Bagian VI

257 7 2
                                    

Rafael membanting pintu mobilnya. Dengan kening yang masih berkerut dan wajah yang super kusut. Dia masih melihat ke arah Cafe dan melihat Leona mulai memasang celemeknya dan mengepel lantai lagi.

"Ternyata Shofia ku benar-benar sudah meninggalkan ku."
"Maksud mu mereka berbeda?"
"Entah lah Darren"

Darren membawa mobil menjauh dari Cafe Brown. Selama perjalanan berulang-ulang Rafael menarik napas panjang sambil memikirkan bagaimana mungkin mereka memiliki wajah yang sama.
Beberapa menit sekali Darren melihat boss sekaligus sahabatnya terus terus memasang wajah kusut. Darren memutar balik mobilnya ke Cafe Brown. Mobil mereka berhenti tidak jauh dari Cafe Brown. Awalnya Rafael tidak menyadari kalau mobil mereka berada dekat Cafe Brown. Tatapan kosong Rafael terus mengarah ke jendela mobil.

"Kita sudah sampai Boss."
"Kenapa kita masih di sini.?",jawab Rafael dengan bingung.
"Waktu memang sudah menyuruh mu pulang,tapi tidak dengan hatimu. Benarkan?"
"Sudah lah. Aku sekarang sudah yakin kalau dia beda dengan Shofia."
"Apa kau benar-benar akan tetap berpikir seperti itu setelah melihatnya."

Rafael melihat perempuan berambut sebahu bewarna hitam sedang duduk di cafe Brown. Sontak jantung Rafael seakan menjerit saat melihatnya.

"Dia Leona.. maksudku di Shofia.. benar dia Shofia."

Rafael langsung tersenyum melihatnya. Senyum yang sempat hilang setelah Shofia pergi meninggalkannya kini kembali. Rafael langsung keluar dari mobil,tapi Darren menahannya.

"Kau mau menemuinya?"
"Tentu saja. Dia Shofia."
"Dia tetap Leona Raf,yang memiliki wajah yang sama dengan Shofia. Kau coba pikir apa yang akan Leona lakukan kalau kamu langsung bilang ke dia. Bahwa dia mirip dengan kekasihmu Shofia."

Rafael langsung diam. Dan berpikir apa yang di katakan Darren memang benar. Leona adalah Leona yang kasar dan jutek tapi memiliki wajah yang sama dengan Shofia yang lembut dan anggun. Rafael masuk ke mobilnya lagi. Dia melihat Leona yang sedang duduk di cafe. Air mata membasahi pipi Rafael, saat ingatannya kembali ke masa-masa saat dia masih bisa memegang erat tangan Shofia.
Darren membiarkan Rafael berada di dalam mobil sendiri. Darren merasa bersalah karena harus mengingatkan Rafael dengan kejadian masa lalu,dengan mempertemukan Rafael dengan Leona yang mirip dengan Shofia. Darren terus melihat Rafael yang menangis sambil memukul-mukul dadanya. Ingin sekali rasanya Darren menghentikkan Rafael yang selalu menyakiti dirinya jika ingatan masa lalunya muncul lagi. Tapi ini satu-satunya cara agar Rafael tidak memendam kesedihannya sendiri di dalam hatinya.
Waktu hampir tengah malam. Saat Darren melihat ke dalam mobil, Rafael sudah mulai tenang. Meski air mata masih jatuh deras. Tidak berapa lama. Lampu Cafe mulai di matikan dan Leona keluar dia sudah mengikat lagi rambutnya. Cepat-cepat Darren masuk ke mobil. Rafael kaget dan langsung mengusap air matanya.
"Sepertinya Leona akan pulang. Apa kita juga akan pulang?"
"Ikuti dia dari belakang. Aku ingin tahu dimana dia tinggal."
"Tapi bukannya aku sudah kasih tahubke kamu alamatnya?"
Rafael tidak menjawab Darren.
"Oke. Baikalah aku tahu maksudmu. Kita ikuti dia."
Rafael dan Darren mengikuti Leona dari belakang. Rafael menyandarkan kepalanya ke kaca mobil dan terus melihat Leona yang berjalan di trotoar. Saat Leona jalan,tiba-tiba seorang laki-laki mumcul dan mengagetkan Leona,tidak sampai di sktu saja. Dia juga merangkul Leona dan mengelus kepala Leona. Leona berusaha. Melepas tangan laki-laki itu.
Rafael langsung membuka pintu mobilnya. Dan akibatnya seorang pengendara motor terkena pintu mobil Rafael.

*****

"Hallo readers. Bagaimana dengan ceritaku.
Bagus atau tidak? Tolong di comment ya. Kalau kalian suka aku bisa memperpanjang ceritaku. Oya maaf kalau ceritaku ini sudah masuk ke bagian 5 tapi masih belum ada konflik berat yang muncul. Di tunggu aja ya."

^^ BEST REGARDS

Bunga TerakhirWhere stories live. Discover now