How to kiss?

By MrsWulandari

602K 18.3K 1.3K

Bagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahu... More

1. πŸ’‹ A Tips πŸ’‹
2. πŸ’‹ Essence πŸ’‹
3. πŸ’‹ Kind of kiss πŸ’‹
4. πŸ’‹ Problem Solved πŸ’‹
5. πŸ’‹ Attention πŸ’‹
6. πŸ’‹ Happy Lunch πŸ’‹
7. πŸ’‹ Red Lipstick πŸ’‹
8. πŸ’‹ Someone you love πŸ’‹
9. πŸ’‹ Too hard to handle πŸ’‹
10. πŸ’‹ Pretending all it's fine πŸ’‹
11. πŸ’‹ Arque πŸ’‹
12. πŸ’‹ Confession πŸ’‹
13. πŸ’‹ waiting for answerπŸ’‹
14. πŸ’‹ Morning Kiss πŸ’‹
15. πŸ’‹ Upset πŸ’‹
16. πŸ’‹ Emotional Damage πŸ’‹
17. πŸ’‹ Home Sweet Home πŸ’‹
18. πŸ’‹ Finally Found πŸ’‹
19. πŸ’‹ Kiss and Make Up πŸ’‹
20. πŸ’‹ Green Light πŸ’‹
21. πŸ’‹ Uwu Moment πŸ’‹
22. πŸ’‹ Lovely Camping πŸ’‹
23. πŸ’‹ Sunrise Kiss πŸ’‹
24. πŸ’‹ Make Out πŸ’‹
25. πŸ’‹ The Feels πŸ’‹
26. πŸ’‹ Red Dress Effect πŸ’‹
27. πŸ’‹ Never Meant πŸ’‹
28. πŸ’‹ If you know, You know πŸ’‹
29. πŸ’‹ Fun Moment πŸ’‹
30. πŸ’‹ Reckless πŸ’‹
31. πŸ’‹ Was it over? πŸ’‹
32. πŸ’‹ Flashback On-Off πŸ’‹
33. πŸ’‹ Just let it go πŸ’‹
34. πŸ’‹ Good Decision πŸ’‹
35 πŸ’‹ Unexpected Meeting πŸ’‹
36. πŸ’‹ The Best Gift πŸ’‹
37. πŸ’‹ Kiss in Fitting Room πŸ’‹
38. πŸ’‹ Wedding plan πŸ’‹
39. πŸ’‹ Girls Night Out πŸ’‹
41. πŸ’‹ Epilog πŸ’‹
INGPO

40. πŸ’‹ Amazing Wedding πŸ’‹

5.4K 228 14
By MrsWulandari

Sebentar lagi acara pemberkatan akan dilakukan, Viona duduk di kursi belakang mobil ditemani mamanya Eliane Elardi yang terus memegang tangan putrinya itu dengan sorot haru. Sementara papanya Soni Elardi yang duduk di depan juga terus tersenyum dari tadi, dia tidak menyangka beberapa menit lagi putrinya akan melepas masa lajang lalu dipersunting oleh pria yang sudah hampir satu tahun dipacarinya itu.

"Kamu tegang ya, Neng?" tanya Eliane menyadari raut wajah Viona yang tampak begitu serius selagi mobil terus melaju menuju tempat pemberkatan dilaksanakan.

Viona menoleh, kemudian tersenyum kikuk pada sang mama. "Hehe, kelihatan banget ya? Aku gugup, Mah. Make-up aku bagus, kan? Nggak cakey kan?" tanya Viona membombardir ibunya memastikan dia benar-benar tampil cantik di hari ini. Eliane mengangguk lalu membalasnya dengan senyuman.

"Kamu kayak Tuan Putri, cantik banget anak Mamah."

Di acara pemberkatan ini Viona menggunakan gaun semi kebaya dengan warna putih tulang yang lebih elegan dan sopan, roknya yang menjuntai bagai ekor dan bertabur banyak payet-payet permata yang berkilau menghiasi gaun tersebut. Begitu indah dan pas di tubuhnya yang ramping dan tinggi.

Saat mobil berhenti, pintu mobil dibuka oleh ayah Viona dan wanita itu keluar dari sana yang disambut oleh saudara-saudara dari keluarga jauh Viona yang menunggu dengan ceria. Dia tersenyum begitu bahagia lalu menyambut lengan papanya untuk mengikutinya berjalan ke dalam ruang pemberkatan. Yuji yang dipilih Viona sebagai bridesmaid secara sigap berjalan ke belakang tubuh Viona dan membantu mengangkat gaun wanita itu agar tidak terinjak-injak.

Saat selesai doa dan pintu dibuka, Viona berjalan beriringan dengan papanya, sementara Rean dengan tampilan gagah dan begitu tampan menggunakan tuxedo dengan warna senada menunggunya di depan Romo yang akan menjadi imam pemberkatan nanti.

Semua tamu yang duduk di bangku menatap takjub saat Viona berjalan mendekat ke arah Rean dan menampilkan senyum menawan, tak lupa seorang videografer merekam momen-momen indah itu sebagai kenang-kenangan Viona dan Rean nanti.

Rean menatapnya dengan sorot haru bercampur bahagia, lelaki itu bahkan tak sanggup menahan air mata saat wanita yang begitu dia cintai itu sampai di hadapannya. Viona begitu cantik dengan gaun yang membalut tubuhnya.

Soni Elardi melepas pegangan anaknya perlahan-lahan, lalu mengalihkan tangan putrinya ke calon menantunya tersebut. Ada rasa sedih dan haru saat Soni melepasnya, dia sangat ingin menangis saat ini. Memajukan wajah untuk mengecup kening putrinya yang akan melangsungkan sumpah di depan Tuhan, Soni tersenyum bahagia lalu mengangguk dan beralih duduk di sisi istrinya. Sementara Eliane Elardi tampak tersedu akan momen itu, dia berkali-kali menangis dan menggunakan banyak tisu untuk mengelap air matanya yang mengalir deras.

Rean memegang tangan wanita itu dengan erat, di sudut matanya dia mengeluarkan air mata kebahagiaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Acara ini harus berjalan hikmat sesuai yang Viona inginkan, sebelum mengucap sumpah satu sama lain, Romo memulai doa berikut para saksi yang hadir di sana.

Mengucap syukur atas berkat yang Tuhan berikan dalam melancarkan sesi sakramen pernikahan hari ini.

Kemudian, beberapa saat setelahnya, dimulai dari Rean mulai mengikuti apa yang Romo ucapkan untuk mengucap sumpah atas nama Tuhan.

"Di hadapan Tuhan, imam, para saksi dan hadirin, saya Reandra Abimanyu menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Aviona Elardi yang hadir di sini, mulai sekarang menjadi istri saya. Saya bersedia mencintai dan menghormati istri saya sepanjang hidup dan akan tetap mengasihimu pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit dan tetap memeliharamu dengan setia sampai maut memisahkan."

Kemudian ucapan itu berganti giliran ke Viona.

"Di hadapan Tuhan, imam, para saksi dan hadirin, saya Aviona Elardi menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Reandra Abimanyu yang hadir di sini, mulai sekarang menjadi suami saya. Saya bersedia mencintai dan menghormati suami saya sepanjang hidup dan akan tetap mengasihimu pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit dan tetap memeliharamu dengan setia sampai maut memisahkan."

Saat seluruh tamu dan saksi yang menyaksikan pemberkatan itu dengan hikmat serempak mengucap Amin, Rean mengeluarkan sepasang cincin dari saku jasnya lalu mengeluarkan benda itu dan memakaikannya di jari manis Viona. Bergantian selanjutnya, setelah selesai memasang cincin satu sama lain, untuk pertama kali dalam hidupnya... Rean memajukan wajah lalu mengecup hangat bibir wanita itu setelah sah menjadi istri.

Semua orang bertepuk tangan bahagia, begitu juga para orang tua mereka yang sangat semringah atas selesainya prosesi tersebut. Eliane dan Sintia Abimanyu yang duduk bersebelahan saling memeluk erat dan tak kuasa membendung tangis haru. Kini mereka berdua resmi menjadi besan.

Setelah didoakan imam dan melakukan prosesi sambutan terima kasih kepada orang tua, para keluarga inti maju ke depan bersebelahan dengan pengantin pria dan wanita untuk berfoto. Lalu dilanjut dengan rekan-rekan kantor bergantian melakukan prosesi foto untuk dicetak nanti.

Yang paling terakhir adalah prosesi lempar bunga, saat semua orang keluar dari ruangan dan berkumpul di depan, Viona memberi aba-aba pada para wanita yang berkumpul di sana agar mendapatkan bunga itu. Menurut orang-orang, siapa pun yang mendapatkan bunga tersebut akan cepat menyusul menikah nanti.

Berikut pula Yuji, wanita itu mengambil kuda-kuda dan berdiri di tengah kerumunan bersiap menerima lemparan itu meski hilal calonnya tidak kelihatan. Tapi optimis saja, barangkali jodohnya masih nyangkut di DC Cakung, paling tidak jika dia mendapat bunga itu sudah jelas dia akan menikah nanti.

"Viona, gue harus dapet bunga itu!" pekik wanita berpotongan Dora tersebut di tengah orang-orang yang berdesakan. Tak terkecuali wanita ataupun laki-laki.

"Siap?" balas Viona bersemangat, wanita itu berbalik badan lalu melempar bunga tersebut dalam posisi membelakangi. Meski semua orang tampak berebut berusaha mendapatkan bunga tersebut seperti memperebutkan uang, tetapi sesuai janji bahwa bunga itu harus Yuji yang menerimanya.

Dengan sangat sigap dan lincah, ketika bunga itu dilempar dia melompat sangat tinggi untuk mendapatkan buket bunga mawar putih tersebut.

Usaha tidak mengkhianati hasil, meski harus menyingkap rok gaunnya setinggi harapan orang tua, dia mendapatkannya.

"VIONA GUE DAPET!!!" pekik Yuji antusias, dia melompat kegirangan dan berjingkrak-jingkrak di tengah kerumuman dengan wajah super bahagia. Kemudian wanita itu berlari mengelilingi halaman dan bersorak jika sebentar lagi dia akan menikahi Kim Mingyu, Yuji akan menyusul idol kpop tersebut lalu mengajukan lamaran nanti.

"Kim Mingyu, calon istri lo udah siap nikah woyy!!!!"

Hari bahagia itu tiba, baik Viona maupun Rean benar-benar merayakannya.

💋💋💋

Setelah pemberkatan selesai pukul 10 pagi, Rean dan Viona bersiap mendatangi Diamond Bolt Hotel tempat mereka mereservasi paket resepsi di ballroom gedung tersebut.

1000 undangan sesuai yang Rean dan ibunya rencanakan terealisasi dengan sempurna. Aula ballroom tersebut begitu mewah dan luas lengkap dengan kursi-kursi yang tersusun rapi, juga stand konsumsi yang lengkap menjadikan tempat itu begitu berkelas.

Di ujung terdapat kursi pelaminan dan kue tart juga gelas anggur putih yang tersusun seperti menara.

Pernikahan ini adalah impian bagi seluruh wanita di bumi mana pun. Rean tidak rugi mengeluarkan uang sebesar 168 juta rupiah untuk acara semegah ini.

Belum lagi hampers dan sovenir tersusun rapi untuk para tamu yang selesai kondangan nanti. Di dalam kotak berukuran dua puluh lima kali dua puluh lima sentimeter itu berisi mug couple, lalu handuk dan alat makan yang terdiri dari sendok, garpu, sumpit dari bahan premium.

Menunggu di ruang hotel untuk istirahat dan memulai acara resepsi pada pukul enam sore nanti, Viona dan Rean memilih untuk makan dan tiduran di kamar hotel yang sudah mereka pesan berikut dengan segalanya.

Viona tidak boleh tertidur terlalu lama jika tidak ingin wajahnya menjadi bengkak, meski dia sangat mengantuk saat ini. Dia terjaga dan bersiap sejak matahari baru terbit tadi, untuk orang yang susah bangun pagi seperti dirinya ini cukup membuat dia menguap terus sepanjang siang ini.

"Sayang, sini," suruh Rean kemudian menepuk-nepuk sisi ranjang untuk menyuruh istrinya itu mendatanginya. Menuruti ucapan itu, Viona bangkit dari kursi yang dia duduki dan menghampiri suaminya yang saat ini terbaring menggunakan kemeja putih dalaman tuxedo tadi.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Viona begitu mendekat dan duduk di sebelah pria itu. Rean mengedipkan mata dengan usil lalu menarik pergelangan tangan istrinya agar menghampiri dekapan dalam tubuhnya. Viona tersentak kaget sebab Rean tiba-tiba menariknya dan mengecup bibirnya begitu agresif siang ini.

"Hari ini harus dirayakan," ucap Rean saat melepas tautan bibirnya, dia menarik tali bathrope yang Viona kenakan lalu menanggalkannya dan melempar benda itu ke lantai.

Viona segera menyilangkan tangan ke depan dadanya sebab dia hanya memakai dalaman saja sebelum bersiap-siap nanti untuk acara utama. Dia harus makan, mandi, dan melakukan make over lagi agar sesuai dengan gaun yang dikenakan malam nanti. Tetapi pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu justru tampak tidak sabar akan malam pertama mereka sebagai suami istri.

"Tunggu dulu," ucap Viona buru-buru. "Kan kita bisa mulai nanti aja. Sekarang kita harus siap-siap, Re. Kamu tau kan make over bisa berjam-jam."

"Sebentar aja. Ngapain ditutup sih, kamu istri aku sekarang ya." Rean memegang tangan wanita itu untuk berpindah posisi, dia ingin melihat semuanya tanpa ada yang ditutupi. Ini momen indah dalam hidupnya, malam pertama sebagai suami istri---meski di luar masih siang dan baru menjelang sore, tetapi dia benar-benar ingin menikmati momen bersama istrinya setelah resmi.

"Kita main cepet aja. Oke?" Dasar pria tidak sabaran, Rean menaikturunkan kedua alisnya yang tebal lalu tersenyum lebar saat perempuan itu tidak menolak lagi. Dia melepas kancing kemejanya satu persatu ketika kembali memagut bibir wanita itu. Saat sudah sama-sama menanggalkan pakaian dan bersiap untuk melakukan proses selanjutnya, ketika Rean hendak menaiki tubuh wanita itu suara gedoran pintu di depan kamar mereka nyaring terdengar.

"Rean!! Kamu denger Mama nggak sih? Buka pintunya, kalian harus siap-siap! Udah jam setengah tiga nih!"

Seperti itulah akibatnya jika hasrat sudah di ujung tanduk namun ada yang mengagetkan. Milik Rean yang semula mengeras seperti tongkat langsung turun dan loyo macam terong kukus. Pria itu mendesah kesal, ketika nyaris penetrasi pertama untuk sama-sama meleburkan cinta harus kandas sebab panggilan ibunya itu.

Viona terkikik geli saat melihat suaminya tampak frustrasi ketika mereka batal bercinta. "Kan udah aku bilang, waktu kita mepet."

"Ishh, nyebelin banget!"

"Sabar, Sayang. Nanti kan acara selesai kita juga balik ke apartemen. Bisa kapan aja sepuas kamu."

"Bener ya? Tepatin janji kamu, aku mau 9 kali."

"Heh sinting lo! Lo mau bunuh gue?" Viona langsung mendelik tidak suka, sebab keinginan Rean seperti orang gila. Viona bisa pingsan atau masuk rumah sakit mungkin jika mereka benar-benar melakukan hal tersebut 9 kali. Dua kali saja rasanya punggungnya nyeri, keinginan Rean benar-benar di luar prediksi. Dan Viona otomatis menolaknya. "Pernah denger berita nggak sih pasangan suami istri tuh istrinya masuk rumah sakit gara-gara lakinya brutal banget. Jangan, Re, nanti kita nggak jadi ke Labuan Bajo kalau kamu berubah jadi musang birahi."

Rean otomatis tertawa renyah, Viona kerap menyebutnya musang birahi sebab hasratnya memang setinggi itu.

"Iya, enggak. Masa baru nikah malah bulan madu di rumah sakit. Nggaklah, istri aku harus sehat terus."

"Makanya lo jangan ngadi-ngadi, baru jadi suami 4 jam aja mau bikin gue lumpuh!" celetuk Viona kesal.

Rean segera mencubit pipi wanita itu dengan gemas lalu menekannya. "Ihhh lucu bangettt! Istri siapa sih ini?"

"REAN! BISA TUNDA DULU NGGAK SKIDIPAPAPNYA!"

Teriakan itu berasal dari luar kamar mereka, sejak tadi menggedor pintu dan tidak dibuka sama sekali membuat Sintia geram di luar menunggu pasangan itu. Rean segera tertawa keras sekali, sisi barbar mamanya keluar dan itu membuat perutnya sakit sebab gelakan yang mengudara.

Viona tidak mau membuang lebih banyak waktu, dia memungut pakaian dalamnya lalu memakai lagi bathrope dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Sementara Rean segera memakai celana boxer super pendek dan berjalan menuju pintu untuk membuka benda itu dan mempersilakan kanjeng mami masuk ke kamarnya.

"Apa sih, Mah? Berisik banget kayak lagi kampanye."

Begitu pintu terbuka, Rean tidak sadar jika ibunya itu menunggu bersamaan dengan kedua orang tua Viona juga. Mereka segera membuang tatapan saat menjumpai Rean hanya datang dengan celana kolor pendek dan bertelanjang dada di depan mama dan mertuanya.

"Lama banget! Ngapain sih, Bang?" goda Sintia usil. Buru-buru meraih handuk yang tersusun rapi di nakas, Rean melilitkan benda tersebut ke pinggulnya dan mempersilakan orang tua Viona dan satu staff dari butik Sintia yang membawa gaun milik Viona khusus resepsi ke dalam.

Sintia menyuruh staff itu untuk menyiapkan semua hal yang diperlukan, berikut beberapa perhiasan, sepatu dan menyuruhnya memanggil MUA untuk segera datang ke kamar ini. "Viona mana?" tanya Sintia pada Rean.

"Dia lagi mandi. Sebentar lagi juga selesai."

"Okey, selesai Viona mandi gantian kamu ya. Cukur bulu-bulu jenglot kamu di area belalai terus exfo kulit wajah kamu juga. Nanti kamu juga mau di-makeup."

Mengacungkan ibu jari dengan segera Rean langsung mengiyakan apa saja yang ibunya suruh, Rean beranjak masuk ke kamar mandi begitu Viona selesai. Sementara Viona setelah selesai mandi langsung mengikuti arahan Sintia untuk duduk di kursi meja rias dan segera melakukan make over begitu MUA pilihannya datang. Viona menginginkan riasan yang sangat flawless dan hasil yang bagus untuk jangka panjang sampai malam nanti, jadi riasan itu harus tahan lama di wajahnya.

Si perias itu mengerti dengan seksama makeup seperti apa yang kliennya inginkan. Sementara Sintia Abimanyu mengajak kedua orang tua Viona mengobrol di sofa yang tersedia di sana sambil memakai layanan kamar untuk memesan teh dan beberapa camilan.

Begitu riasan selesai, segera beralih ke rambut. Viona memiliki rambut yang panjang dan terawat baik, di acara resepsi ini dia ingin rambutnya ditata dengan model bun yang rapi namun juga elegan. Setelah semuanya rapi, barulah dia mendatangi ruangan ganti dan dibantu staff butik mertuanya untuk memakai gaun.

Viona mengakui jika saat-saat begini begitu melelahkan dan menyita tenaganya, tetapi tidak ada yang dapat Viona lakukan selain menurut agar acar ini berjalan dengan lancar. Rean pun dibantu oleh penata rias dan pakaian untuk bersiap-siap memakai stelan jas yang senada dengan gaun yang dipakai Viona. Pria itu didandani begitu rapi, memakai dasi kupu-kupu dan rambutnya yang lurus ditata agar sampai malam nanti.

Tanpa terasa tiga jam sudah mereka bersiap-siap, tamu di luar sudah mulai berdatangan dan riasan Viona juga Rean sudah selesai sejak lima belas menit lalu.

"Jalan ke depan ya, terus sambut tamu di pelaminan. Nanti ada sesi potong kue, suap-suapan kue sama dansa pakai lagu balada." Sintia memberitahu anaknya dan menantunya mengenai semua hal yang harus mereka lakukan malam ini.

Keduanya mengangguk mengerti kemudian Rean mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan istrinya. "Kamu siap?" tanyanya seraya menoleh.

"Siap." Mengangguk sembari tersenyum, Rean dan Viona melangkah bersamaan menuju ballroom untuk menyambut para tamu.

Melangkah beriringan menuju bangku pelaminan saat para sorakan tamu memenuhi ruangan ballroom membuat hati Rean dan Viona benar-benar semringah. Kedua mempelai itu duduk di sana dan melambai pada para tamu yang takjub akan pasangan pengantin baru tersebut. Foto-foto dan jepretan dari ponsel tamu undangan begitu riuh, sudah seperti pesta selebriti saja. Para teman kantor Rean yang melihat langsung istri temannya itu terperanga, pantas saja Rean menyembunyikan hubungannya selama ini, wanita bernama Aviona itu memang tampak seperti putri, begitu anggun dan sangat cantik.

Belum tau saja dia ratu tantrum.

Musik instrumen dari pianis yang memainkan lagu Lifetime milik Justin Bieber menggema di ruangan itu, host yang memimpin acara menyuruh Rean dan Viona untuk bangkit dan berdansa diiringi lagu romantis tersebut. Keduanya saling memegang erat, berdansa di bawah lampu chandelier yang terang benderang. Saling melempar senyum, lalu mengecup pipi dan membisikan kalimat I love you yang dapat hadirin lihat. Begitu romantis sampai mereka semua terharu.

"Kamu bahagia nikah sama aku?" tanya Rean pada istrinya.

Viona terkikik pelan, lalu membalas, "Ini adalah pesta pernikahan paling indah. Makasih banyak suamiku."

Setelah melewati drama kejar-kejaran, kode tidak peka dan hal-hal dramatis lainnya, Rean kini dapat bernafas lega, sebab wanita yang dia tunggu cintanya selama 10 tahun ini resmi menjadi istrinya.

The End

Sebenernya berat mau pisah tapi gimana yah 🥹 terima kasih yang sudah baca, yang sudah ngasih vote, yang rajin komen. Aku sangat mengapresiasi kalian semua 🫶

Semoga cerita ini dapat diterima dengan baik. Buat kalian yang posisinya kayak Rean, segera ambil tindakan ya. Apa pun jenis hubungan yang lagi dijalani sekarang, aku harap kalian bisa bahagia 🫶

Terima kasih semua, epilog menyusul ya. Aku akan kembali dengan cerita baru nanti, sarangeyoooo 🫰🫰

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 27.4K 27
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
9.2M 372K 33
[Dihapus sebagian] 21+ Setahun masa pernikahan akhirnya Bara dapati alasan untuk menceraikan Rania. Wanita yang Mama jodohkan dengannya. Rania setuju...
61.8K 5.2K 42
"They only see what we allow them to see." CopyrightΒ© 2018 by kennyzzlexo
236K 15.5K 55
Pindah ke kantor pusat tak lantas membuat Jeanne bahagia. Pasalnya dia harus meninggalkan keluarga serta pacar bebek sawahnya. Seperti semua itu belu...