Darenio [ON GOING]

By navyy40

377K 12.2K 417

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... More

Prolog
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M 🖤
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T P U L U H D U A

D U A P U L U H D E L A P A N

6.9K 234 12
By navyy40

Tak ada suara, senyap, dan sunyi. Meski sesekali jalanan di bawah sana terus menggaungkan suara kendaraan seolah membuktikan bahwa Jakarta merupakan kota yang tak pernah mati. Meski jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12 dini hari.

Kekasih dari Daren sudah tertidur pulas setelah memakan pesanannya. Dan kini tinggal Daren sendiri, menatap tubuh Gaia yang tengah meringkuk sembari memeluk guling.

Daren tengah duduk di sofa kamar, sudah terhitung 1 jam lamanya ia memandang tubuh Gaia yang tampak mungil dan wajah yang menggemaskan sekali. Dengan wajah tanpa ekspresi milik Daren, ia mulai bangkit, hendak bergabung dalam ranjang bersama Gaia. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, dering ponsel sudah mengejutkannya.

Ayah dari Gaia pelakunya, tak tau waktu menelpon pada dini hari. Mau tak mau Daren harus mengangkatnya.

"Kurang ajar ya kamu udah berani-berani bawa anak saya nginep ke apartemen!"

Daren menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga. Suara Geo keras sekali, bisa-bisa telinganya rusak.

"Gea yang minta, Om."

"Halah! Saya nggak percaya sama kamu. Cukup hari ini aja anak saya nginep di sana. Dan kamu, jangan berani-berani buat tidur bareng anak saya!"

"Terus aku tidur dimana? Kamar di apart cuma dua, yang satu dijadiin gudang."

"Ya itu bukan urusan saya. Tidur di lantai juga bisa kan."

Tut.

Daren meletakan asal ponselnya ketika sambungan diputus sepihak. Lelaki dengan baju serba hitam itu tersenyum miring. Geo pikir ia akan menurut? Tentu saja tidak. Daren akan tetap tidur di ranjang yang sama dengan Gaia. Lagian Geo juga tidak melihatnya kan?

Tapi sepertinya dewi keberuntungan sedang malas untuk membantu Daren, terbukti ketika pria itu hendak merebahkan diri dan larut dalam mimpi bersama sang kekasih, suara bel dari luar apartemennya sudah lebih dulu membuatnya terjaga kembali.

Daren mengumpat pelan. Siapa tamu yang datang disaat jam masih menunjukkan waktu dini hari? Terlebih bel apartemennya ditekan dengan brutal dan terkesan tak sabaran. Ia segera membuka pintu dan langsung dihadapkan dengan 3 pria biadab yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.

"Emang parah lo, Ren. Kita udah lama dari tadi nggak lo bukain juga itu pintu," ujar seorang pria dengan hoodie putih.

Sudah ada Gerry, pria tak tau diri itu langsung ngacir masuk ke dalam dan tengkurap di sofa panjang. Dilanjutkan dengan pria keturunan Spanyol berdarah Jawa, Diego Pramudya dengan dua tangan yang sibuk membawa kantung belanjaan yang sudah dapat dipastikan isinya. Kalau tidak kaleng bir ya berbagai macam camilan ringan. Lalu terakhir ada Reano Heaven yang sekarang mempunyai surai gondrong hingga menutupi matanya, jika biasanya pria sombong itu tampil percaya diri dan dengan raut tak kenal takut, kini wajah Reano sudah pucat pasi.

"Lo kan yang nyuruh mereka ganggu gue?" tanya Daren dengan mata penuh selidik.

"B-bukan gue, Ren. Sumpah, gue juga nggak mau ganggu lo sebenernya tapi tiba-tiba gue diseret ke sini."

"Halah!"

Si perusuh Gerry sudah menjalankan aksinya yaitu mengotori rumah Daren. Gerry langsung membuka kripik singkong dan memakannya dengan brutal hingga remahan-remahannya berjatuhan ke lantai. Tak cukup sampai di sana, pria itu kembali memakan coklat dan sesekali remahannya berjatuhan seolah mengundang semut untuk berkerumun.

"Gerry! Mulut lo kalau makan bisa biasa aja nggak? Lo mau bikin koloni semut di rumah gue?!"

"Ya elah cuma kayak gini doang. Nanti juga bakal dibersihin."

Daren memejamkan mata. Ia sekarang harus mendapati Diego tengah menelpon pacarnya sembari mengaduk-aduk aquarium berisi ikan arwananya. Bisa tidak sih ia punya teman yang normal sedikit?

"I-itu juga bukan ide gue, Ren." Reano sudah tampak panik sendiri. Menuruti kemauan temannya untuk datang ke rumah Daren saat dini hari adalah hal yang menakutkan, terlebih kasus Daren yang masih sering diperbincangkan kini terputar di kepala Reano. Pria itu takut jika Daren marah dan akan membunuh salah satu temannya.

"Kalian kenapa diem aja? Ayo kita party di sini sampai mabok!" kata Gerry sembari mulai membuka kaleng bir dengan alkohol paling rendah lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

Rahang tegas Daren sudah mengeras, ia menatap kesal pada Gerry yang seperti tak ada dosa mengacak-ngacak ruang keluarganya. Gerry sudah menyalakan televisi lalu mengeraskan volume, ditambah remahan snack yang berjatuhan ke lantai, lalu diikuti lemparan kaleng bir yang sudah selesai diminum membuat sisa-sisa minuman bertetesan di karpet. Semuanya menjadi berantakan.

"Kalian semua keluarrrrr!" teriak Daren lantaran sudah tak kuat, lama-lama tensi darahnya naik bila berurusan dengan temannya terutama Gerry.

"Baru juga masuk, masa udah disuruh keluar aja. Nggak seru lo, Ren."

"Gue bilang keluar! Sopan kalian datang ke rumah orang jam segini?! Kalian nggak lihat ini jam berapa?!"

Gerry celingukan untuk melihat posisi jam lalu setelah ia berhasil mengetahui bahwa sekarang tengah pukul 12 dini hari membuat ia berucap pelan untuk menjawab pertanyaan Daren yang sebenarnya tak perlu dijawab. "Jam 12 malam. Eh, malam atau pagi ya?"

Daren mengambil kaleng yang tadi dilempar Gerry seenaknya lalu melempar kaleng bekas bir itu hingga mengenai bahu Gerry.

"KELUAR! GUE LAGI NGGAK MENERIMA TAMU!"

✧✧✧

Beruntung Gaia merupakan spesies manusia yang sulit dibangunkan, jadi kegaduhan semalam tidak sampai membuat kekasihnya terusik dari tidurnya.

Pagi-pagi sekali Daren sudah mendapat teror dari Geo. Pria tua itu terus mengatakan untuk cepat-cepat memulangkan Gaia tepat waktu pukul 12 siang. Jadi pagi ini Daren akan menghabiskan banyak waktu dengan Gaia.

Mulai dari berolahraga pagi di gym. Awalnya Gaia tidak mau karena malas, tapi karena tabiat Daren yang tak suka dibantah membuat perempuan itu mau tak mau harus menurut.

Lalu setelah selesai memeras keringat, mereka berdua sibuk di dapur. Karena Gaia tak bisa masak jadi Daren—yang dulu saat SMP sempat kursus masak—yang harus membuat sarapan.

"Aku mau kasih makan Elo."

Daren yang tengah memotong daging sapi seketika terdiam. Ia melirik sekilas pada perempuannya yang sudah menenteng makanan Elo. "Hati-hati, Elo sukanya cuma sama aku."

Sayup-sayup ia dapat mendengar suara Gaia yang mencibir. "Mandang fisik banget anjing kamu."

Gaia menunduk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Elo. Anjing itu terlihat tak bersahabat, mukanya galak dan judes. Meski begitu, tidak ada tanda-tanda dari Elo untuk menyerang. Mungkin anjing itu tau kalau menyakiti Gaia sama saja seperti bunuh diri.

Setelah selesai menaruh makanan Elo di tempatnya, Gaia lalu mencuci tangan dan ikut memandangi Daren yang sibuk memasak.

"Aku bingung harus ngapain lagi."

"Duduk aja."

"Tapi masa aku duduk kamu masak sih."

Daren menghela napas berat. "Terus mau apa? Bantuin masak?"

Gaia menggeleng pelan. Membiarkan dirinya masak sama saja menginginkan dapur rusak.  Tapi tetap saja, jika perempuan itu hanya berdiam ia merasa seperti tidak berguna.

"Ya udah diam aja."

Daren kembali sibuk dengan daging sapi di depannya. Setelah selesai memotongnya menjadi dadu, ia mencucinya lagi hingga bersih. Daren berniat untuk membuat sup dengan daging sapi. Ia kini sibuk dengan buah. Mengupas mangga lalu memasukan buah itu ke dalam juser. Setelah benar-benar menjadi jus, ia menuangkan jus mangga ke dalam gelas.

Sembari menunggu sup matang, ia memutuskan untuk duduk di samping Gaia dengan sebungkus camilan ringan.

"Kamu nggak program diet lagi? Kok makan snack kayak gitu?" tanya Gaia sembari ikut mengambil camilan.

"Kapan aku diet?"

"Loh? Dulu pas SMA kan?"

Daren tersenyum kecil, ia mengusap pelan surai kekasihnya yang panjang nan halus. "Itu bulking, Gea."

Dengan pipi penuh snack, Gaia berucap pelan. "Emwang bedwa?"

"Beda."

Gaia mengerutkan alis, pipinya masih membesar seperti ikan buntal. "Bwedanya apwa?"

Daren menyentil dahi kekasihnya pelan. Alisnya sudah menukik tajam pertanda tidak suka atas tingkah Gaia. "Kamu tuh bandel banget kenapa sih? Udah dibilangin kalau makan tuh nggak boleh sambil ngomong. Telan dulu, kalau keselek gimana?"

Gaia mengerucutkan bibirnya beberapa centi. Ia lalu menelan snack itu dengan pelan.

"Maaf," cicitnya.

Bunyi sup yang mulai mendidih sudah terdengar, Daren bangkit lalu mulai mengangkat sup-nya sembari mengomel. "Kamu tuh bisanya cuma maaf terus. Nggak ada kapok-kapoknya, nanti pasti bakal dilakuin lagi. Emang bandel banget ya kamu tuh."

"Kan aku udah minta maaf."

Daren tak menyahut, lelaki itu sibuk mengambil nasi dan menyiapkan segala keperluan makan Gaia. Setelah piring perempuan itu terisi, barulah ia mengambil makan untuknya.

Lelaki dengan baju serba hitam itu mulai menyuapkan sendok ke dalam mulut. Mereka makan dalam diam.

"Daren," panggil Gaia dengan suara sangat pelan sekali, terkesan berbisik.

"Hmm?"

Tak ada sahutan.

Kepala Daren mulai mendongak, kembali menatap Gaia yang tengah menunduk. Lalu terdengar suara isak tangis yang langsung membuat Daren panik.

"Kenapa nangis sih? Aku cuma khawatir ke kamu. Nggak perlu nangis."

Daren mulai mengelus punggung Gaia yang terbalut piyama bermotif bulat seperti kulit sapi. Disaat-saat seperti ini saja Gaia masih terlihat imut dan menggemaskan.

"A-aku ngerasa nggak pantes buat kamu."

"Hah?"

Gaia mengambil jarak, perempuan itu mulai berani menatap mata Daren yang tajam.

"Aku kotor. Nggak pantas buat kamu."

"Ngelantur ya kamu?"

Gaia menggeleng kuat, air matanya semakin deras. "Aku kotor."

"Aku juga kotor. Jadi stop buat mikir kalau kamu nggak pantas buat aku."

"T-tapi kamu lebih cocok sama cewek kemarin."

Lidah Daren bergerak dalam mulutnya, ia mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Lelaki dengan kalung berantai itu tersenyum miring. Lengannya digunakan untuk menarik tubuh Gaia ke dalam pelukannya.

"Aku tabrak Leana aja gimana?"

Gaia menegang beberapa saat. Ia berusaha berontak dari pelukan Daren yang sudah memancarkan aura tak mengenakan. Mata pria itu berubah dingin, wajahnya persis terlihat seperti psikopat dalam film-film.

"Bercanda," kata Daren dengan suara rendah.

Gaia menghela napas lega. Bercandanya seorang Daren benar-benar tidak lucu!

Tapi kelegaan Gaia langsung sirna ketika Daren kembali berucap tanpa ekspresi. "Tapi aku bakal buat dia menderita kalau ganggu aku lagi."

TBC
1545 kata

seneng banget akhirnya bisa update, kayaknya udah lama banget. Aku sampai takut kalian pergi dari lapak ini :(

tapi semoga engga ya

wuvv uuuu

20 Febuari 2024






Continue Reading

You'll Also Like

832K 39.8K 40
Sequel (Possessive The Devil) Arabella Dellorya Afferd. Bagaimana hari-hari Ara yang meraasa pergerakannya dibatasi ole laki-laki bernama, Aldrick Ri...
332K 16K 23
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN DENGAN MEMBERI DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA.] "Dari mana kamu, Keyra?" Tatapan yang kini...
7.4M 439K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...
14.5K 541 25
Selama bertahun-tahun ingin menjalani hubungan Toxic, saat merasakannya malah berakhir dengan tragis. 😼😼🥀😼😼 Mulai : Senin, 10 Juli 2023 Akhir...