Selena's Second Life

By Lilie_written

725K 46.3K 856

menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan seg... More

00
kembali
aneh
wabah
berkunjung
obat penawar
hilang rasa
informasi yang salah
budak tidak tahu diri
berhasil
Inara
serangan
ibu mertua
pengacau
perpisahan?
Jelia menghilang
ketahuan
makan bersama ibu mertua
Feter
persiapan pesta
Jelia(?)
hari jadi Arviant
racun
racun 2
bimbang
melarikan diri
Diana pelakunya?
penghianat
Raja Denan sakit
kehilangan
khawatir
sahabat lama(?)
menyusul
ke pasar
kemarahan Alvaro
perselisihan
kejutan (?)
masalah
tawanan
penyiksaan
kata maaf yang terlambat
harapan
kembali berseteru
Lady yang malang

musuh dalam selimut?

7.3K 510 17
By Lilie_written

vote dulu sebelum membaca!!!
-
-
-

Happy reading
-
-
-

Anesla mengepalkan tangannya di samping tubuh, kepalanya menunduk dalam saat di depan sana, Erlando memarahinya.

Ia pulang dalam keadaan tangan kosong, sial! Pergerakan duke sialan itu sungguh cepat dan gesit. Anesla bahkan tidak bisa menemukan jejak mereka.

Anesla yakin, setelah ini Erlando pasti akan menghukumnya.

"Kau tahu Anesla, kau itu tidak berkompeten dalam pekerjaan mu!" Hardik Erlando.

Akibat perkataan menusuk itu, tangan Anesla mengepal semakin kuat. Harga dirinya benar benar jatuh saat Erlando mengatakan bahwa ia tidak berkompeten.

"Maafkan hamba, yang mulia." Ucap Anesla seraya menunduk semakin dalam.

"Karena kau tidak becus dan kau mengecewakan ku hari ini, maka kau harus menerima hukuman!"

Setelah perkataannya selesai, Erlando pergi dari sana meninggalkan Anesla seorang diri. Anesla berbalik, tatapannya menghunus tajam.

"Kau menang, karena kau adalah penguasa di sini, Erlando. Tapi mari kita lihat, apakah kedepannya kau masih bisa bertindak demikian?" Senyum miring tercetak jelas di wajah Anesla 

-

Arviant meletakkan tubuh Selena dengan hati hati di atas ranjang, tabib yang sedari tadi berdiri di belakang dengan cekatan memeriksa Selena.

Alis tabib itu sesekali berkerut saat memeriksa Selena, "Duke, Duchess mengalami demam karena luka di punggungnya yang tidak di obati secara tepat, akibatnya luka itu menjadi infeksi."

Mata Arviant membulat, tatapan nya terpaku pada wajah Selena yang kian memucat. "Lakukan yang terbaik untuknya."

Tabib itu mengangguk tanpa ragu. "Saya akan mengobati luka Duchess terlebih dahulu. dan maaf, gaun bagian atas Duchess akan saya gunting. Apakah anda keberatan?" Tabib itu merasa perlu meminta izin kepada Arviant.

Gaun itu sudah koyak di bagian punggung, jadi tabib itu berniat merobek bagian gaun atas Selena, dan menggantinya dengan pakaian ringan.

Alis Arviant berkerut, tak ayal ia mengangguk memberi izin, untungnya di depannya ini bukanlah tabib pria melainkan perempuan. Jadi Arviant tidak perlu merasa takut jikalau wanita itu menyentuh kulit Selena, toh, mereka sama sama perempuan.

Tanpa membuang buang waktu, gaun  bagian atas Selena di robek oleh tabib itu, menyisakan pakaian dalam yang menutupi bagian inti Selena.

Arviant menahan nafas, wajahnya memerah seperti udang rebus. Ia berdeham menetralkan detak jantung nya yang berdetak tidak karuan. "Aku akan keluar, lakukan yang terbaik untuk istriku."

Tabib itu mengangguk tanpa menoleh, karena ia sedang fokus pada luka di punggung Selena.

Ngomong ngomong, tubuh Selena dalam posisi telungkup saat ini. Luka yang Selena dapatkan di punggungnya sungguh mengerikan, entah berapa cambukan yang orang jahat itu berikan kepada Selena, tabib itu sungguh sedih melihat kondisi Selena saat ini.

Karena bukan kali pertama ia mengobati punggung Selena, ini kali kedua ia melihat punggung itu terluka.

Tabib itu mengganti pakaian Selena menggunakan gaun polos berbahan sutra setelah ia selesai mengobati luka di punggung Selena.

Posisi tidur Selena telentang dengan tangannya yang berada di samping tubuh. Tabib itu menaikkan selimut tebal hingga menutupi dada Selena.

Kain kecil yang terbuat dari bahan serat ia rendam di dalam air hangat yang baru saja di berikan Aeri.

Setelah itu tabib kemudian memeras kain tersebut hingga setengah lembab, lalu menempelkan kain tersebut di atas jidat Selena.

Ia berbalik, tersenyum menatap Aeri yang sedang berusaha menghapus air matanya. Tabib itu cukup mengerti jika Aeri prihatin dengan kondisi Selena saat ini.

Ia mendekat, menepuk bahu sempit itu, "jaga dia, ganti kompresannya setiap 1 jam sekali." Kata tabib itu, kemudian meninggalkan ruangan.

Aeri mengangguk mengerti, ia berjalan mendekat ke tempat Selena berada. Tatapannya semakin sendu saat melihat bagaimana kondisi Selena saat ini.

"Duchess.." Air matanya kembali meluruh.
"Cepatlah sembuh."

-

Di tempat yang penuh berbagai bunga bunga indah. terlihat seorang gadis berlari kesana kemari seakan-akan telah menemukan kebebasannya.

Matanya terpejam, senyumnya mengembang menikmati angin yang meniup wajahnya dan menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai.

Selena duduk di bangku yang entah sejak kapan berada di sana, helaan nafas lega terdengar, ia tersenyum. Apakah ini yang di maksud sebagai kebebasan?

Lalu, tanpa sengaja matanya terpaku pada seekor anak kucing yang terlihat melompat kesana kemari, kucing berbulu orange itu terasa familiar di mata Selena, tapi ia lupa kapan terakhir kali ia melihat kucing berbulu sama persis seperti itu.

Memilih mengabaikan pikiran abstrak nya, Selena berjalan mendekati kucing itu, tapi berikutnya sesuatu terjadi, membuatnya terkejut setengah mati.

Taman bunga luas dalam sekejap berubah menjadi ruangan sempit gelap gulita, Selena merasa sesak. "Tolong! Tolong!" Tunggu, mengapa suaranya seakan akan tertahan di tenggorokan?

Selena tetap berteriak meminta tolong, karena merasa lehernya semakin sakit akibat berteriak, yang nyatanya suaranya hanya tertahan di tenggorokan—Selena memilih menyerah.

Tiba tiba dari arah berlawanan, sebuah cahaya yang sangat terang menusuk mata. Selena mengangkat lengannya untuk menghalau sinar tersebut.

Perlahan Selena menurunkan lengannya saat melihat siluet bayangan seseorang keluar dari cahaya tersebut. Semakin dekat, Selena bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.

Mata Selena membulat, lidahnya terasa kelu. Apakah ia sedang bermimpi? Di depan sana, sosok yang sangat ia rindukan sedang berdiri sambil tersenyum manis ke arahnya. Bahkan, Selena bisa melihat dengan jelas lesung pipi yang tercetak di wajah tampan orang itu.

"Kakak?"

Bayangan itu berubah wujud menjadi Sam. Dia di sana, berdiri sambil menatap Selena penuh kerinduan.

Tempat yang tadinya gelap gulita berubah kembali menjadi sebuah taman bunga tak berujung, Selena tidak menyadari perubahan tersebut. Ia hanya terpaku pada satu titik.

Tanpa menunggu waktu lama, Selena berlari mendekati pria itu, tubuh mungilnya memeluk tubuh kekar Sam. Sam membalas pelukan itu erat.

Mata Selena memanas, tanpa bisa di cegah air mata jatuh membasahi pipinya. "Kak, aku sangat merindukanmu." Lirih Selena.

Sam mengelus bagiann belakang kepala Selena, "kakak jauh lebih merindukan mu."

Selena melepas pelukan itu, ia tersenyum manis, "aku bahagia bisa bertemu kakak hari ini, apakah kita bisa terus bersama seperti ini selamanya, kak?"

Pertanyaan polos itu membuat Sam terkekeh renyah, tangannya yang semula di belakang kepala Selena beralih ke pucuk kepala Selena. Menepuk nepuk nya dengan gerakan lembut. "Kakak ingin seperti itu, bersama kalian selamanya. Tapi satu hal yang Selena harus tahu, kakak sudah tiada. Mustahil jika kakak bisa bersama kalian selamanya. Tapi selena...kakak selalu ada di hati mu, kakak selalu ada di sisimu menemanimu dan menjagamu dari jauh. Maafkan kakak karena harus meninggalkan mu seorang diri di dunia yang kejam ini. Maafkan kakak karena belum bisa menjadi kakak yang terbaik untukmu, bahagialah adikku. Kau pantas untuk bahagia."

Sam menangis, benar benar menangis di hadapan Selena. Ini kali pertama Selena melihat kakaknya menangis, rasa sesak menjalar di hati Selena.

"Aku ingin selalu bersama kak sam!"

Sam menggeleng, "mustahil, adikku. Kakak sudah berada di tempat yang jauh dari jangkauan mu. Sekarang, kau harus pergi. Di sini bukan tempatmu."

Selena ikut menggeleng "aku tidak mau!"

Sam memegang pundak adiknya, "pergilah, adikku. Kau masih memiliki urusan yang harus kau selesaikan di dunia. Kakak berjanji, kita akan bertemu lagi di tempat yang indah dan jauh dari kekejaman dunia. Bertahanlah sedikit lagi, kakak akan menjagamu dari jauh."

Perlahan, wujud sam menghilang, Selena berteriak histeris memanggil nama Sam. Namun sia sia, Sam sudah menghilang tanpa jejak.

Cahaya terang sebelumnya kembali muncul, Selena berbalik, menatap kosong cahaya itu. Apakah ia harus kembali?

"Selena!"
"Duchess sadarlah, hiks!"
"Menantuku!"

Selena menoleh kesana kemari mencari sumber suara, tapi nihil, ia sama sekali tidak menemukan siapapun di tempat ini.

Selena memegang dadanya yang berdesir hebat, bersamaan dengan angin kencang dari arah berlawanan yang dengan sekejap menghempas tubuhnya memasuki cahaya putih itu.

-

Mata Selena mengerjap ngerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk menerobos penglihatannya.

Setelah pandangannya kembali normal, Selena mengedarkan pandangannya kesekitar.

Alisnya berkerut samar, mengapa mereka menangis? Aeri yang berdiri di pojok ruangan sambil menunduk, mengangkat kepalanya tiba-tiba. Matanya membulat saat melihat Selena membuka matanya.

"Duchess?! Duchess telah sadar!" Aeri dengan cepat mendekat. Begitupun orang orang yang semulanya duduk di kursi langsung datang mendekati ranjang Selena.

Arviant mengenggam jemari Selena, "selena, kau sadar?" Tanyanya tidak percaya.

Selena hanya mampu mengangguk tanpa mengeluarkan suara, ya, ia kembali ke dunia nyata. Selena menghela nafas sejenak, apakah benar? Tugasnya di dunia masih belum selesai?

Lanna mengelus kepala Selena lembut, setelahnya mereka bergeser saat salah seorang tabib datang memeriksa kondisi Selena.

"Syukurlah, Duchess telah melewati masa masa kritisnya."

Arviant menatap Selena haru. Ia mendekat, dan tanpa di duga mengecup jidat Selena, Selena membulatkan matanya atas aksi tiba-tiba duke satu itu. Apa maksudnya?

"Terimakasih, terimakasih telah kembali. kau tahu, aku hampir gila karena mengira kau benar-benar pergi meninggalkan ku untuk yang kedua kalinya." Bisik Arviant.

-

Halooooo ada yang kangen akuuu??? Hahaha pede banget 😆

Maaf ya aku baru up sekarang, sejujurnya targetku mingdep baru up. Tapi yaaaaa tiba-tiba aku lagi mood buat update hari ini.

Oh ya, aku juga mau sekalian promosi ceritaku yang satunya. Judulnya (you're my destiny) Kalian mampir kesana dong guys, kasihan karyaku yang satu itu, sepi banget 😢

Aku bakal selang seling buat jadwal update, kayak semisal minggu ini aku update di sini, berarti mingdep update di story sebelah—YMD

Udah segitu aja, kalian jangan begadang ya!! Ga baik buat kesehatan👺

Nantikan chap SSL berikutnya!!!

Continue Reading

You'll Also Like

71.3K 4.3K 19
Karena tertabrak truk angkutan saat sedang menyebrang, stela mati dan terbangun di tubuh salah satu figuran yang hanya disebutkan namanya sekali di d...
92.8K 6.7K 22
Sebagai pembunuh selama 10 tahun Helen mencapai titik jengahnya. Tidak ada hal baru yang membuatnya memiliki nafsu untuk hidup. Pelariannya saat ini...
2.9M 226K 44
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...