Everything I Didn't Say

By besson5sos

28.6K 1.2K 59

"I'm dating with a boy who had bullied me?" Violin Colvelin adalah seorang gadis berusia 17. Dia memiliki hid... More

Prolog
1 - "See ya bitch!" -
2 - "Hey, how's your finger?" -
3 - "Who's Luke?" -
4 - "Your room is so lovely, Violin!" -
5 - "We'll never be friends, okay?" -
6 - "I know im such a dick, sorry," -
7 - "Luke, what the hell are you doing?" -
8 - "We can settle this, Violin," -
9 - "Where have you been?" -
10 - "You'll never understand," -
11 - "I thought we're only friends," -
12 - "I dont trust me either," -
13 - "No im kidding," -
14 - "Shit!" -
Part 15 - "Come get in bed babe." -
Part 16 - "Damn you're fucking hot!" -
Part 17 - "Truth or Dare?" -
Part 18 - "I bet it'd feel good when i kissed you other places" -
Part 19 - "I mean, are you ready to get drunk?" -
Part 20 - "Bitch i gotta go!" -
Part 21 - "So.. would you come.. come.." -
Part 22 - "Damn i fucking would," -
Part 23 - "We're okay now?" -
Part 24 - "I dont have any condoms," -
Part 25 - "She.. she is.. she is die!" -
Part 26 - "We're just a normal couple," -
Part 27 - "Why did you wake me up like this?" -
Part 28 - "Gosh! Buddy, are you still smoking?" -
Part 29 - "Let's go to your room!" -
Part 30 - "Why dont we go for camping" -
Part 31 - "Let's have a party gurl!" -
Part 32 - "Well i hope so but let's forget the past "-
Part 33 - "Fuck! Just let me go!" -
Part 34 - "Wait, you guys break up?" -
Part 35 - "Ugh cold and.. and.. other," -
Part 36 - "Fuck it!" -
Part 37 - "Wanna play fifa?" -
Part 38 - "We're taking the long way home" -
Part 39 - What? My mum?" -
Part 40 - "I-I did, no Calum did" -
Part 41 - "I hope that'll be better soon I love you Violin." -
Part 42 - "Shit Violin that's your mum" -
Part 43 - "Calm down Violin," -
Part 44 - "I love you Luke i swear," -
Part 45 - "Ugh Luke," -
Part 46 - "What? Now?" -
Part 47 - "I love you more," -
Part 48 - "Dont leave please," -
Part 49 - "No i can't Cal" -
Part 51 - "Oh Violin, i miss you so much!" -
Part 52 // April 12
Part 53 // May 16
Part 54 // June 10
Part 55 // July 23
Part 56 // The day
Part 57 -"I love you, Violin,"-
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62

Part 50 -"It's been a long time i didnt feel your touch."-

275 11 4
By besson5sos

VIOLIN'S POV:

Ciuman sambil tiduran seperti ini memang sedikit ribet untuk pihak cowoknya karena harus bergerak ke atas badan cewek untuk mencapai bibirnya. Tapi damn ini membuat orang lebih horny dibanding ciuman-ciuman yang lain. Luke menciumku dengan penuh gairah, dia memegang pinggangku dan juga leherku. Aku membalas dengan memegang kepalanya agar dia tidak berhenti menciumku.

Aku bisa merasakan kalau Luke sudah ada di atasku dan badanku sekarang sudah berada di tengah-tengah kedua kakinya. Fuck sekarang aku merasa horny, aku tidak pernah merasa sehorny ini sebelumnya. Aku bisa merasakan tangan Luke masuk ke dalam kaosku dan ciumannya bergerak turun ke daguku. Aku masih menutup mata untuk menikmati ini.

"Ahh fuck," Aku masih memegang leher Luke dan sekarang aku memegangnya lebih kencang.

"Is it good?" Tanya Luke. Aku membuka mataku sebentar dan melihat Luke dan lalu menutup mataku lagi.

"Yeah," jawabku. "It's been a long time i didnt feel your touch."

Luke lalu mencium leherku dan menghisapnya yang mana membuatku sangat sangat horny. "Aahhh," desahan keluar dari mukutku tanpa aku sengaja. Aku sudah merindukkan sentuhan Luke maksudku sentuhan intimnya. Aku lupa kapan aku terakhir seperti ini dengan Luke.

Aku melepaskan tanganku dari leher Luke dan mencengkram sprei Tempat tidur. Tapi Luke berdiri dan otomatis duduk di atasku. Aku membuka mataku.

"Why do you stop?" Tanyaku. Ofc aku benci ketika dia berhenti. Aku sedang menikmati setiap inch dari ciumannya.

"Bangun!" Suruh Luke. Luke mundur dan duduk di kakiku lalu aku bangun dan duduk di tempat tidur.

Luke kembali mendekat ke arahku dan tersenyum licik di depan wajahku. Dia membukakan bajuku dengan perlahan dan aku hanya tersenyum. Setelah membukakan bajuku dia lalu juga membuka bajunya dan melemparkan kedua baju kami keluar dari tempat tidur. Aku pertama melihat ke mata biru Luke dulu dan tersenyum sebelum dia kembali mencium leherku lagi.

Aku belum sepenuhnya shirtless karena aku masih memakai bra ku. Luke kemudian turun dan mencium perutku lalu aku kembali tiduran. Aku merasakan goosebump di tubuhku dan butterflies di perutku. Oh god i really miss him. "Ahh fuck," aku tidak bisa menahan desahanku, aku tahu di rumah ini bukan hanya kami berdua disini.

Luke kembali ke atas dan mencium bibirku lagi sedangkan tangannya memegang braku dan berusaha untuk mencopotnya. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka, "Luke are you..." Aku segera mendorong Luke ke belakang dan Luke menjauh dariku. Aku melihat ke arah pintu kamar yang terbuka dan itu Ashton. "Oh fuck, sorry," lalu Ashton kembali menutup pintunya.

Aku melihat ke arah Luke yang masih di tempat tidur, lalu dia keluar dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu untuk mengunci pitunya. "Jadi kau lupa mengunci pintu huh?" Tanyaku sambil tertawa.

"Yeah haha im so fucked up," dia berbalik melihat ke arahku setelah mengunci pintu.

"You havent fucked," canda ku. Luke menaruh kuncinya di atas meja kecil. Tbh aku suka melihat Luke memakai celana jeans dan dia topless😍😍

Dia membuka laci kecilnya dan dia mencari-cari sesuatu, "i wish i still have atleast one condom in it," ucapnya. Aku tidak membalas tapi aku tertawa. "Fuck i think i still have one where is it?" Dia masih berusaha mencari.

Aku masih menunggu di atas tempat tidur Luke. Aku mengambil bantal dan tidak sengaja menemukan condom di bawah bantalnya. Aku mengambilnya dan memberitahu Luke.

"Hey Luke!" Aku memanggilnya. Luke lalu melihat ke arahku. "I have one." Aku menunjukkan condom itu yang masih ada di dalam bungkus. Lalu Luke tersenyum. "If you want just take it!" Aku menggigitnya dan membiarkan Luke untuk mengambil itu.

"Dont be such a bad girl." Lalu Luke berjalan ke arah tempat tidur lalu merangkak kembali ke atasku. Dia lalu mengambil bungkus condom itu dari mulutku dengan mulutnya. Lalu mengambilnya kembali dengan tangannya. "Why did you have this condom? Youre a girl." Luke tertawa.

"I found it under your pillow," jawabku. Luke manruh condomnya di saku celana jeansnya. "Why dont you wear it?"

"I havent done with you."

Lalu Luke langsung menciumku dan tanpa basa-basi langsung melepas braku. Dia menciumku dari bibirku, ke leherku lalu ke bawah dan ke bawah. Membuatku mendesah berulang kali. Lalu Luke membuka kancing celana jeansku dan melepas celana jeansku. Aku merasa free sekarang. Luke menggodaku sebelum melepaskan celana dalamku. Dia mencium bagian pahaku dan bagian V ku. Aku mendesah lebih kencang saat ini.

"Aaaahhhhhh fuuuuuck ahh," aku mendesah dengan tanganku memegang bantal yang aku pakai.

Luke sepertinya menyadari kalau aku sudah benar-benar horny dan dia tidak mau aku mencapai batasku sampai dia melakukannya. Jadi Luke berhenti dan membuka celana dalamku. Aku kemudian membuka mataku dan melihat Luke berdiri di luar tempat tidur, dia meliahat ke arahku dengan tatapan sinis sambil membuka bungkus condomnya dengan giginya. Dia nampak kesusahan tapi akhinya bungkusnya terbuka juga.

Aku menutup mataku lagi, "fuck im totally naked," kataku sambil tersenyum.

"It's been so long i didnt see you like this," balas Luke. Padahal aku tidak menyangka kalau Luke akan membalasnya karena dia sedang mengurusi condomnya lol.

"It's been so long too i didnt feel your body on mine," aku terawa.

Lalu tiba-tiba Luke naik ke tempat tidur tapi naiknya dia langsung ke atas tubuhku seperti dia jatuh dari atas dan itu membuatku kaget. Aku langsung membuka mataku dan melihat Luke di atasku.

"I want you right now," belum sempat aku membalasnya, Luke langsung mencium bibirku. Lidahnya bertemu dengan lidahku, ciuman kali ini sangat agresive karena di bawa oleh hawa nafsu. Malah aku bisa mendengar Luke mendesah di dalam ciuman kami. Padahal Luke nggak pernah mendesah kalau dia nggak terlalu horny bahkan pas dia horny dia bakal menahannya.

Tanganku memegang leher Luke tapi tangan Luke hanya di atas kasur di samping kepalaku. Desahan Luke membuatku sangat proud dengan diriku karena hell yeah aku membuat seorang Luke mendesah yang berarti dia sangat sangat inginkan aku. Lalu Luke mencium bagian leherku seperti biasa. Dan aku merasakan bagian dari dirinya masuk ke dalam area V ku dan fuck aku merasa seperti keluar dari dunia ini. Saat bagiannya masuk ke dalamku, aku bukan medesah lagi tapi aku berteriak karena rasanya sakit tapi aku menyukainya. Aku sempat mencakar bagian leher Luke karena tanganku berada di sana, untuk mengurangi rasa sakit.

"Fuck Luke, fuck, ahh shit," Kataku di dekat telinga Luke.

"Fuck, ahhh god," Luke mendesah tepat di telingaku karena dia masih mencium leherku.

Luke lalu bergerak back and forth perlahan. Dan aku dapat merasakan setiap inch dari bagiannya keluar dan masuk ke dalam bagianku.

"Shhhh ahh where-where did you learn that?" Tanyanku karena kali ini Luke melakukannya sangat baik daripada yang sebelum-sebelumnya.

"Cant explain," jawab Luke dengan cepat. Yeah memang rasanya berat untuk berbicara untuk saat ini, pengennya buka mulut untuk mendesah. Thats all i want right now.

Luke mempercepat gerakkannya dan tanganku turun ke arah punggungnya. "Ahh shit," Untuk kesekian kalinya aku mendengar Luke swear dan mendesah di kupingku.

"Aaaaaaaahhhhh goooossshhh ahh sshhhh," Aku mencengkram bagian belakang punggung Luke.

Luke melepaskan ciumannya dan ku rasa wajahnya berada tepat di atas wajahku karena aku bisa merasakan napasnya yang terengah-engah. Fuck aku hampir mencapai batasku. Aku harap Luke juga.

"Shhhhiiiiiiiiiiiiit!" Luke hampir berteriak.

"Ahhhhhhhhhhh fuu-fuuuuuuck," aku mendesah sudah separuh berteriak.

Kami berdua mencapai batas kami bersama-sama. Dan Luke lalu langsung tiduran tetap masih di posisi yang sama namun dia tidur di atas dadaku. Aku membuka mataku, pengheliatanku rabun mungkin karena terlalu banyak menutup mata. Aku merasa sangat lemah sekarang dan juga sangat lelah. Luke mungkin sepertinya sama sepertiku. Aku bisa meraskan napasnya terengos-engos.

"How was it?" Tanya Luke napasnya masih terengos-engos, dia tidak melihat ke arahku.

"Thats good, fucking good, you did it right,"

Lalu Luke berpindah posisi menjadi di sampingku. Aku melihat dia masih kecapean lalu aku memegang tangannya, dan tangannya dingin. Ini tidak biasa.

"Tanganmu dingin?" Tanyaku penasaran.

"Oh yeah thats cool," jawab Luke dengan senyuman awkward dan wajahnya tidak mau menatapku. Ada apa?

"Ini tidak biasa, ada apa Luke?" Aku memaksanya untuk melihat ke arahku. Tapi dia tidak membalasnya dan melepaskan tangannya dari genggamanku. Dia duduk di tepi tempat tidur dan sibuk melepaskan condomnya. "Luke tell me!" Aku duduk di tempat tidur dekatnya dengan selimut di tubuhku.

Dia akhirnya melihat ke arahku, "Violin aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa seperti aku baru pertama melakukan ini, aneh bukan? Aku tidak bisa menahan nafsuku dan makanya tadi aku melepaskan desahannku. Youre cool!"

Apa yang Luke katakan membuatku merasa tidak ingin pergi dan melakukan hal yang sama setiap malam. Aku tidak boleh nangis untuk saat ini. "Dont make me cry," kataku sambil tertawa.

"No i dont, but i will cry right now i almost cry when i slept on your chest, i dont wanna lose you," jelas Luke tapi Luke malah membuatku semakin sedih.

"Luke stop it, can we just lay here and sleep because im very tired," aku berusaha membuat Luke berhenti menghabiskan waktu hanya untuk omong kosong.

Luke lalu kembali tiduran di sampingku. aku tiduran di tangan kirinya dan tangan kirinya memelukku. Masih tetap naked kami berdua tidur disini. Aku merasakan tanga Luke masih tetap dingin. Dan detak jantungnya masih kencang. Dia masih terbawa suasana. Tidak lama kemudian akupun tidur di pelukan Luke.
---------------------
Aku membuka mataku, aku melihat kesekeliling dan melihat jam dinding. Sekarang sudah jam 4. Aku bahkan nggak tau jam berapa aku tidur. Aku melihat ke sampingku, tidak ada Luke disini. Tapi aku bisa mendengar suara shower menyala di kamar mandi, pasti itu Luke yang sedang mandi.

Aku segera bangun dan menyadari aku masih naked. Aku melihat ke perutku. Ada bekas berwarna biru di perutku dan di dadaku woow ada banyak. What is it? Aku bangun dan segera mencari bra dan celana dalamku di lantai. Setelah ketemu aku segera memakainya. Aku melihat ada kaca disini, aku langsung melihat diriku di kaca. Im soo mess. Wait ada bekas berwarna biru di kedua sisi leherku biru ke ungu-unguan. Oh yaa apa jangan-jangan ini bekas dicium Luke tadi? Yeah itu bisa terjadi. Tapi kalau Ibuku tahu pasti dia akan marah sekali denganku. Fuck it!

Suara shower berhenti dan pintu kamar mandi terbuka. Luke keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk. "Oh hey babe," dia berjalan ke arahku.

"Hey Luke," aku menyapanya dengan senyuman.

"Whats wrong?" Dia berdiri di sampingku dan melihat bingung ke kaca.

"Ada tanda di perutku dan leherku, damnit. Kau terlalu nafsu melakukannya," aku tertawa.

Luke tersenyum ke arahku, "im so sorry baby, and wait until you see this," dia berbalik dan aku bisa melihat bekas cakaran yang panjang di punggung Luke dan bekas merah di leher Luke yang hampir berdarah. Separah itukah aku melakukannya?

Aku menutup mulutku kaget, "oh my gosh im so sorry okay?"

"Yess babe its no problem," Luke tersenyum.

Aku dan Luke segera mamakai baju. Setelah memakai baju kami menutuskan untuk keluar kamar dan bertemu Michael dan Ashton selama Luke tidak menyebutkan nama Calum.

Kami berdua menuju ke halaman belakang dan melihat Ashton dan Michael sedang mengobrol di dekat kolam renang. Saat kami masuk mereka berdua berhenti berbicara dan melihat ke arah kami berdua.

Sebelumnya:
AUTHOR'S POV

"I need to meet Luke," ucap Michael hampir berlari ke atas tapi Ashton tahan.

"Jangan!" Kata Ashton masih memegang tangan Michael.

"Kenapa?" Tanya Michael penasaran.

"Luke sedang... Terikat," ucap Ashton ragu-ragu.

"Well okay,"

Michael dan Ashton duduk di sofa dan menonton netflix. Suara desahan Violin membuat Michael tidak bisa berkonsentrasi. "Aku tidak tahu kalau Luke melakukannya dengan hebat," Michael tersenyum ke arah Ashton.

"Yeah dia sudah besar Mikey, ingat dia sangat polos dulu lalu meminta mu untuk mengajarkan dia," Ashton tertaea terbahak-bahak.

"Yeah, im so proud of him," Michael melanjutkan menonton netflixnya, lalu ada suara teriakkan Violin dari kamar Luke yang padahal berada di lantai atas. "Fuck but i cannot-"

"Shut up Mikey, dont complain, remember when you had sex and you moaned so loud me and Luke didnt complain that time," jelas Ashton dengan bijak.

Michael mengangguk. Lalu Calum datang. "Is that Violin? God i just woken up by that moan,"

"Yeah shes with Luke," jawab Michael.

Calum yang masih suka dengan Violin sangat sangat hancur ketika mendengar suara desahan Violin. "Fuck i gotta go." Calum segera pergi dengan mobil keluar dari rumah karena dia tidak tahan dengan semua yang ada di rumah.

"Im so proud of you Luke!" Ucap Mikey tiba-tiba. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia sedang bicarakan.

"What?" Tanya Luke dan ternyata Luke juga tidak mengerti.

"Shut up!" Kata Ashton tiba-tiba.

Luke mendekat ke arah mereka berdua di dekat kolam renang. Lalu Luke duduk di dekat Ashton dan aku duduk di dekat Michael.

"Nice boxer!" Puji Michael pada Luke. Luke hanya memakai boxer warna putih dan juga kaos berwarna putih.

"Thanks bro!" Ucap Luke.

"Anyway where have you been Violin? I havent seen you in 4 hours?" Tanya Michael.

Aku bingung gimana mau ngejelasinnya. Haruskah ku bohong atau tidak. "Uhh did i moan too loud?"

"No you didnt you screamed too loud," jawab Michael lalu dia tertawa diikuti Ashton dan Luke.

"Oh fuck, yeah i bet you know where i have been," jawabku.

Aku merasa malu dan aku rasa pipiku memerah sekarang. Aku melihat Luke tersenyum dan aku melihat wajah Luke sudah sedikit memerah.

"Did he do it right? If not just tell me cause you know im the best," ucap Michael sambil tertawa. Aku hanya tersenyum dengan perkataan Michael.

"Mikey im not little kid again you know?" Kata Luke. Dia tersenyum melihat Michael dan Michael tertawa.

Kami mengobrol banyak tentang aku dan Luke, dan Michael terlihat sangat sangat bersemangat. Setelah mengobrol sekitar satu jam, kami segera masuk ke dalam dan duduk di sofa untuk menonton netflix. Aku duduk di samping Luke seperti biasa Luke tidak mau terpisah denganku. Michael dan Ashton memutuskan untuk duduk di bawah, di atas karpet. Michael memutuskan untuk menonton titanic, baiklah aku setuju-setuju saja walaupun aku sudah menonton film ini beribu-ribu kali.

"Feeling bored of this film?" Tanya Luke drngan nada perlahan kepadaku. Aku hanya tertawa dan mengangguk. "Me too, Mikey such an idiot." Lalu Luke tertawa pelan.

Di tengah-tengah film aku baru ingat ternyata Calum tidak ada di rumah. Kemana dia pergi? Aku ingin bicara sebentar dengan Michael. "Luke i have to talk to Michael," aku meminta izin oleh Luke.

"Why dont you talk to me? You have a secret that i dont know?" Tanya Luke. Ugh udah benci kalau Luke so proctective kayak gini.

"No not like that," jawabku.

"Im just kidding, go ahead," kata Luke dan dia mengizinkanku.

Aku mencolek pundak Michael. Dan Michael melihat ke arahku. "What?"

"Can i talk to you for a sec?" Pintaku.

"Yeah ofc,"

Aku langsung bangun dari sofa diikuti dengan Michael. Aku berjalan menuju dapur.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Violin?" Michael langsung duduk di bangku meja makan. Dan dia sepertinya sudah siap mendengarkanku.

"Dimana Calum?" Tanyaku. Aku segera berjalan mendekat ke arah Michael dan duduk di atas meja makan dekat dengan darinya.

"Aku tidak tahu, tapi dia membawa mobil," jawab Michael. Aku tahu ada yang tidak beres dengan Calum. Apakah masih karena yang tadi, yang aku tidak mau menciumnya. Oh cmon. Hes such a childish

"Ada apa dengan Calum? Oh god," aku memang kepalaku. Aku sudah benar-benar pusing dengannya. Maksudku aku tidak mau membuatnya menjadi marah seperti ini tapi permintaan dia selalu yang aneh-aneh yang membahayakan hubungan aku dan Luke.

"He's a.." Michael membuka mulutnya tapi lama-kelamaan suaranya mengecil.

"He's what?" Tanyaku penasaran.

"He's kinda jelaous of you," kata Michael dan menatap ke arahku dengan tatapan serius.

"Jelaous? Whats that mean?" Tanyaku lagi.

"So he heard you moaned okay and i dont know he just gone," jelas Michael dan wajah yang makin serius.

Fuck! Apakah tadi aku mendesah kekencengan? Aku kira kamar Luke kedap suara. Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Calum. Oh no pasti Calum tidak akan memaafkan aku lagi selamanya. Fuck it!

"Fuck! Seriously?" Aku kaget dan Michael hanya mengangguk. "Did yoh hear me too?"

"It sounds like music in my ear," canda Michael. Lalu Michael berdiri dari tempat duduknya dan mengambil minum. God apa yang akan aku lakukan? Aku tidak mau marah lagi dengan Calum tapi apa berharknya untuk melarangku ngeseks dengan pasanganku? Calum bukan siapa-siapa aku, dia hanya sekededar teman bagiku. Tapi yang aku takut ketika aku sudah pergi, Calum akan berantem dengan Luke dan aku akan berantem lagi dengan Luke dan hidupku kembali kacau.

Aku masih memegang kepalaku dengan kedua tanganku karena damn aku sangat pusing memikirkan Calum. "Ini," Ada suara Michael di depanku. Aku melihat ke arah Michael yang ada di depanku sedang menyodorkanku sebotol vodka. "Jangan di buat pusing, Violin." Aku mengambil botolnya itu dan meminumnya. "Ini hari terakhirmu disini so have fun!" Michael berusaha menyemangatiku.

"Thanks Mikey!" Aku tersenyum ke arahnya. Aku tidak salah berbicara dengan orang seperti Michael.

"Wait," Michael memegang daguku dan dia melihat ke bagian leherku. "Theres marks on your-"

"Yeah i know," aku berusaha melepaskan tangan Michael perlahan dari daguku. "Luke made it." Ucapku dan aku hampir tertawa dan aku rasa kali ini pipiku benar-benar memerah.

Michael tertawa, "He did the good job," lalu dia meminum vodakanya yang ada di tangannya.

"Yeah i think more than just a good hahaha," balasku pada Michael dan Michael hanya tersenyum. "Jika kau lihat di punggung atau di bagian leher belakang Luke, aku juga meninggalkan tanda disana."

"Hahaha you did a great job sweetie!" Puji Michael dan aku langsung tersenyum malu.

Tidak lama kemudian Luke datang dari arah pintu masuk. "Why are you guys taking so long?" Luke berdiri di sampingku dan merangkul pinggangku. Michael hanya senyum-senyum saja.

"Because theres so many topics that i wanna share with Michael," jawabku.

Rasanya sedikit awkward ketika Luke bergabung bersama kami. Supaya tidak awkward aku mengajak mereka berdua ke ruang TV lagi untuk melanjutkan nontonnya. Dan disana Ashton cuma sendiri.

Setelah selesai menonton dan ini juga sudah jam setengah tujuh malem, aku harus kembali ke rumah untuk membereskan barang-barangku. Luke mengantarkanku ke rumah dan dia bilang dia akan menginap dirumahku untuk terakhir kalinya dan besok Michael, Ashton dan semoga Calum ikut mengantarkanku sampai Bandara. Theyre such a good friends😍

Setelah sampai rumah, aku membuka pintu dan langsung di sambut oleh Ibuku.

"Hei Mum," Ibuku berdiri dari sofa dan melihat ke arah aku dan Luke yang baru masuk. "Uhh Luke wanna stay here, its the last day im with him so.. You should let him." Kataku berusaha meyakinkan Ibuku.

Ibuku sempat berpikir sebentar sebelum dia berkata "Okay," ucap Ibuku. Aku menahan jeritan dan tawaku karena aku senang.

"And Mum dont uhh distrub us because its the last day im with him okay mum?"

"Whatever." jawab Ibuku sambil memutar bola matanya dia kembali ke sofa.

Aku segera berjalan ke atas dan Luke mengikutiku dari belakang.

Sesampainya di kamar aku tidak tahu mau ngapain sama Luke. Jadi ini sedikit awkward jadi aku hanya duduk di pinggir kasur. Aku memerhatikan Luke berdiri sambil melihat ke kayar HPnya. Siapa yang sedang di text? Lalu tiba-tiba lagu bermain dari HPnya dan aku kaget. Lalu Luke melihatku dan meletakkan HPnya dan lagunya masih terputar dan lagu itu adalah lagu Thinking Out Loud dari Ed Sheeran. Dia melihatku sambil tersenyum lalu menyodorkan tangannya ke arahku dan aku bingung.

"What?" Tanyaku meminta penjelasan dari Luke.

"Just take my hand," Jawab Luke.

"Okay." Lalu aku mengambil tangannya dan berdiri dari tempat tidur.

Luke menarikku lebih dekat ke arahnya. Tangannya yang satu memegang tanganku dan satunya lagi pinggangku. Tanganku memegang tangannya dan satu lagi pundaknya. Jarak wajah kami sangat dekat dan aku tahu Luke mengajakku berdansa tapi aku sama-sekali tidak bisa dansa. Luke tersenyum dan lesung pipinya itu bagaikan bintang yang menerangi langit pada malam hari begitu bagus dan indah.

"Fuck Luke i cant dance," kataku sambil tertawa.

"Ikuti saja iramanya," jawab Luke.

Aku belum pernah berdansa sama Luke sebelumnya. Dan ini adalah pertama kalinya tapi aku tidak mau ini menjadi terakhir kalinya. Aku memindahkan tanganku dari tangan Luke ke lehernya dan begitu juga Luke dia memindahkan tangannya dari tanganku ke pinggangku.

Aku menggerakkan kakiku mengikuti irama musik, maju mundur, ke kanan ke kiri. Luke lalu menyanyikan lagunya di depanku dan isbshabsk suaranya sangat bagus.

"When my heads over grown and my memory fades and the crowds dont remember my name,"

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku, aku senang tapi sedih saat ini juga. Luke terlalu romantis untuk di tinggalkan, aku ingin seperti ini dengan Luke setiap hari tapi aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku tidak bisa.

"And baby your smile's forever in my mind and memory,"

Aku hampir mengeluarkan air mata saat Luke bernyanyi pada bagian itu. Suaranya sangat lembut dan peaceful. Lalu arti dari lirik lagunya sangat dalam bagiku atau mungkin juga bagi Luke.

"Im thinking bout how people fall in love in mysterious ways maybe its all part of the plan, im just keep on making the same mistake hoping that you'll understand."

Goddamnit air mata tidak bisa aku tahan dan akhirnya menetes ke pipiku.

"And we found love right where we are." Setelah lagu habis dan Luke menyanyikan baris terakhir dengan senyuman manis lalu matanya yang hanya tertuju pada mataku. Aku segera menciumnya. Dan air mataku langsung keluar semua dari mataku.

Aku tidak bisa lama-lama mencium Luke karena aku kehabisan napas karena aku juga menangis. Aku masih menutup mata dan jarak kami juga masih sangat dekat saat Luke bilang "i love you so much Violin," aku masih bisa merasakan napasnya.

"I love you too Luke." Balasku sambil terisak sedikit.

Luke sedikit menjauh dariku. Dia melepaskan tangannya dari pinggangku dan aku juga. Aku belum bisa membuka mataku dan melihat Luke. Aku harus mengapus air mataku dengan tanganku. Kau bisa katakan aku nangis seperti anak kecil.

"Ohh Violin, dont cry baby," Luke memegang tanganku dan berusaha melepaskannya dari wajahku. Aku yakin wajahku sangat ancur dan jelek ketika aku menangis.  Aku melepaskan tanganku dan aku melihat ke Luke. Dia tersenyum di sana tapi matanya juga sudah berkaca-kaca. Dia menahannya. Luke mengelap air mataku dengan tangannya "its gonna be okay, i promise."

Aku tidak punya kata-kata aku speechless dan aku tidak bisa ngomong gara-gara aku terisak. Aku hanya menggelengkan kepal untuk menjawab. Kenapa aku meggelengkan kepala? Karen aku rasa hubungan aku dan Luke tidak akan baik seperti ini. Aku yakin itu dan aku tidak bisa seperti ini dengan Luke lagi omg. Aku segera memeluk Luke dan Luke memelukku balik. Aku akan rindu bau parfum Luke yang khas dan kehangatan yang aku dapat ketika aku memeluknya.

Aku bisa merasakan satu tangan Luke memegang rambutku dan mengelus kepalaku, satu tangannya lagi memelukku lalu dia mencium kepalaku yang mana membuatku tambah sedih. Aku mungkin sudah membasahi baju Luke dengan air mataku.

Tiba-tiba ada ketokan di pintu kamarku. "Violin!" Terdengar seperti Ibuku.

Luke langsung melepaskanku dengen perlahan. Aku berusaha menjawab Ibuku tapi aku tidak bisa karena aku terlalu terisak. "Take a breath and relax," Luke membantuku. Aku lalu mengikuti Luke. Menarik napas dan mengeluarkannya lagi.

"Ya?" Sahutku kepada Ibuku yang ada di luar.

"Im gonna leave you two alone, im going outside," jelas Ibuku.

Yass finally di rumah nggak ada orang. "Okay mum!" Jawabku masih sedikit terisak.

Tidak ada balasan dari Ibuku tapi aku mendengar suara langkah kaki yang menjauh dari kamarku. Luke merangkulku lagi dan aku masih mencoba menenangkan diriku sejenak supaya tidak terisak.

"Calm down," kata Luke. "Uhh its time for dinner actually, do you want me to cook? Or do you want me to buy pizza?" Luke melihat ke arah wajahku tapi aku tidak melihatnya karena damn aku pasti sangat berantakkan.

"No not both," aku menggelengkan kepalaku. Aku merasa tidak enak dengan Luke kalau dia yang masak atau dia yang membelikan aku pizza. Jadi aku maunya aku yang masak dan Luke tinggal makan. "Im gonna cook."

"No no im trying to cook by myself," kata Luke. "Alright, sekarang kau cuci wajahmu dulu dan aku akan turun ke dapur untuk menyiapkan makanan."

Luke benar, pasti wajahku sangat amat jelek dan berantakkan. Aku mengangguk lalu Luke melepaskanku. Dia segera keluar dari kamar dan aku segera ke kamar mandi yang ada di kamarku.

Saat di kamar mandi, aku melihat diriku di kaca. Kenapa aku begitu lemah? Maksudku aku gampang sekali menangis. Ewh wajahku sangat sangat berantakkan tapi kenapa Luke masih suka denganku? Oh baiklah aku hanya mengabiskan waktu melihat diriku yang menjijikkan ini di kaca. Aku segera membasuh wajahku dengan air dan aku merasa segar kembali. Baiklah aku tidak boleh bersedih sekarag, gotta live it up today.

Aku segera keluar dari kamar mandi dan segera turun ke bawah untuk menemui Luke di dapur. Sesampainya di dapur aku melihat Luke sudah menyiapkan bahan-bahan untuk di masak di atas meja. Dan dia sedang memotong bawang. God he's so handsome when he's cooking. Aku harap aku bisa melihatnya seperti ini lagi.

"Hey," Luke melihat ke arahku tapi dia masih melanjutkan memotong bawangnya. "You look fresh now." Pujinya.

"Thanks," aku tersenyum sambil berjalan ke arahnya. Aku melihat banyak barang-barang yang di ambil Luke dan ini bisa menjadi beberapa hidangan, maksudku tidak hanya satu dua hidangan. Lalu aku mempunyai ide. "Luke bagaimana kalau kau membikin makanan untukku dan aku akan membikin makanan untuk kau?" Saranku pada Luke, lalu Luke melihatku dengan bingung lalu dia menganggik.

"Okay," senyumannya membuatku juga tersenyum.

Aku tidak tahu mau membuat apa, tapi aku hanya ingin membuat steak saja mumpung ada banyak daging di kulkas. Steak and potato cream. Aku mengambil beberapa daging di kulkas dan beberapa alat untuk membuat steak. Aku melihat ke arah Luke yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyajikan makanan yang enak karena setahuku Luke bikin makanan selalu tidak enak😂

Aku menyalahkan kompor dan menaruh alat untuk memanggang steak di atasnya lalu meletakkan dagingnya. Selama aku memasak Luke selalu bolak-balik melewatiku untuk mengambil bahan-bahan yang kurang di kulkas. Setiap dia melewatiku pasti ada saja yang dia lakukan terhadapku seperti mencolekku, membisikkan kata-kata yang gila yang bisa membuatku ketawa sampai mencium pipiku.

Aku juga mendengar Luke swearing setiap dia masak hahaha mungkin emang dia jarang masak.

"Fuck!" Luke swearing ke seribu kalinya dan aku lihat, kali ini dia salah memasukin bahan ke dalam masakannya omg.

Setelah selesai aku dan Luke menaruh makanan buatan kami di meja makan. Dan kami duduk di kursi meja makan depan-depanan. "What do you make, Mrs.Colvelin?" Tanya Luke sok sok an jadi kayak juri gitu.

"Its called steak and potato cream, Mr," jawabku. "And what do you make Mr.Hemmings?" Tanyaku dengan nada yang sama seperti Luke tadi.

"Its called chicken porridge and i made the nuggets too, Mrs." Jawab Luke.

"Okay,"

Lalu perlahan aku menyendok bubur yang dibikin Luke. Well,stukturnya bukan seperti bubur tapi lebih seperti susu omg😂 terlalu encer dan aku menyicipinya. Rasnaya juga agak kurang asin dan hampir hambar. Oh Luke :")

"So what do you think?" Tanya Luke. Ya ampun aku tidak bisa bilang kalau masakan masih tidak enak tapi paling tidak dia mau berusaha dan sejujurnya masakannya kali ini enakkan sedikit daripada masakannya yang terakhir aku nyobain.

"Yeah its better than before, but..." Aku benar-benar tidak bisa bilang. Tapi aku tahu Luke sudah menyadarinya.

"What?" Tanya Luke hampir tertawa.

"Masih belum terlalu enak," jawabku dan Luke tertawa.

"Yeah aku tau, pokoknya masakkan kau yang paling baik," respon Luke.

Setelah makan, aku dan Luke mengobrol-ngobrol di dapur. Omongannya gak ada yang penting. Dan setelah mengobrol kami cuci piring dan membereskan dapur yang sangat berantakkan ini. Aku tidak mau Ibuku melihat dapur seperti ini. Lalu kami kembali ke atas lagi, ke kamarku.

Luke tidur di tempat tidurku dan aku ada di dadanya lebih tepatnya di dekat lehernya dan hampir menyentuh pipinya. Lalu tidak ku sangka Luke menyanyikan ku Lego House dari Ed Sheeran sambil mengelus-elus kepalaku. Suaranya sangat merdu dan bagus. Tapi membuatku mengantuk. Aku ingin sekali mendengarkan menyanyi setiap hari, nyanyian yang melow untukku. Tapi yang aku ingin adalah dia menyanyikan lagu ciptaannya sendiri hanya untukku. That would be amazing. Tidak lama kemudian aku tertidur karena lagu dan suara Luke.

Pada malam harinya aku tiba-tiba terbangun. Aku tidak hampir tidak bisa melihat apa-apa disini karena lampu sudah di matikan. Aku berbalik dan melihat Luke tidur but wtf he's shirtless jabLanslaisb😍😂 dia terlihat nyenyak dan aku tidak mau menganggunya.

Aku merasa haus di malam hari seperti ini, jadi aku perlahan turun dari tempat tidur tapi aku melepaskan celana jeansku dulu karena katanya nggak baik tidur pake celana jeans. Aku hanya memakai celana dalam tapi bajuku panjang jadi masih menutupi kayak rok. Aku segera mengambil HPku dan keluar kamar dan segera turun ke bawah. Aku menuju dapur dan mengambil air putih yang ada di kulkas.

Aku tidak tahu apakah Ibuku sudah pulang atau belom tapi lampu di ruangan-ruangan sudah di matikan kecuali dapur karena tadi aku nyalahin. Masa Luke yang matiin lampunya? Serajin itukah Luke? Lalu aku tidak langsung kembali ke atas. Aku segera ke meja makan sambil membawa minumku. Aku membuka HPku dan melihat ada pesan dari Stephanie dan sontak aku kaget karena aku langsung mengingat masa saat aku berantem sam Luke karena Stephanie. Aku melihat pesan itu.

Stephanie

-i heard you will go to Canada and live there so i just wanna say that i will miss you Violin, plus we havent met for ages. Where have you been? Omg i really really miss you little girl😩 hope we can meet soon😘💕

Aku tidak yakin dengan perkataan dia. Yang aku takut adalah Luke akan balikan lagi dengan Stephanie saat aku pergi. Tapi liat aja kalau sampai benar Luke balikan lagi denan Stephanie.

Suasana dapur sepi banget yeah ofcourse karena semuanya pada tidur. Lalu aku tiba-tiba mendengar telapak kaki yang menuju ke arah dapur. Dan Luke muncul dari arah pintu dapur dengan hanya memakai celana jeans panjang tanpa memakai baju.

"Hey," sapa Luke sambil berjalan ke arahku. "Why are you awake?" Tanya Luke sambil bersender di meja makan di sampingku.

"Aku haus," jawabku. "Why are you awake and how do you know im here?"

"Entahlah aku memang suka terbangun di malam hari, dan ini jam satu kau tidak ada di kamar kau pasti ada disini," Jawab Luke dengan cepat.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan berdiri di depan Luke. Aku tidak tahu kenapa aku melakukan ini, aku hanya ingin melihat wajah Luke sebelum aku pergi.

"What?" Tanya Luke penasaran.

Aku tersenyum dan tanganku memegang kedua pundaknya. Aku melihat wajah Luke bingung tapi dia tersenyum. Aku suka memandang mata birunya. "I love you Luke,"

Luke tersenyum lebih lebar kali ini tapi dia tidak membalas memegangku balik. Dia malah mendoroku mundur perlahan dan aku mengikutinya, aku masih belum melepas tanganku. Tiba-tiba Luke memutar balik jadi aku yang berada di dekat meja lalu dengan cepat Luke memegang pinggangku dan menciumku.

Bibirnya sangat lembut dan hangat kali ini. Aku merasaka tubuhnya maksudku langsung kulitnya menyentuh badanku. Aku duduk di atas meja dan menyilangkan kakiku di pinggang Luke. It can be our last kiss. Tapi aku berusaha tidak mengingat mengingat itu. Aku tidak mau bersedih lagi aku hanya ingin aku dan Luke saja.

Tiba-tiba Luke mengangkatku perlahan saat kami masih ciuman tapu aku ingat HP ku masih tergeletak di meja. "Ohh," aku melepaskan ciumannya dan tertawa awkward "my phone."

Luke lalu mengambilkan HP ku dan memasukkannya ke dalam kantong celananya. Lalu dia kembali menciumku dan menggendongku menuju ke kamarku lagi. Aku sudah beribu-ribu kali melakukan ini.
---------------
Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Aku membuka mataku dan langsung melihat sinar matahari yang datang melalui jendela. Ini sangat terik dan kemungkinan ini sudah jam 8. Hari ini aku akan berangkat ke Canada pada jam 11 nanti. Aku merasakan rambutku seperti ada yang menggerakkan dari belakang, saat aku berbalik dan melihat Luke sedang bermain dengan rambutku.

"Good morning babe!" sapa Luke dengan senyuman paginya. Rambutnya berantakkan dan matanya masih beler juga suaranya yang serak ala orang baru bangun tidur.

"Good morning!" Aku tersenyum juga kepadanya.

"Aku beberapa kali mendengar ibumu mengetuk pintu dan dia bilang kita harus cepat," jelas Luke. Pantas saja dia sudah memakai baju sekarang.

"Okay tapi aku tidak mau cepat-cepat aku tidak mau cepat berpisah denganmu Luke," kataku. Bukan bermaksud bertindak seperti drama tapi aku memang tidak mau cepat berpisah dengan Luke.

"Lets make a promise," ajak Luke.

"What promise?" Tanyaku penasaran.

"Aku berjanji saat aku bertemu kau lagi, aku sudah menjadi orang yang kau akan banggakan dan aku janji saat aku bertemu kau lagi, aku akan mengajakmu berkeliling kota dengan uhh.. Helikopter, maksudku helikopter pribadiku," jelas Luke. Memang terdengar sangat gila dan impossible. "Aku tau kau ingin sekali naik helikopter jadi kau harus bertemuku lagi."

"Oh my god Luke," aku tertawa karena yeah i think thats insane. "Are you sure with your promises?"

"Yeah ofcourse!" Jawab Luke meyakinkanku.

Memang dari kecil aku ingin naik heli tapi belum kesampean. Aku ingin merasakan naik di pesawat pribadi yang isinya hanya muat untuk kurang dari 5 orang saja. Pasti rasanya akan seperti benar-benar private dan woow so fancy.

Aku dan Luke segera turun ke bawah dan memakan sarapan yang di buat oleh ibuku. Setelah sarapan aku dan Luke mandi lalu membereskan barang-barangku yang aku akan bawa. Tidak lama Michael dan Ashton datang ke rumahku untuk mengantarkanku ke bandara. Aku tidak melihat Calum. Aku pensaran dengan Calum, apakah dia masih marah denganku? Tapi tega banget dia tidak hadir saat aku akan berpisah dengannya dengan jangka waktu yang lama.

Jam 10nya kami berangkat ke bandara. Aku bersama Ibuku dan Luke di mobil Luke dan Ashton bersama Michael di mobil Ashton. Perjalanan ke bandara menghabiskan waktu sekitar 30 menit jadi kami sampai di bandara pada jam setengah sebelas. Tidak ada delay untuk pesawat yang akan mengantarkanku ke Canada jadi aku akan berangkat fix jam 11.

Sebelum berangkat Ashton memberiku sebuah gantungan kunci kecil berbentuk malaikat cewek dan ternyata Ashton mempunyai pasangannya yaitu malakikat cowok. Dan di setiap mulut kedua malaikat itu ada magnetnya jadi saat di satukan gantungan kunci malaikat itu seperti berciuman. Dan Ashton bilang "suatu hari malaikat ini akan berciuman lagi." Yang membuatku hampir meneteskan air mata.

Michael memberiku sebuah boneka pikachu yang lucu. Lalu Michael bilang "jika kau rindu aku, lihat saja boneka ini dan bayangkan itu aku. Kau bisa menciumku dan memelukku, aku akan merasakannya."

Terakhir Luke. Aku berjalan mendekatiku Luke. Air mata sudah terbendung di kelopak mataku. Aku menahannya sampai Luke memberiku sesuatu yang membuatku tidak bisa membenduk air mataku lagi. Luke melihat ke dalam mataku dan aku juga. Aku tidak pernah bosan melihat mata birunya. Lalu dia melepas lipringnya itu yang terbuat dari besi. Dan dia mengangkat satu tanganku dan lipringnya di tanganku. "Theres so much memories that i wont forget in this lipring especially the memories of our kisses," god it makes my tears fall down. Aku langsung mencium Luke dan memeluknya dengan erat. Aku tidak peduli apakah Ibuku melihatku atau tidak. Tapi aku terus mencium Luke. Bibirnya kali ini tidak ada bagian yang dingin karena sudah tidak ada lipringnya. lalu aku melepaskaj ciumannya tapi keningku masih menempel pada kening Luke dan kami masih menutup mata.

"I love you Luke,"

"I love you too," lalu aku menjauh dari Luke. Tidak benar-benar menjuh hanya menjauh beberapa cm saja dan kami berdua membuka mata. "Remember my promises, okay?" Dia menyodorkan jari kelingking untuk pinky promise.

Lalu aku memgambil kelingkingnya dengan kelingkingku, "yass i promise."

Aku lalu berjalan ke Ibuku. Aku memeluknya dengan erat dan Ibuku juga menangis. Aku tidak percaya Ibuku yang mengirimkanku ke Canada tapi dia juga yang menangis karena aku pergi.

"Take care of yourself!" Katanya.

"Yes mum i will, and you too, i love you mum!"

"I love you too darling!"

Dan aku segera berjalan menuju ke ruang untuk mengecek barang-barangku dan langsung ke pesawat. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganky dari Luke mengingat aku akan pergi dengan jangka waktu yang lama dan semua akan berubah tanpa ke 3 temanku dan 1 pacarku yang selalu menjagaku di setiap malam untuk memastikan aku tidak apa-apa. Ibu bilang aku akan terbiasa dengan ini.

Tapi aku tidak akan bisa terbiasa tanpa Luke.

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
941K 44K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
930K 45.9K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...