Darenio [ON GOING]

By navyy40

376K 12.2K 417

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... More

Prolog
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T P U L U H D U A

D U A P U L U H E N A M 🖤

7.7K 251 14
By navyy40

Langit menghitam lantaran tertutup awan, sudah dapat dipastikan sebentar lagi akan hujan. Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan agaknya tidak ada tanda-tanda dari Daren untuk segera keluar dari perpustakaan kampusnya.

Lelaki dengan hoodie hitam polos itu masih saja berkutat dengan buku yang sedang dipinjam, sesekali ia menuliskan sesuatu di iPad. Daren sudah selesai kelas sejak dua jam yang lalu. Dan waktu selama dua jam itu ia gunakan untuk membaca di perpustakaan.

"Daren," panggil seorang gadis tinggi yang tadi pagi sempat datang di basement apartemennya.

Gadis tinggi itu tiada lain adalah Leana. Gadis berparas bule yang saat ini menjadi mahasiswa kedokteran.

Mendengar namanya disebut, mau tidak mau Daren harus mengangkat kepala. Mengalihkan atensi kepada Leana. Lewat mata, pria itu ingin mengucapkan, lo ganggu.

"Jadi gimana?"

Tanpa menjawab, Daren mengangkat sebelah alisnya. Apanya yang gimana?

Seharusnya Leana marah karena Daren tak sudi untuk sekedar membuka mulut untuk menjawabnya. Tapi gadis itu malah tertawa kecil lalu tanpa permisi duduk di depan Daren. Posisi mereka sekarang saling berhadapan, hanya terpisahkan meja panjang berwarna coklat gelap dengan buku-buku tepat di atasnya.

"Lo masih nggak mau jadi pacar gue?"

Iya.

Leana tertawa lagi seolah penolakan yang tersirat dari raut wajah Daren cocok untuk dijadikan bahan lelucon. Sedangkan orang yang ditertawai itu hanya memasang ekspresi malas dipadukan alis yang menukik tanda bahwa ia tak suka kehadiran Leana.

Daren bukan orang yang mudah bergaul, ia sukar bersosialisasi dan malas berinteraksi. Ia tak punya banyak teman dan semua orang juga agaknya enggan berteman dengan seorang Daren yang tempramental dan egois itu, terlebih ketika kasus pembunuhan yang dilakukan Daren disebar luaskan media. Sudah jelas lagi tiada yang ingin mendekati seorang mantan narapidana.

"Kenapa sih?" tanya Leana setelah selesai tertawa. Ia memandang serius pria di depannya. "Gue sebentar lagi lulus kuliah kedokteran. Wajah gue juga cantik, nggak malu-maluin kalo diajak jalan. Otak gue juga pinter, dulu di SMA peringkat gue masih 5 besar pararel. Keluarga gue juga dari keluarga yang terpandang," lanjutnya.

Daren masih bergeming. Ia masih saja berucap lewat mimik wajah. Seolah ingin berkata, Nggak tanya.

Leana menghela napas berat. "Gue kurang apa sih? Tell me, hal apa yang bikin lo nolak jadi pacar gue?"

"Lo tau gue punya Gea?" tanya Daren.

Leana mengangguk. Ia juga tau kalau Daren masih menyandang status sebagai kekasih Gaia. Tapi itu tidak membuat keinginan untuk menjadi pacar Daren pupus. Masih pacar, belum jadi istri.

"Tau."

"Terus lo masih berharap gue mau terima tawaran lo itu?" Daren menipiskan bibir, ditatapnya Leana dengan mata tajamnya. "Lo pikir gue cowok apaan?"

Leana hendak menjawab tapi tanpa pikir panjang Daren langsung memotongnya.

"Mau tau kenapa gue nolak lo?"

Leana merasa aura yang dikeluarkan Daren benar-benar berbeda. Dan Leana tak suka itu.

"Karena lo murahan!" desis Daren tanpa pikir panjang.

Kali ini Leana tidak tertawa. Wajah gadis itu jelas langsung menahan merah. Leana hendak protes tapi langsung dipotong oleh Daren.

"Karena di mata gue lo menjijikkan."

Wajah gadis itu mulai memerah. Jemarinya mulai terkepal hingga bergetar, emosinya kian meninggi ketika kini Daren tersenyum remeh ke arahnya.

"Nggak heran Reano mutusin lo dan milih buat tunangan sama cewek lain yang lebih bener." Daren terdiam sejenak untuk tertawa kecil meski sebenarnya tiada yang patut ditertawakan saat itu. "Ternyata lo emang serendah ini."

Leana menarik napas dalam-dalam. Sekali lagi ia tidak suka suasana seperti ini. Gadis itu tak suka ketika terpojokkan. Leana adalah orang yang mirip Daren tapi versi perempuan. Gadis itu mempunyai kontrol yang rendah dalam menahan emosi. Leana tak suka penolakan apalagi direndahkan seperti ini.

Menurut Leana, kemenangan dalam segala hal—termasuk mendapatkan hati Daren––adalah hal mutlak. 

Sebuah ide terlintas dalam otak Leana. Kini senyum merendahkan mulai terbit di bibir gadis itu. "Oh ya?"

Leana menyelipkan surai panjangnya ke belakang telinga hingga anting bergambar infinite terpampang jelas. Lehernya yang jenjang pun turut terpampang lantaran surai coklatnya sengaja diletakkan ke belakang.

"Terus gimana sama cewek lo yang udah rusak itu? Gue denger kasusnya gara-gara diperkosa nggak sih? Lo dapet bekas dong berarti? Eh, dia gila nggak sekarang?" cerca Leana dengan rentetan pertanyaan yang merendahkan sekaligus membalikkan keadaan.

Daren mengeraskan rahang. Ia marah.

Kini suara tawa mulai terdengar dari mulut Leana. Gadis itu menatap lekat mata Daren dengan berani meski tatapan pria itu seakan ingin membunuhnya.

"Jadi ... lebih rendah gue atau cewek lo yang rusak itu?" tanya Leana memastikan dengan alis yang terangkat, disertai senyum miring yang meremehkan. Liat, siapa yang menang sekarang?

Alih-alih marah dan menendang meja kursi seperti biasa saat ia meradang, Daren malah tersenyum lebar hingga taringnya terpampang. Mata pria itu menggelap.

"Gue jadi punya alasan buat lindas lo pakai mobil," ujar Daren pelan namun mampu untuk membuat bulu kuduk siapapun yang mendengar terangkat.

Leana melotot tidak terima. "Lo pikir gue takut?"

Ponsel Daren berdenting kecil, pria itu melirik sekilas dari layar tampilan yang terdapat pesan singkat dari kekasihnya, dari Gaia.

Lelaki bermarga Aldevara itu jelas tak menggubris perkataan Leana yang menurutnya tidak penting. Ia sibuk mengemasi buku yang dipinjamnya, dimasukan buku tebal itu ke dalam ransel. Daren menenteng iPad-nya lalu berdiri dan segera meninggalkan Leana sendirian.

Leana tak terima, gadis itu berteriak dan dapat sempurna di dengar oleh seluruh penjuru perpustakaan.

"TAWARAN YANG TADI MASIH BERLAKU!" teriak Leana sebelum akhirnya mendapat teguran dari penjaga perpustakaan.

✧✧✧

Daren memarkirkan mobilnya di depan toko kue. Lelaki itu mengusap rambutnya yang sedikit basah karena sempat terkena hujan. Sebelum menepati janji untuk datang ke rumah Gaia, pria itu memilih untuk membeli kue sebagai buah tangan.

Tapi ketika dihadapkan dengan berbagai varian kue yang begitu banyak membuatnya bingung. Seumur hidup ia tak pernah tau Gaia suka kue apa. Selama kenal dengan Gaia ia tak pernah sekalipun membelikan Gaia kue. Ketika ulang tahun juga tak pernah. Paling Daren membelikan benda yang menurutnya bisa bermanfaat.

Dan sekarang ia bingung ketika salah seorang karyawan berbaju pink pastel berdiri di belakang etalase yang penuh kue.

"Kakak mau pesan kue apa?" tanya penjaga toko kue dengan senyum ramah andalannya.

Daren menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar-benar bingung. "Nggak tau."

Penjaga toko kue tertawa renyah sebelum akhirnya bertanya lagi. "Kakak ingin membeli kue untuk siapa? Untuk pacar atau keluarga?"

"Pacar."

Daren diarahkan untuk melihat etalase yang terdapat beberapa kue tart dan kue-kue yang entah apa namanya berjejer rapi di dalam etalase.

"Bisa dilihat-lihat dulu aja, Kak. Kira-kira pacar Kakaknya suka kue apa."

Lagi-lagi Daren bingung. Ia menatap penuh ragu pada rentetan kue yang terlihat lucu dan menggemaskan, tapi sebenarnya bagi Daren itu tidak menggemaskan sih.

"Beli yang biasa disuka sama cewek aja deh," kata Daren pada akhirnya.

Penjaga toko kue tertawa kecil lalu mengangguk dan mulai mengambil red velvet yang memang sedang hits.

Ketika menunggu penjaga toko kue mengemasi red velvet, Daren sibuk mengamati berbagai macam makanan manis itu. Tapi ketika sibuk mengamati perutnya tiba-tiba terasa lapar.

Akhirnya Daren memutuskan untuk membeli 1 box donat sebagai pengganti makan malamnya. Setelah membayar Daren segera kembali ke mobil dan memacu kembali mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah Gaia.

Setelah sampai, pria itu langsung ngacir ke ruang bawah tanah yang di desain seperti ruangan khusus nyaman. Tadi di depan ia sempat bertemu dengan Geo, tapi ayah dari Gaia hanya menatapnya sinis dan kembali melanjutkan pekerjaannya di layar laptop.

"Kamu bawa apa?" tanya Gaia sembari duduk di atas karpet bulu tebal berwarna biru pastel.

Daren meletakkan dua box ke atas meja bundar di depan Gaia lalu ikut duduk di sebelah kekasihnya.

"Red velvet sama donat."

Mata Gaia berbinar senang, ia mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menyuapkan makanan manis itu ke dalam mulut dengan lahap. Sudah lama sekali Gaia tidak makan makanan yang manis-manis.

Melihat Gaia yang lahap seperti itu tiba-tiba rasa lapar dalam perutnya sirna entah kemana. Daren menyangga kepalanya menggunakan satu lengan. Ia menatap intens wajah Gaia yang semangat.

"Kamwu nggwak makwan?" tanya Gaia dengan mulut yang masih penuh dengan kue.

Daren menggeleng. "Telan dulu."

Tidak ada sahutan, gadis itu sibuk makan. Gaia sangat jauh dari kata anggun.

Rambut Gaia diikat menjadi satu. Gaia mengenakan celana training putih dengan garis pink pastel dan dipadukan dengan kaos oversize putih bersih.

"Mawu?" tanya Gaia lantaran sedari tadi Daren terus saja menatap wajahnya.

Daren berdecak kesal. Ia lalu meraih box dengan sendok yang masih tersisa separuh. "Kalau makan jangan sambil ngomong. Nanti keselek. Dibilangin ngeyel banget sih!"

Gaia hanya diam mendengarkan. Lidahnya sibuk membersihkan cream yang menempel di bibir.

Tubuh Gaia menegang ketika sebuah lengan besar dan berurat merengkuh pinggangnya hingga tiada jarak di antara keduanya. Daren tersenyum kecil ketika mendapati wajah Gaia yang memerah.

Perlahan namun pasti, Daren mengangkat tubuh Gaia hingga duduk di atas kakinya yang sedang bersila, membiarkan Gaia duduk di sebelah kiri pahanya.

"Kangen," ujar Daren dengan suara berat.

Lelaki itu sudah menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gaia yang jenjang dan putih. Ia menghirup dalam-dalam aroma parfum vanila yang dikenakan Gaia.

"Wangi banget, pengen gigit," gumam Daren pelan sembari memainkan hidung mancungnya di leher Gaia.

Jangan tanya keadaan Gaia seperti apa. Perempuan itu jelas menegang. Kejadian akan pemerkosaan yang dilakukan Leo padanya kembali terulang. Kepalanya berdenyut hingga membuat pening, telinganya berdenging nyaring.

Gaia menggeleng kuat membuat Daren mendongak untuk menatap wajah kekasihnya. Kenapa?

Sedangkan Gaia, pikiran gadis itu sibuk berperang. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipisnya. Tanpa sadar, ia mencengkram erat baju yang dikenakan Daren.

Gaia harus kuat Gadis itu harus bisa bangkit dan tak boleh lemah. Gaia harus bisa melawan segala ketukan yang kini hinggap di kepalanya.

Ditatapnya wajah Daren dengan dalam. Dia bukan Leo, Gaia. Dia bukan Leo!

Daren menatapnya khawatir, jemari pria itu beralih untuk mengusap peluh yang membanjiri pelipis Gaia.

Sedangkan Gaia, perempuan itu sibuk mengatakan bahwa pria di depannya ini tidak akan berbuat jahat kepadanya. Daren adalah orang yang menyelamatkan Gaia dari kecelakaan, Daren adalah orang yang menyelamatkan dari Leo meski terlambat.

"Kenapa sayang?"

"C-cium aku Daren," pinta Gaia dengan suara yang gemetar.

TBC
1630 kata

sebenernya yang vote sama komen cerita ini sedikit banget. tapi gapapa sih, aku sadar betul ini bukan karya yang sebagus itu sampai harus diapresiasi 🙂

tapi jujur, cerita ini ada yang baca aja aku udah seneng banget 😭

terima kasih banyak buat yang baca cerita aneh ini sampai akhir 😭🖤✨

kali ini aja

komen dong kalian mau happy ending atau sad ending?


3 Febuari 2024

Continue Reading

You'll Also Like

747K 74.8K 43
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
46.5K 1.8K 41
"Ketika Kamu Menjadi Milikku, dan tetap menjadi milikku!" Rifky
Raksa By florenz

Teen Fiction

356K 5.1K 5
Semakin dia tersenyum! Maka semakin berbahaya. Raksa dan segala obsesinya. [Start 29 mei 2020] ©2020 by kataamaaa
8.5K 538 13
"Kita beneran nikah bulan depan?" "Hm" "Kak ga mau" "Lu milik gue" "Kakak egois" Rega tersenyum smirk. Itulah dia apapun yang diinginkan atau suka m...