajah ayahnya. Leona menatap tajam mata bahagia ayahnya. Leona tidak sanggup berdiri dia pun duduk di bawah foto itu dan menangis sejadi-jadinya. Sementara itu Simon,Dave dan presdir Kim mendengar suara tangisan Leona di depan pintu ruangan. Simon tidak tahan mendengar suara Leona. Dia memegang gagang pintu bermaksud membuka pintu, tapi Dave menahannya dan menggeleng. Simon melirik ke arah ayahnya.

"Nona butuh waktu Sim. Kita tunggu saja."

Simon mengikuti kata ayahnya. Leona menangis lama. Hampir satu jam Leona berada di dalam ruangan itu. Tangisannya sudah berhenti tapi dia belum juga keluar. Simon mulai khawatir lagi. Simon mencoba mengetuk pintu. Ketukan pertama tidak ada respon dari dalam, begitu juga ketukan ke dua kalinya, Simon tidak sabar dia pun membuka pintunya. Tapi Leona sudah diluan membuka pintunya.

"Nona. Anda baik-baik saja?"
"Aku mau pulang ke rumah ku."
"Tapi nona... "
"Aku bukan nona kalian."
"Nona.."
"Segera lakukan test DNA. Buktikan bahwa aku benar-benar Nona Grace seperti yang kalian katakan. Jika test DNA negatif,aku minta kalian tinggal kan aku dan jangan pernah mencari aku lagi."
"Bagaimana kalau hasilnya Positif?"
"Aku... Aku akan membalas kan dendam orang tua ku dan Gracia."
"Baik. Kami akan segera melakukannya."
"Ini rambut dan kuku ku. Jika ada yang kurang untuk test DNA ini,kalian bisa menghubungi ku. Tapi sebelum hasil test keluar aku harap kalian jangan datang ke rumah atau sekolah ku."
"Maaf nona. Kalau misalnya hasil test DNA negatif kami tidak akan mengganggu anda lagi tapi biarkan kami merawat anda agar sembuh dari penyakit kanker anda"
"Akan ku pikirkan. Aku permisi dulu."

^^__^^

Leona masih memikirkan mimpinya tadi. Apa benar semua kenyatan ini. Kepala Leona mulai sakit lagi. Leona sudah tidak makan sejak kemarin. Dengan memikirkan nasibnya sudah membuat Leona muntah. Leona tidur di sofanya. Air mata jatuh lagi. Leona menutup matanya. Dia sudah terlalu banyak nangis,sampai matanya perih. Lalu enggak berapa lama,ponselnya bunyi. Ternya Rafael

"Halo cerewet. Weekend janjian yuk. "
"Ra. Fa..el..?"
"Kamu sakit?"
"Enggak kok. Sedikit flu aja. Gimana ayah mu?"
"Dia sudah dapat rumah di sini untuk sementara."
"Maksud mu dia tinggal di kota ini sebentar lagi?"
"Ada urusan perusahaan yang harus di tanganinya langsung. Karena itu dia tinggal di kota ini sementara. Gimana weeend kita ketemuan ya. Aku sudah ada rencana."
"Oke. Sampai juga nanti."
"ehh. Le. Kamu suka bunga apa?"
"Mawar."
"Oke."

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang