Darenio [ON GOING]

De navyy40

376K 12.2K 416

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... Mai multe

Prolog
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M 🖤
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T S A T U
E M P A T P U L U H D U A

E M P A T P U L U H

2.5K 167 6
De navyy40

Kata tak berdaya mungkin pantas untuk menggambarkan sosok Daren saat ini. Memang kepribadiannya sukar diatur jadi tak heran jika perkataan Aldevara yang menyuruhnya tinggal di Amerika beberapa hari lagi tak ia indahkan, akibatnya sekarang ia menjelma sebagai mayat yang terkapar di atas kasur. Efek jet lag yang belum usai harus ditambah dengan perjalanan selama satu hari. Terhitung sudah 3 kali pria sok kuat pergi ke kamar mandi untuk membuang isi perutnya.

"Kamu itu ngeyel banget ya dibilangin. Udah ngerasa jadi jagoan sekarang? Udah jarang jenguk Mommy ke rumah, pulang-pulang udah tepar," cerca Alana sembari membuka kemasan obat pereda sakit kepala. "Bangun dulu, minum obat terus tidur lagi."

Daren yang sudah tidak punya tenaga untuk menolak akhirnya pasrah, mengikuti instruksi sang ibu. Daren tidak suka rasa pahit dari obat, ia rasakan getir pada lidahnya. Setelah selesai meneguk satu pil dengan 3 tegukan air putih Daren kembali menjatuhkan diri. Ia sebenarnya tidak mengantuk hanya ingin memejamkan mata sebentar karena pusing yang luar biasa itu masih saja menyerang.

"Mommy, kepala aku pusing. Rasanya kayak gempa. Tolong pijat kepala aku," pinta Daren dengan suara lemas disertai bibir pucat.

Alana menurut, mulai memijat kening putranya yang dipenuhi keringat dingin. Ia usap alis tebal sang putra yang mengerut lantaran menahan rasa tak nyaman. Meski ia tak begitu dekat dengan Daren, Alana tetap tahu jika Daren paling tidak suka dengan rasa pusing, marah, gelisah. "Dibuat tidur aja, sayang—"

"Ehem!"

Alana lupa, ada sosok tinggi besar yang sedari tadi berdiri di sudut kamar dengan raut wajah yang tak sedap dipandang. Siapa lagi kalau bukan Skala? Pria tua yang kini merenggut kesal itu sedang cemburu, parahnya cemburu dengan anaknya sendiri.

"Kamu udah nggak pernah panggil aku sayang lagi," kata Skala sembari melipat tangan di depan dada. "Kenapa malah manggil sayang ke dia?"

Alana gemas sendiri, wanita berambut pirang itu lantas tertawa kecil, menggeleng, tak habis pikir dengan pola pikir suaminya yang masih saja kekanak-kanakan disaat usianya sudah menginjak kepala empat. "'Dia' yang kamu maksud itu anak kita, Skala."

"Tuh, kan. Kamu manggil aku cuma pakai nama. Giliran sama Daren pakai sayang. Pilih kasih!"

"Astaga Skala. Yang benar aja? Masak kamu cemburu sama anak sendiri?"

"Anak kita cowok."

Alana tertawa hingga kelopak matanya menyusut, menyisakan sedikit celah untuk menampilkan bola mata biru yang jernih. "Nggak ada yang bilang kalau anak kita perempuan. Dulu waktu muda aku minta bikin yang perempuan kamu nggak mau."

"Kita udah sering bahas ini, sayang. Aku nggak mau kamu ngerasain sakit waktu melahirkan untuk kedua kalinya."

Daren yang sedari tadi menahan agar tidak mual kini mulai muak. Sudah badan kebas, kepala pusing, dan perut seperti diaduk-aduk, ditambah pula dengan perdebatan tak mutu yang disebabkan Skala, Daren rasa ia sudah tidak sanggup.

"Alay banget, udah tua bukannya ingat umur malah makin jadi." Daren membuka mata sekilas guna melirik Skala dengan sinisan paling tajam. "Bisa keluar aja nggak? Kalau di sini cuma mau ganggu mending pergi."

Skala menggeleng, jelas tidak mau. Ia tak akan membiarkan Daren mengeksploitasi Alana dengan dalih sakit. Skala pun yakin, sedari tadi Daren pasti tengah berpura-pura sakit meski dengan mata kepalanya sendiri ia melihat putranya sempat pingsan.

Skala berdecih sembari menggulung kemejanya hingga sebatas siku "Ngerepotin banget."

"Kamu katanya mau kerja, kenapa nggak berangkat-berangkat? Itu kemejanya benerin lagi, jangan malu-maluin."

Sementara Skala sibuk protes akan aksi sang istri yang mengomelinya, Daren asik cekikikan sembari merintih kesakitan agar perhatian sang ibu kembali padanya. "Yang ini Mommy, sakit sekali."

Alana menurut, memijat pelipis sang anak dengan telaten. "Di sini sayang?"

"Yanggg," kata Skala tidak terima.

Alana melotot. "Udah sana berangkat kerja! Udah tua jangan manja."

Skala akhirnya menyerah, ia lantas membenarkan lengan kemeja yang sempat digulung. "Awas lo!" gumam Skala kepada Daren sebelum akhirnya pergi dengan wajah masam.

Sembari memijat kepala sang putra, Alana mulai membuka pembicaraan, berusaha untuk mendekati Daren yang selama ini terasa jauh terjangkau.

"Kamu ke Amerika dengan tujuan bertemu Gaia atau ada hal lain?"

"Cuma ketemu Gea."

Alana mengangguk. "Gaia apa kabar? Mommy sempat dengar berita tentang Gaia. Semoga dia nggak kenapa-kenapa meski rasanya berat banget."

Daren membuka mata, ia memaksa untuk menatap sang ibu. "Rasanya kayak apa?"

Pria yang terlahir dengan pengendalian emosi yang lemah itu tak pernah bisa menempatkan diri sebagai 'Gaia'. Jika sejatinya manusia mampu sedih ketika melihat orang lain sedih, tidak dengan Daren. Ia tak pernah diajarkan tentang arti mengasihi meski dalam agama selalu dijejali arti kasih. Ia memiliki hati yang keras dan batu, sulit untuk mengerti akan makna memahami.

"Mommy belum pernah merasakan sakit yang dialami Gaia. Tapi Mommy tau rasanya sakit sekali. Gaia itu termasuk wanita yang kuat, ia bisa menerima kenyataan meski harus sakit selama 5 tahun. Gaia pasti merasa tidak berharga saat ini. Jadi Mommy harap kamu jangan sekali pun membahas tentang kasus Gaia. Dia berhasil sembuh aja udah sesuatu yang bagus sekali."

Daren meneguk ludah, ia jadi teringat dengan perkataannya bulan lalu yang sempat mengatakan bahwa Gaia wanita rusak dan kotor. Seketika rasa tak nyaman menyerbunya.

"Mommy sama Daddy bukan orang baik, tapi mau gimana pun kami sebagai orang tua mau yang terbaik buat kamu." Alana menarik tangannya, ia menatap mata sang putra dengan dalam. Alana mencoba untuk menerima segala hal ajaib yang dimiliki Daren, mulai dari sikap semena-mena yang kerap merugikan banyak orang, sikap bosy yang sering merpotkan banyak orang, dan rahasia umum mengenai pengendalian emosi putranya yang sangat sulit tentu membuat banyak orang kewalahan.

"Mom."

Alana pengisap air mata yang tiba-tiba hadir melewati pipi putihnya. "Maaf, mommy sedih kalau ingat Gaia. Gaia nggak bahagia, Daren. Sejak kecil dia nggak pernah tau rasanya punya ibu. Setelah besar kamu merenggut segala kebahagiaan Gaia. Kamu merampas semua yang dimiliki Gaia. Kamu mengambil waktunya, merampas karakternya .... Mommy tau gimana rasanya jadi Gaia karena dulu Skala melakukan hal yang sama ke Mommy."

Daren mengigit bagian dalam pipinya dengan gelisah, tidak suka dengan perkataan sang ibu yang terkesan menyudutkan. "Terus aku harus apa, Mom?"

"Lepasin Gaia. Biarin dia bahagia, jangan ganggu dia lagi. Biarin Gaia bahagia, Daren."

Sebelumnya Daren tak pernah tau kalau ternyata sang ibu pandai membuat gurauan. Meninggalkan Gaia? Itu adalah hal yang tak akan pernah dilakukannya.

"Kalau Gea pergi aku sama siapa?"

"Mommy bisa carikan kamu wanita lain."

Daren tertawa. "Mommy kalau mau bilang kayak gitu mending keluar. Aku bisa ngurus hidup aku sendiri. Gea punyaku, terserah aku mau lakuin apapun ke dia. Mau Gea sakit, nggak bahagia, aku nggak peduli Mommy."

Sebenarnya Alana sudah hafal betul bagaimana seorang Daren ketika ditentang, anak antri kritik itu tak takut pada siapapun meski saat ini sedang berurusan dengan sang ibu. Meski tau betul akan perangai sang putra yang gemar berkata pedas, rasa ngilu dihari sesaat ia rasakan.

"Mommy keluar." Daren menarik selimut tinggi-tunggi hingga menyentuh leher. "Lagian bentar lagi aku mau nikahin Gea. Cuma mau ngasih tau aja. Aku nggak minta restu siapapun."

Alana diam, ia bangkit dari posisi duduknya. Berbicara dengan Daren tidak akan pernah membuat pria itu sadar. Yang ia bisa sekarang hanya diam, membiarkan sang anak seolah ia membiarkan Gaia terluka.

"Kalau aku nggak sama Gea aku nggak bisa, Mommy. Maaf, aku emang brengsek tapi sekarang semua impas. Gea rusak aku juga rusak. Jadi sekarang seimbang kan?"

"Mommy harap kamu bisa jaga mulut."

TBC
1192 kata

dikit banget ya :(

sweet yuuuu guyssssssss

SPAM KOMEN DONG HEHHEE

22 April 2024

Continuă lectura

O să-ți placă și

332K 16K 23
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN DENGAN MEMBERI DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA.] "Dari mana kamu, Keyra?" Tatapan yang kini...
303K 9.8K 34
FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ . . Xian si cowok brengsek,playboy,suka main kasar, tempramental,orang yang paling di takutin disekolah dan gabisa nahan emosi...
741K 74.3K 43
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
8K 756 10
"Apapun akan aku lakukan, jika itu semua bersangkutan dengan mu. Walau nantinya kau meminta jantungku, akan aku berikan jika balasannya mendapatkan h...