Everything I Didn't Say

By besson5sos

28.6K 1.2K 59

"I'm dating with a boy who had bullied me?" Violin Colvelin adalah seorang gadis berusia 17. Dia memiliki hid... More

Prolog
1 - "See ya bitch!" -
2 - "Hey, how's your finger?" -
3 - "Who's Luke?" -
4 - "Your room is so lovely, Violin!" -
5 - "We'll never be friends, okay?" -
6 - "I know im such a dick, sorry," -
7 - "Luke, what the hell are you doing?" -
8 - "We can settle this, Violin," -
9 - "Where have you been?" -
10 - "You'll never understand," -
11 - "I thought we're only friends," -
12 - "I dont trust me either," -
13 - "No im kidding," -
14 - "Shit!" -
Part 15 - "Come get in bed babe." -
Part 16 - "Damn you're fucking hot!" -
Part 17 - "Truth or Dare?" -
Part 18 - "I bet it'd feel good when i kissed you other places" -
Part 19 - "I mean, are you ready to get drunk?" -
Part 20 - "Bitch i gotta go!" -
Part 21 - "So.. would you come.. come.." -
Part 22 - "Damn i fucking would," -
Part 23 - "We're okay now?" -
Part 24 - "I dont have any condoms," -
Part 25 - "She.. she is.. she is die!" -
Part 26 - "We're just a normal couple," -
Part 27 - "Why did you wake me up like this?" -
Part 28 - "Gosh! Buddy, are you still smoking?" -
Part 29 - "Let's go to your room!" -
Part 30 - "Why dont we go for camping" -
Part 31 - "Let's have a party gurl!" -
Part 32 - "Well i hope so but let's forget the past "-
Part 33 - "Fuck! Just let me go!" -
Part 34 - "Wait, you guys break up?" -
Part 35 - "Ugh cold and.. and.. other," -
Part 36 - "Fuck it!" -
Part 37 - "Wanna play fifa?" -
Part 38 - "We're taking the long way home" -
Part 39 - What? My mum?" -
Part 40 - "I-I did, no Calum did" -
Part 41 - "I hope that'll be better soon I love you Violin." -
Part 42 - "Shit Violin that's your mum" -
Part 43 - "Calm down Violin," -
Part 44 - "I love you Luke i swear," -
Part 45 - "Ugh Luke," -
Part 46 - "What? Now?" -
Part 47 - "I love you more," -
Part 48 - "Dont leave please," -
Part 49 - "No i can't Cal" -
Part 50 -"It's been a long time i didnt feel your touch."-
Part 52 // April 12
Part 53 // May 16
Part 54 // June 10
Part 55 // July 23
Part 56 // The day
Part 57 -"I love you, Violin,"-
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62

Part 51 - "Oh Violin, i miss you so much!" -

188 9 1
By besson5sos

Saat samapi di Bandara di Canada sekitar jam 4 sore aku segera mencari tanteku yang katanya mejemputku di bandara. Lalu aku melihat dia sedang menungguku di dekat elevator. Aku segera menghampirinya lalu aku segera memeluknya dengan erat.

"Tante Joane, its been so long since the last day i met you oh my god!"

"Oh Violin, i miss you so much!" Jawabnya.

Sudah sekitar 8 tahun aku tidak bertemunya dan sekarang aku akan tinggal bersamanya. Dia adalah tante terbaikku sepanjang masa. Dia adalah curahan hatiku saat aku mempunyai masalah.

"Wheres uncle Ben?" Aku menanyakan suaminya yang juga tinggal bersamanya. Uncle Ben juga sangat baik denganku hampir seperti Ayahku.

"He's at his work honey,"

"Mum, ive been looking for you," seorang cewek yang sepertinya seumuranku datang menghampiri tante Joan. Dia mempunyai rambut hitam, badan tinggi setinggiku dan berpakaian yang modis dengan kaos hitam berbalut jaket jeans dan celana jeans also make up on point👌

"Oh this is Ruth, aku tahu kau sudah mengenalnya Violin," sebenarnya aku belum mengenal Ruth tapi aku tahu dia adalah anak dari Tante Joane. Pada saat terakhir bertemu tante Joane datang ke Inggris dan menceritakan kalau dia mengadopsi anak yang di kasih nama Ruth. Tapi aku sama sekali belum pernah ketemu Ruth.

"Hey Ruth," aku tetsenyum kepadanya.

"Hey!" Dia tersenyum sebentar ke arahku. Well, agak ngocol emang.

"Ruth shes going to stay with us for couple months," Tante Joane merangkulnya dan Ruth terlihat tidak suka.

"Mum, dont!" Dia berusaha melepaskan rangkulan ibunya. Aku harap aku bisa mempunyai Ibu seperti tante Joane.

Aku melihat ke arah tante Joane dan tersenyum. Tante Joane juga tersenyum kepadaku. "Okay lets go to our car." Ajak tante Joane.

Lalu kami berjalan ke arah parkiran mobil. Aku memasukkan barang-barang dan koper-koperku ke dalam bagasi mobil. Lalu aku duduk di jok belakang.

Aku merasa Ruth tidak suka dengan kedatanganku atau karena dia belum terlalu kenal aku. Aku harap dia akan akur denganku karena aku akan satu sekolah dengannya. Seorang seperti Ruth harus banyak aku ajak bicara.

Sudah lama aku tidak ke Canada, suasana tidak seperti di Inggris. Suhunya lebih dingin karena banyak pepohonan. Ya ampun hari ini benar-benar dingin maka dari itulah aku memakai jaket berbuluku. Sekitar 12℃ dan sekarang jam 6 sore. Well hampir sama sebenernya seperti di Inggris.

Perjalanan ke rumah tante Joane menghabiskan sekitar 1 jam 30 menit jadi kami sampai jam 7.30pm. Setelah sampai aku dan di bantu oleh tante Joane membantu mengeluarkan barang-barangku dari bagasi mobil dan Ruth, dia malah langsung lari ke dalam rumah. Aku membawa satu koperku dan tas-tasku masuk ke dalam rumah dan tante Joane membawa satu koperku lagi.

Saat aku masuk ke dalam rumah, aku melihat anak kecil sedang bersama perempuan seumuran tante Joane sedang makan sambil menoton TV.

"Yeah thats Philip Nicolins, my youngest son," ucap tante Joane sambil menaruh koperku.

"Really? You you-" aku berusaha menanyakan apakah Philip ini benar anakanya tante Joane tanpa mengadopsi.

"I adopted him," jawabnya sebelum sempat aku menanyakan dengan jelas.

Aku sebenarnya sudah tau, tante Joane tidak bisa mempunyai anak karena penyakit di rahimnya. Jadi dia mengadopsi anak. Dan perempuan yang sedang bermain dengan Philip adalah baby sisternya.

Aku segera berlari ke arah Philip. "Awhh hiii Philip!" Aku mengelus pipinya yang chubby itu. Saat aku menggendongnya aku jadi ingat dengan adikku Catlin. Sekarang aku tidak tahu dimana dia, tapi aku yakin dia aman selama bersama Ayahku. "Oh my god you're so cute!"

Lalu Philip seperti memegang mulutku dengan tangannya dan dia tersenyum. Aku sangat sangat senang saat itu, aku seperti sedang menggendong adikku. Walaupun Philip adalah cowok dan umurnya lebih muda dibandingkan adikku.

"Violin, lets go to your room, i will show you your room," Ajak tante Joane. Lalu aku memberikan Philip kepada pengasuh bayinya lagi.

Aku segera membawa koperku dan mengikuti tante Joane ke lantai dua untuk menemukan kamarku. Lalu tante Joane membuka pintu berwarna cokelat dan menyalahkan lampu kamarku. Saat aku masuk kamar ini sangat sangat sangat lovely. Warna kamar ini adalah pink dan ada tempat tidur king size berwarna putih. Ada lemari besar tempat menyimpan baju, ada kaca dan meja rias dan juga jendela besar yang bisa di tutup otomatis dengan remot di dekat tempat tidur. Ada komputer dan ada LED TV.

"Woow this is lovely!" Pujiku kepada kamar ini. Aku segera masuk ke kamar dan menaruh koperku di dekat lemari besar.

"Hope you like it Violin," kata tanate Joane yang masih ada di ambang pintu.

"I really really like it," aku tersenyum ke arah tante Joane.

"Dulunya ini adalah kamar Ruth tapi Ruth pindah ke kamar di samping kamar ini karena dia lebih suka warna ungu," jelas tante Joane. "Oh ya kau sudah mulai sekolah besok jika kau tidak lelah." Lalu tante Joane meninggalkan aku dan menutup pintu kamarnya.

Woow aku pasti akan suka kamar ini. Kamar ini lebih dari cukup bagiku. Ada kamar mandinya juga seperti di kamarku dulu tapi bedanya disini ada TV nya jadi ketika aku ingin menonton film aku tidak usah turun ke bawah.

Aku segera tiduran di atas kasur yang lebar dan lembut ini. Aku merasa lelah hari ini. Aku tidak tahu haruskah aku mulai sekolah besok atau masih istirahat. Aku mengecek HPku dan ada satu panggilan tidak terjawab dan itu dari Luke. Aku mencoba menghubunginya kembali. Ada beberapa nada yang menyebalkan yang lama sebelum Luke mengangkat.

"Hallo babe," suara khas Luke membuatku senang.

"Hi Luke, i already missed you," ucapku.

"It hasnt twenty four hours you left and we both already missed each other," Suara di sana terdengar hening dan hanya ada suara Luke di telfon. Mungkin yang lain sudah tidur karena ini jam 12 malam di Inggris.

"Yep, wheres Michael and Ashton?" Tanyaku penasaran kemana merek pergi karena terdengar sepi di rumah Luke.

"They're going outside," ucap Luke dengan nada rendah.

"Why didnt you join them?" Tanyaku.

"Just need to stay alone, cant stop thinking of you. You know what, my mind keeps showing me the time when we talked to each other every night, the time when we had sex haha the time when you mad at me and the time when we had our first date, thats crazy!" Luke membuatku juga mengingat kejadian-kejadian itu. Ugh membuatku sedih.

"Stop Luke you make me cry," aku tertawa tapi aku juga menangis.

"Why? Oh my god sorry i didnt mean making you cry, i just wanna... Ugh forget it," aku mendengar ada dengusan hidung Luke. Apakah Luke juga menangis? Tapi itu mustahil aku belum pernah melihat dia menangis. "Oh my god, fuck."

"Why?" Tanyaku.

"Nope," ada keheningan sebentar di telfon. "I really wanna see you Violin."

"Yeah me too," aku menjawabnya.

Aku menghabiskan 3 jam menelpon dengan Luke dan aku benar-benar tidak merasa bonsa malah rasanya 3 jam waktu yang sedikit untuk aku menelpon Luke.

"Uhh Luke i should go to sleep bc school tomorrow," kataku.

"Yep, ill call you later, bye,"

"Bye."

Aku segera mematikan telfon dan segera mengganti bajuku. Ini sudah jam 10 malam dan aku belum makan malam. Jujur aku sangat lapar tapi mungkinlah malam-malak begini masih ada yang bangun? Setelah berganti baju aku segera keluar dari kamar dan turun ke bawah. Lampu ruang tamu masih menayala berarti masih ada orang disana. Saat aku turun ke ruang tamu ada Ruth yang sedang menonton film. Aku juga duduk di sofa sampingnya.

"Kau belum tidur?"  Tanyaku berusaha bersikap baik kepanya. Dia tidak menjawabku dan hanya menggelengkan kepala. "Kau besok sekolah kan? Kita kan satu sekolah?" Ruth masih tetap fokus dengan filmnya dan tidak menanggapiku. "Oh baiklah, apakah masih ada makanan di dapur?"  Aku seperti buang-buang waktu saja. Berbicara dengan dia. Sebaiknya aku segera pergi ke dapur.

Saat aku sampai di dapur aku segera mengecek makanan yang ada di meja. Di sana masih ada lasagna dan bacon. Aku segera mengambil piring dan makan lasagnanya.

----------------------
Aku terbangun karena suara alarmku. Aku masih mengantuk tapi ini jam 6 pagi dan sekolah akan di mulai jam setengah delapan.
Aku segera bangun sari tempat tidur dan segera turun ke bawah untuk menemui tante Joane.

Saat di bawah sarapan di meja sudah siap. Di sana ada paman Ben, Ruth dan juga Philip. Paman Ben menyapaku. "Hai Violin, aku belum melihat kau kemarin karena aku pulang malam, maafkan aku,"

"Tidak apa-apa paman Ben," jawabku tersenyum sambil masih berdiri di sisi meja makan.

"Kau boleh duduk Violin," kata paman Ben sambil tersenyum.

Aku duduk di sebelah Ruth. Ruth terlihat sibuk dengan HPnya. Dia sama sekali tidak menyapaku, apakah dia benar-benar membenciku, tapi apa salahku? Aku baru saja datang.

Setelah sarapan aku dan Ruth di antar sekolah oleh paman Ben. Paman Ben juga sekalian berangkat kerja. Aku masih tidak biasa dengan keluarga baruku ini, apalagi dengan Ruth, dia masih juga belum terbiasa denganku. Selama tujuh bulan aku akan seperti ini, dan hanya seperti ini tanpa Luke.

Akhirnya setelah 30 menit perjalanan aku sampai di sekolah baruku. Aku turun bersama dengan Ruth. Tapi ketika baru turun mobil Ruth segera berlari dan memeluk teman-temannya. Aku hanya terdiam melihat mereka ketika sudah turun dari mobil. Ruth dan temannya sepertinya sedang ngomonginku terlihat dari mata mereka yang melihat sinis ke arahku. Well, i dont care. Aku lalu berjalan menuju ke sekolah.

Aku mencari lokerku tapi aku tidak ketemu. Lalu aku langsung masuk ke kelas pertamaku, kelas biologi. Seperti anak baru pada umumnya aku menerima pandangan sinis dari murid-murid yang ada di dalam kelas. Tapi aku tidak peduli, aku dengan cepat menemukan bangku kosong yang ada di belakang.

Entah aku bingung mau ngapain sambil menunggu guru dateng, kelas sangat-sangat berisik dan aku hanya duduk sendiri disini sambil bingung mau ngapain. Tiba-tiba ada seorang cewek datang ke mejaku. "Uh.. it should be my desk but whatever," Dia lalu menaruh bukunya di meja dan duduk di sampingku. Aku merasa bersalah karena apa yang tadi dia bilang 'ini harusnya mejaku'. Cewek berambut cokelat dan bermata biru di sampingku terlihat baik.  "You must be Violin, right?" Tanyanya dan aku hanya mengangguk. "You're new here?"

"Yeah, and may i know your name?" Tanyaku.

"Yeah im Amie," jawabnya sambil tersenyum.

"Nice to know you Amie!" Aku tersenyum balik.

"Nice to know you too." Dia masih tersenyum seperti senyuman tidak bisa pudar.

Lalu tidak lama guru kami masuk. Dalam pelajaran aku dan Amie tidak terlalu memerhatikan guru kami menjelaskan. Yeah kita duduk di belakang jadi tidak ketahuan kalau kita sedang berbicara. Amie sangat baik denganku dan dia menceritakan kehidupannya kepadaku dan juga demikian aku.

Amie mempunyai satu kakak cowok yang sangat nakal. Amie bilang kakaknya tersebut pernah di penjara karena menjual narkoba. Lalu setiap hari kakaknya selalu pulang malam, Amie bilang kakaknya pulang jam 4 pagi. Orang tua Amie sudah memaklumi kakaknya tersebut. Amie bilang kakaknya itu sedikit stress tapi dia tidak mau di bawa ke terapi.
------------------------------
Pada jam istirahatnya Amie mengajakku ke kantin. Sepertinya dia masih penasaran dengan kisah hidupku. Aku juga tidak keberatan untuk membicarakan tentang hidupku, karena Amie juga gampang untuk diajak berbicara tentang hidupnya. Yang berarti dia sudah mempercayaiku.

Kami duduk di kantin dan kami hanya memesan minuman.aku tidak ingin makan karena aku tidak nafsu. Ini juga masih jam 10 aku masih kenyang karena sarapan tadi pagi.

"So are you interested of one of the guys here?" Tanya Amie sambil melihatku tersenyum. Mata birunya mengingatkan aku kepada mata Luke.

"What? No its the first day im here oh god!" Aku tertawa dan kami berdua tertawa. "So are you?"

"Um.. Not really," katanya lalu dia menyedot minuman yang ada di gelas di atas meja depannya.

"Why?" Tanyaku masih penasaran.

"Entahlah, aku hanya tidak tertarik," katanya. Lalu aku meminum punyaku. "Kalau kau?"

"Uhh yeah karena aku baru disini dan... Aku sudah punya orang lain," ucapku lalu diakhiri oleh senyuman.

Amie terlihat kaget, dia sedikit melotot dan tersenyum. "Really? Whos that?" Amie terlihat excited.

"Dia bukan orang Canada, dia tinggal di Inggris tapi sebenernya dia adalah orang Australia tapi hanya tinggal di Inggris," jawabku.

"His name?" Tanya Amie dengan masih nyengir.

"Okay, his name is Luke," jawabku.

"Ohh kinda like my favorite youtuber's name," Amie tertawa lalu dia meminum lagi sebelum dia bertanya lagi. "His full name?" Trus dia minum lagi. Amie seperti dehidrasi.

"Luke Hemmings," ucapku dengan santai.

Amie lalu melihatku dengan melotot dan kaget, dia melepaskan sedotan dari mulutnya lalu menelan minuman di mulutnya. "SHUT UP!"

"What?" Aku tidak tahu apa-apa. Apakah ada yang salah dengan nama Luke Hemmings? Apakah Luke kenal Amie atau jangan-jangan mereka teman?

"FUCK HE'S MY FAVORITE YOUTUBER GODAMNIT!" Amie memegang tanganku dan dia meremas tanganku. Dia terlihat gila dan excited.

Wait tapi Luke nggak pernah bikin video lalu di masukin ke youtube. Apa ini cuma kebetulan? nggak mungkin Luke ampe terkenal ke Canada kayak gini. Mustahil.

"But no, Luke never made cover then put it in YouTube no," Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum, karena aku pikir ini hanya kebetulan tapi pasti ini hanya kebetulan.

"Okay after this we go to my home and i will prove it!" Ucap Amie sambil meyakinkanku.

----

Setelah pulang sekolah aku dan Amie segera ke rumah Amie. Aku tahu aku baru mengenal dia tadi tapi aku merasa aku sudah benar-benar mengenalnya. Aku sudah bilang kepada Ruth bahwa aku ingin ke rumah Amie dan Ruth hanya mengangguk. Amie membawa mobil ke sekolah jadi kami naik mobil ke rumah Amie.

"Where's your house? Is it far?" Tanyaku saat di dalam karena aku sama sekali tidak mengenal daerah ini, ya karena ini baru hari kedua ku di Canada. Yang aku takut, aku tidak mengingat jalan pulang.

"Nope." Jawab Amie sambil mengemudikan mobilnya.

Tiba-tiba HPku yang ada di tas bergetar. lalu aku melihat di layarnya itu telfon dari Luke. Ugh kenapa dia menelfon pada waktu yang tidak tepat? tapi aku mengangkat telfonnya.

"Halo," Ucapku.

"Babe, whats up?" Luke terdengar bersemangat kali ini, aku tidak tahu apa yang menyebabkan itu.

"Bisakah kau telfon lagi lain kali?" Aku melihat ke arah Amie yang sudah curiga denganku.

"Kenapa? Sekarang kau ada di mana?" Sekarang nada bicara Luke seperti sudah hampir marah dan meninggi. Tapi aku bukannya bermaksud marah sama dia.

"Im in uh.. just call me later okay?"

"Alright," Lalu Luke langsung menutup telfonnya. Ugh aku harap dia tidak marah.

Aku segera mematikan HPku dan segera memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Who's that?" Tanya Amie. Pertanyaan yang sama sekali aku tidak ingin dengar. "Was it your friend?"

"Yeah," Aku harus berbohong kepada Amie karena jika aku berkata itu Luke pasti dia akan menjadi gila lagi.

Sesampainya di rumah Amie, kami langsung keluar dari mobil dan segera masuk ke rumah. Rumahnya tiak jauh berbeda dengan rumahku yang di Inggris. Besar dan modern. Saat kami masuk, suasana ruang TV sangat sepi dan Amie bilang bahwa ayah dan ibunya sedang bekerja dan kakaknya palingan sedang bermain dengan temannya.

Amie mengajakku ke kamarnya yang ada di lantai dua. Cat tembok kamarnya berwarna putih dan semuanya juga berwarna putih sama seperti kamar Luke. Saat masuk ke kamar Amie segera membuka laptopnya dan menaruhnya di kasur. Aku lalu mengikutinya duduk di atas kasurnya.

"Watch this!" Dia memutarkan video dari laptopnya dan menunjukkannya ke aku.

But what the fuck? Yang ada di laptopnya adalah Luke. Luke sedang mengcover lagu tapi aku tidak tahu pasti itu lagu apa tapi aku langsung shock. Dia juga bermain gitar di video itu. Aku menutup mulutku dan shock berat. Itu tidak mungkin Luke.

"THATS IMPOSSIBLE!" Aku hampir berteriak.

"IM RIGHT, IT IS LUKE HEMMINGS RIGHT?" Aku masih tercengang sambil melihat video tersebut. Luke bernyanyi dengan penuh penghayatan di video tersebut. Itu mengingatkanku saat dia menyanyikan lagu Thinking Out Loud saat kami berdansa.

"But how?" Tanyaku. "Luke never told me that he made a cover."

"Wait, i also know Calum, Michael and Ashton," Amie mengambil laptopnya dan dia terlihat mencari sesuatu di laptopnya.

"Really? You know them? They're my best friends," Aku dengan antusias melihatnya memilih video yang lain di laptopnya. omg ini seperti mimpi. Mungkin mereka terkenal karena One Direction melihat video mereka idk

Amie memutarkan video Luke, Calum, Ashton dan Michael sedang mengcover lagu What Makes You Beautiful dari One Direction. Aku sangat tidak percaya. Mereka tidak pernah bilang kepadaku kalau mereka membuat coveran lagu.

"i know right," Aku dan Amie melihat video itu dan lalu tiba-tiba Amie menghentikan videonya. "Wait, but are you sure you're Luke Hemmings' girlfriend?" Amie melihatku dengan tatapan sinis.

"Yeah i am," Aku mengangguk tanpa memasang eksresi apapun.

"Now its your turn to give me a proof." Aku segera menutup laptopnya dan menaruhnya di kasur lalu melihatku menungguku memberikan buktinya.

Aku tidak tahu bukti apa yang aku harus kasih lihat kepada Amie. Masalahnya aku tidak punya fotoku bersama Luke. Aku tidak punya bukti apa-apa. wait, aku punya satu.

"Tadi saat di mobil sebenarnya itu bukan temanku yang menelfon, itu Luke," Jelasku. Tapi Amie tidak terlihat excited malah dia masih terdiam. Aku langsung mengambil hpku dan membuka history calls lali menunjukkannya ke Amie.

"Well, bisa saja kau hanya mengganti namanya menjadi Luke padahal yang menelfonmu adalah temanmu." Jawab Amie.

Baiklah, aku tidak punya sesuatu untuk dibuktikan. "Aku juga punya pesan dari Luke,"

"Apakah kau tidak punya foto atau video bersama Luke?" Tanya Amie saat aku ingin menunjukkan pesanku dengan Luke. Lalu aku menggeleng-gelengkan kepalaku. "Well, i dont believe you Violin, why are you lying to me? .... " Amie membereskan laptopnya dari tempat tidur sambil berbicara sesuatu tentang 'kenapa aku berbohong?' tapi aku sama sekali tidak berbohong.

Oh yeah aku punya satu bukti lagi. Aku segera mengambil HPku lagi dan mencari nomor Luke lalu memfacetimenya. Aku harap Luke mengangkat facetime ku. Ini hanya satu-satunya bukti yang amat sangat dipercaya. Cmon Luke. Sudah 1 menit lebih Luke tidak mengangkatnya. and yass finally.

"Hey babe!" Wajah Luke ada di screen di HPku. Rambutnya terlihat basah dan dia shirtless ada handuk di lehernya. Aku tebak dia habis berenang.

"sssttt my friend wants to know you," Kataku perlahan sambil tersenyum. Aku lalu menghampiri Amie yang ada di meja dekat tempat tidurnya yang masih berbicara tidak jelas karena dia kira aku berbohong. "Say hi!" Amie melihat ke arah layar HPku.

"Hi!" Luke tersenyum.

"oh my god!" Amie menutup mulutnya dengan tangannya dan dia terlihat kaget.

"Amie ive proved it," kataku pada Amie tapi mataku masih melihat ke Luke yang ada di layar HPku.

"Hi Amie!" Sapa Luke kedua kalinya.

"So Luke, shes your biggest fan i guess, she likes watching your cover on youtube and wait, you made a cover but you didnt tell me?" Tanyaku pada Luke.

Luke duduk di tempat dudu. "Oh really? This is my first time talking to my fan," Luke tersenyum lepas dan dia sepertinya sangat senang. "And sorry Violin, i wanted to tell you but i always forgot."

Aku memberi Amie dan Luke waktu untuk berbicara lewat facetimeku. Amie selalu tersenyum saat bicara dengan Luke karena dia sedang berbicara dengan idolanya dan aku tahu bagaimana rasanya itu.

Setelah berbicara dengan Luke Amie menghampiriku dan memelukku dengan sangat sangat kencang. Dia terlihat sangat happy dan gila. Amie berterimakaskh denganku karena telah memberikannya waktu untuk berbicara dengan Luke.

"But how did you know Luke?" Tanya Amie, kami masih berada di atas tempat tidurnya.

"Uh.. He's my friend at school," jawabku tidak mau membahas saat Luke masih membullyku.

"Wow Lucky!" Amie tersenyum lebar ke arahku. "And then? What makes you move to hear then? I mean you both love each other and why? I swear you guys didnt want do it."

Ini adalah moment yang memalukan untuk di bicarakan. Aku tidak mau membicarakan tentang aku dan Calum have sex. God! How can i explain this? Aku tidak bisa berbohong karena memang itulah yang menyebabkan aku pindah ke sini.

"Violin?" Panggil Amie. Aku sudah melamun beberapa saat.

"Uh yeah so uh-" aku menggigit bibir bawahku. "I-i- but first dont tell anyone else okay?"

"Is it that bad?" Amie malah berbalik nanya.

"Just promise me," kataku agak disentak.

"Okay." Jawab Amie dengan cepat dan yakin.

"Jadi uh.. Aku pindah ke sini karena ibuku mengira aku hamil yeah kinda like that," jelasku perlahan sambil melihat ke arah sprei kasur Amie.

"What? Apa Luke menghamilimu?" Amie hampir berteriak dan untungnya di rumah Amie tidak ada siapa-siapa.

"No no its not like that," jawabku sambil tertawa. "Jadi aku sudah beberapa kali berantem sama Luke karena Luke selalu bersama perempuan lain, lalu Calum datang untukku. Aku curhat kepada Calum tentang Luke dan Calum itu sangat baik. Tapi saking baiknya aku malah suka sama dia, nggak terlalu banyak sebanyak aku ke Luke tapi saat hubungan Luke dan aku baik Calum datang ke aku dan we kinda had sex." Jelasku dengan suara yang pelan.

"What?" Amie hampir teriak lagi. "So youre not virgin?"dia memperkecil suaranya. Dia melihat ke arahku denga tatapan yang masih tidak percaya.

"Uh.. You can say that, dan seminggu setelah itu aku merasa pusing dan mual dan aku ingat kalau Calum lupa memakai pelindung saat kami have sex so yeah," aku tidak percaya aku menceritakan ini kepada orang yang baru saja aku temui kurang dari 24 jam.

"Did Luke mad at you?" Tanya Amie. Tatapan matanya penuh dengan rasa penasaran.

"Yeah, dia membawaku ke dokter lalu untungnya dokter bilang aku tidak hamil tapi Luke masih tidak senang. Dan saat itu aku dan Luke marahan sampai 3 hari kalau tidak salah. Dan ibuku mengetahui itu dan dia mau aku untuk menjauhi Cal, Ash, Luke dan Mikey," jelasku.

"Oh my god, tapi kenapa kau melakukan itu? Seharusnya kau tidak merusak hubungan kau dengan Luke," tanya Amie terdengar seperti kritik dibandingkan pertanyaan.

"Yeah, itu mungkin karena terbawa suasana, Amie apakah kau tidak pernah merasakannya?" Aku berusaha untuk membalikkan kata-katanya.

"No i actually no," katanya sambil menunduk tidak melihatku. Apakah dia masih virgin?

"What?"

"Yeah im still virgin," jawabnya. Fuck aku merasa tidak enak menceritakan semuanya tentang aku, Luke dan Calum.

"Bu-but youve tried some before right?" Tanyaku untuk memastikan bahwa dia tidak benar-benar virgin maksudku pasti dia melakukan beberapa soal sex.

"No Violin, im a virgin," katanya dan aku benar-benar tidak percaya. God! Aku pikir sudah tidak ada disini yang virgin. "Anyway, who was the first guy who took your virginity?"

Aku menghela napas dan mengeluarkannya lagi, "ofcourse Luke,"

Kami berbicara banyak tentang aku dan Luke. Dan aku berjanji kepada Amie untuk mempertemukannya dengan anak-anak 5SOS. Nama Band mereka adalah 5 Seconds Of Summer atau 5SOS dan aku tahu dari Amie. Luke tidak banyak menceritakan tentang band nya kepadaku.

Amie mengantarkan aku pulang. Untung saja saat berangkat sekolah aku menghafalkan jalan dari rumah ke sekolah. Ini sudah sekitar jam setengah delapan malam saat aku sampai di rumah. Aku sangat lelah dan lapar karen aku belum makan malam di rumah Amie.

Aku masuk ke dalam dan di sambut oleh Ruth yang sedang menonton film. Aku segera membuka sepatuku dan berjalan ke atas ke kamarku sambil melewati Ruth dan menyapanya. Setelah sampai di kamar aku segera tiduran di tempat tidurku. Today was so tiring. First day of school well done.

Tidak lama aku tiduran, HPku bergetar dan itu adalah pesan dari Luke.

Luke
-babezzz come ober
-i need you ao muxh
-duck why im dizzy

What? Aku yakin Luke sedang mabuk tapi apakah dia ke pesta oh shit! Aku takut dengan hal yang paling aku tidak ingin terjadi. Lalu aku membalasnya.

To: Luke
-youre drunk dont text me
-text me when youre sober

Lalu tidak lama Luke menelfonku. Aku mengangkatnya.

"Halo Luke, where are you?" Tanyaku dengan panik. Aku tidak mau Luke mengatakan dia ada di pesta.

"Hei babe, uh.. So Michael held the party in our house and damn its pretty fun hope you were here," jelas Luke dengan suaranya agak di teriakkin karena musik yang terlalu keras.

"Luke, are you okay?" Tanyaku.

"Im all alright unless im drunk i almost fell hahaha oh yeah theres 1D boys here god theyre pretty cool!" Dari suaraku aku bisa tebak kalau dia lagi mabuk berat. Aku tidak pernah melihat Luke semabuk ini walapun aku ingin melihatnya.

"Luke its better if you go home," suruhku. Tidak baik menurutku jika Luke mabuk berat. Aku tahu sifat Luke dan aku takut jika dia mabuk berat dia akan have sex dengan wanita lain😥

"No its pretty fun," kata Luke disana sambil berteriak karena musik disana terlalu keras, aku dapat mendengarnya jelas melalui telfon.

"Luke, you should go home!" Aku hampir berteriak juga.

"I like that!" Ucap Luke.

"What?"

"I like when you mentioned my name in every sentence you said," Luke sudah benar-benar mabuk sekarang, jika aku ada di sana aku segera menggeretnya dia pulang.

"Luke, seriously, you should go home right fucking now!"

"I like that!"

Ugh aku segera mematikannya. Aku kesal dengan Luke tapi ini karena dia sedang mabuk. Aku berusaha menenangkan diriku dengan menarik napas dan mengeluarkannya.

Continue Reading

You'll Also Like

5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.3M 110K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.1M 705K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...