The Badboy Next Door

By scftgrunge

279K 19K 677

Cerita klise antara perempuan jutek dan lelaki pembuat onar. More

0.0
0.1
1.0
1.1
2.1
3.0
3.1
4.0
4.1
5.0
5.1
6.0
6.1
7.0
7.1
8.0
8.1
9.0
9.1
10.0
10.1
11.0
11.1
12.0

2.0

11.3K 868 14
By scftgrunge

Aku menghirup udara yang baru saja kuhembuskan. Lalu kuisap perlahan, dan membuangnya lagi. Asap itu keluar setelah aku menghembuskan nafas. Dan setelahnya, aku menekankan ujung rokok pada asbak.

Sebenarnya aku takut jika aku terkena penyakit atau semacamnya karena merokok, tapi, ini adalah cara terbaik untuk meluapkan segalanya. Tidak ada teman ataupun pacar, hanya mempunyai sepeda dan pohon di hidupku tidaklah cukup. Dan rokok adalah tempat aku mencurahkan semuanya. Tidak perlu mengatakan masalahku, hanya meluapkannya.

Aku tidak masuk sekolah hari ini, bukan berarti aku takut pada Aiden ataupun Emma. Namun karena omongan Papah kemarin, membuatku merasa tidak enak dengan Mamah.

**

"Kalian setuju kalau saya mengundang pacar saya untuk mengunjungi kalian?" pertanyaan yang singkat tetapi mampu membuatku terdiam sejenak

"Terserah kau saja, itu 100 persen keputusanmu." ucap Mamah lalu meninggalkan meja makan.

Papah menghela nafas lelah, lalu pandangannya menuju ke arahku. Menunggu jawaban yang akan kuberikan.

"Kalau itu mau Papah, yaudah. Kunjungi aja sesuka dia. Tapi .. jangan undang pacar baru Papah kesini dulu." jelasku. "Jangan paksa Mamah buat nemuin perempuan itu juga." sambungku.

"Terimakasih nak." ucapnya seraya tersenyum.

**

Setelah rokoknya benar-benar mati, aku beranjak dari sofa kamar dan membuka jendela.

"Tetangga baru?" kataku pelan saat melihat rumah kosong di sebelah sudah terisi.

Terlihat dari sini, bahwa ada empat truk pikap yang dibelakangnya terisi oleh berbagai macam furnitur. Para pekerjanya dengan segera turun dari truk dan memulai pekerjaannya. Membawa barang-barang itu ke dalam rumah kosong tersebut.

Setelahnya mobil sedan berwarna hitam memasuki pekarangan rumah itu. Lalu aku melihat seorang pria --berusia seperti Papah dan satu orang anak perempuan berusia 6 tahun, kurasa.

Wajah pria itu, terlihat sangat familiar bagiku. Tapi seingatku, aku belum pernah menemuinya.

Dan omong-omong, mungkin hal yang cukup berat untuk seorang pria sepertinya mengurusi anak perempuan seorang diri. Apalagi, diusia 5-8 tahun. Aku salut dengan pria itu, dia benar-benar menyayangi putrinya, terbukti dengan senyuman yang tidak pernah ia lepas saat berhadapan dengan putrinya.

Aku menutup jendela kamarku, lalu pergi menuju lantai bawah untuk mengambil makan. Menyadari Mamah sedang duduk di meja makan seraya memakan nasi goreng, aku menyapanya. Ia tersenyum kecil.

"Papah pulang jam berapa tadi?" tanyaku.

"Gak lama pas kita ninggalin dia sendiri," jawabnya.

Aku memperhatikan raut wajahnya yang lesu, "kalo gak suka Papah punya pacar, kenapa gak coba bilang .." kataku hati-hati.

Ia menggeleng, "itu haknya. Lagipula, kami berdua sudah sah bercerai, Sky."

"Mau makan?" tawarnya, aku mengangguk. Baru saja ia bangun untuk mengambilkanku lauk, aku mencegahnya.

"Sereal aja," jelasku seraya menunjukkannya kotak serealku.

"Yasudah." katanya kembali menyuap makanannya.

Pada suapanku yang kelima, suara bel berbunyi. Aku mendesah nafas kesal, masalahnya aku sudah malas membukakan pintu jika aku sedang makan.

"Buka pintunya dulu sana." perintahnya lembut.

"Iya." jawabku setelah meminum air putih, lalu aku berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa yang bertamu.

Saat melihat dua orang di depanku, aku tersenyum. Mereka adalah tetangga baruku, yang beberapa menit lalu aku bicarakan.  "Ya ada apa?" tanyaku sopan.

"Saya dan anak saya ingin memberikan beberapa manisan untuk beberapa tetatangga terdekat kami, salam saya sebagai tentangga baru." katanya.

Aku tersenyum kecil untuk pada pria di depanku. "Nama saya Skyler Collins, panggil Sky aja, Pak." kataku, ia membuat tertawa pelan.

"Saya Scott Blake, senang bertemu dengan orang sepertimu, nona muda." ucapnya yang membuatku mengangguk.

Merasakan tusukan di bagian paha kiriku, aku menunduk untuk melihat ada yang terjadi. Ternyata anak Om Scott menusukkan sebungkus coklatnya pada pahaku, aku langsung memusatkan perhatianku padanya. "Hai, nama kamu siapa?"

"Nama aku Annabeth kaak," ucapnya memperkenalkan diri.

Aku mensejajarkan tinggiku dengannya, "nama aku Skyler,"

Annabeth mengerutkan dahinya, lalu berusaha mengeja namaku. "Kakak A-Aler?"

"Skyler, es-ka-ye-el- er," ulangku.

"Iya, kakak sekaler." aku tersenyum paksa mendengarnya.

"Oke .. gak papa," kataku pada akhirnya.

"Makasi banyak Om .. Om bener-bener baik. Maafin karena aku belum nyiapin apapun--"

"That's not big deal, Miss.Collins. Saya dan Annabeth permisi dulu. Maaf menganggu waktumu, ya." ucapnya lalu menggandeng si anak untuk kembali ke rumah barunya.

"Dadah." aku melambaikan tanganku saat mendengar kalimatnya.

Setelahnya aku menutup pintu rumah dan kembali memakan serealku.

>><<

Aku memutuskan membeli beberapa cupcakes untuk Annabeth dan Om Scott. Sekitar jam 8 malam aku berjalan ke arah rumahnya.

Wow, hanya membutuhkan waktu 6 jam untuk memindahkan barang-barang milik Om Scott dan sekarang, pekarangan rumahnya bersih dari truk pikap.

Aku menekan bel rumahnya, namun tidak ada yang menjawab. Bahkan di pencetanku yang kelima kalinya belum ada juga yang membukakan. Aku mengetukkan kakiku pada lantai marmer berulang kali karena bosan.

"Pencetan yang keenam," gumamku seraya mengucapkan doa semoga pintu rumah ini dibuka.

Tak lama seorang pria membukakan pintu dengan raut wajah yang tidak mengenakan --ia terus mengusapkan wajahnya berulang kali lalu bergantian mengusap kedua matanya. Aku membulatkan mata saat melihat alis tebal milik pemuda itu, "Aiden." gumamku. Tidak salah lagi alis itu miliknya. Duh mimpi apa coba bisa punya tetangga kayak dia?!

"Berisik tau gak, kalo mau bertamu tuh harusnya besok." suaranya, suara yang tidak asing lagi bagiku. Taruhan, dia benar-benar Aiden! Ya Tuhan.

"Loh! Lo .." katanya kaget saat ia berhasil menyingkirkan kedua tangannya dari sekitaran wajah.

"Iya gue," jawabku. "Om Scott mana?" tanyaku.

"Ada tuh lagi mandi, kenapa .. mau ketemu?" tanyanya, aku mengangguk.

"Ayo," ia menarikku memasuki sebuah kamar. "Mau ngapain lo?!" teriakku.

Ia menatapku aneh, "katanya mau ketemu, pas udah dianter malah teriak. Dasar aneh."

"Mana?!"

Aiden memutar bola matanya lalu menyuruhku duduk di sofa kamar. Ia berjalan menjauh lalu mengetuk pintu berwarna coklat, "Pah, ada tamu mau kasih makanan." katanya.

"Pah?" tanyaku. "Papah maksud lo .." aku memastikan. Ia mengangguk santai.

"Nama bokap lo siapa?"

"Scott, kenapa .. lo naksir?" aku mendecak kesal mendengarnya.

"Nama panjangnya." ia menaruh lengannya didepan dada seraya mentapku lekat.

"Blake .. Scott Blake, Sky." lalu ia melanjutkan mengetuk pintu, yang kuketahui itu adalah kamar mandi.

"Aiden .. gak usah. Nih, gue nitip cupcakesnya aja sama lo." aku berdiri dan memberikan sekantung cupcakes padanya.

"Thanks," katanya.

"Yaudah gue pamit, sampein salam gue sama bokap dan adek lo." pintaku.

"Sama gue enggak?" tanyanya, aku mengindahkannya kali ini dan terus melanjutkan langkahku.

=============

Previously : April 26, 2016
Now : July 7, 2016

Special mention to 95victo 27retro yang udah vote dan comment di chapter sebelumnya. Dan yang gak terima kalau gue ngehapus cerita gue, maafin. Ini buat kalian ook, kalian semua.

Guddy buddy, xx!!

Continue Reading

You'll Also Like

1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
3.3M 209K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.4M 128K 28
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
251K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...