How to kiss?

By MrsWulandari

606K 18.4K 1.3K

Bagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahu... More

1. πŸ’‹ A Tips πŸ’‹
2. πŸ’‹ Essence πŸ’‹
3. πŸ’‹ Kind of kiss πŸ’‹
4. πŸ’‹ Problem Solved πŸ’‹
5. πŸ’‹ Attention πŸ’‹
6. πŸ’‹ Happy Lunch πŸ’‹
7. πŸ’‹ Red Lipstick πŸ’‹
8. πŸ’‹ Someone you love πŸ’‹
9. πŸ’‹ Too hard to handle πŸ’‹
10. πŸ’‹ Pretending all it's fine πŸ’‹
11. πŸ’‹ Arque πŸ’‹
12. πŸ’‹ Confession πŸ’‹
13. πŸ’‹ waiting for answerπŸ’‹
14. πŸ’‹ Morning Kiss πŸ’‹
15. πŸ’‹ Upset πŸ’‹
16. πŸ’‹ Emotional Damage πŸ’‹
17. πŸ’‹ Home Sweet Home πŸ’‹
18. πŸ’‹ Finally Found πŸ’‹
19. πŸ’‹ Kiss and Make Up πŸ’‹
20. πŸ’‹ Green Light πŸ’‹
21. πŸ’‹ Uwu Moment πŸ’‹
22. πŸ’‹ Lovely Camping πŸ’‹
23. πŸ’‹ Sunrise Kiss πŸ’‹
24. πŸ’‹ Make Out πŸ’‹
25. πŸ’‹ The Feels πŸ’‹
26. πŸ’‹ Red Dress Effect πŸ’‹
27. πŸ’‹ Never Meant πŸ’‹
28. πŸ’‹ If you know, You know πŸ’‹
29. πŸ’‹ Fun Moment πŸ’‹
30. πŸ’‹ Reckless πŸ’‹
31. πŸ’‹ Was it over? πŸ’‹
32. πŸ’‹ Flashback On-Off πŸ’‹
33. πŸ’‹ Just let it go πŸ’‹
35 πŸ’‹ Unexpected Meeting πŸ’‹
36. πŸ’‹ The Best Gift πŸ’‹
37. πŸ’‹ Kiss in Fitting Room πŸ’‹
38. πŸ’‹ Wedding plan πŸ’‹
39. πŸ’‹ Girls Night Out πŸ’‹
40. πŸ’‹ Amazing Wedding πŸ’‹
41. πŸ’‹ Epilog πŸ’‹
INGPO

34. πŸ’‹ Good Decision πŸ’‹

5.5K 263 23
By MrsWulandari

Sudah memasuki tahap revisi pada naskahnya yang akan naik cetak, waktu 24 jam seolah tak cukup bagi Viona. Tiga hari belakangan dia hanya tidur tiga jam dalam sehari, meski dibantu oleh editor yang disediakan oleh penerbit untuk Viona, tapi tetap saja dia harus mengerjakan beberapa dan mengikuti saran editor tersebut untuk membenahi beberapa hal pada naskahnya.

Setelah selesai revisi naskah nanti dan melangkah menuju masa pemesanan buku, Viona yakin akan semakin sibuk. Namun saat ini dia boleh jujur bahwa tahap revisi naskah adalah hal yang paling memuakkan.

Sudah pukul 02.00 dinihari dan dia sudah meneguk lebih dari tiga cangkir kopi untuk menemaninya mengedit tulisan. Namun rasa kantuk masih saja menguasai. Tenggat waktu yang dimiliki Viona adalah tiga bulan kurang untuk menjadikan naskahnya matang dan siap cetak.

Akan diterbitkan dalam skala besar membuat wanita itu mendadak gugup dan salting dalam satu waktu. Pengalaman ini adalah yang pertama, selama ini dia hanya mendengar cerita dari teman-temannya yang pernah menerbitkan buku bahwa akan ada banyak hal yang dikerjakan. Viona pikir hal itu akan mudah, ternyata cukup menguras waktu dan tenaga.

Menguap lebar karena mengantuk, Viona menoleh ke samping mendapati Rean sudah tertidur pulas di ranjang. Sejak pukul sepuluh malam tadi dia menemani Viona mengedit, kemudian memberikan camilan agar tetap segar, juga menyeduhkan kopi agar wanita itu tetap fokus.

Bercengkerama sebentar, rupanya lama-lama Rean tumbang juga. Dia tidur duluan dan kini dengkuran halus dapat Viona dengar.

Menopang pipi kiri dengan punggung tangan, Viona menatap lamat wajah tampan pria itu. Jangankan untuk jalan-jalan dan merealisasikan beberapa list hal yang Rean ingin lakukan, sekadar untuk makan saja Viona kadang menundanya. Dia begitu sibuk, tetapi ada rasa sedih saat dia tidak bisa banyak menemani Rean.

Menatap wajah tampan pria itu ampuh membuat Viona segar kembali, juga biasanya sering terbesit ide. Novel yang digarapnya 80% terinspirasi oleh Rean, maka saat nanti waktunya tiba untuk cetak dan dia menerima hasil penjualan, Viona ingin memberikan hadiah.

Perlahan tapi pasti, Viona ingin memantaskan diri untuk pria itu. Jika Rean dapat menerima dirinya sepenuhnya, maka Viona seharusnya pun begitu. Viona tidak akan lagi merasa rendah diri seperti sebelumnya, dia ingin mencapai sesuatu yang dilakukan dengan kerja keras, pun Rean berada di sini mendukungnya. Maka yang Viona harus lakukan adalah memaksimalkan diri. Meski jadwal tidurnya menjadi berantakan, demi mimpinya untuk menerbitkan buku dan syukur-syukur menjadi best seller, dia akan bekerja keras.

Batas waktu begadangnya adalah sampai pukul 04.00, lalu tidur sebentar kemudian bangun pukul 06.00 untuk kembali melanjutkan mengedit. Viona ingin memanfaatkan waktu dengan baik, meski penerbit memberi masa kerjanya cukup lama, tetapi jika Viona bisa menyelesaikannya sebelum itu, dia masih punya waktu untuk bersantai dan berkencan dengan Rean.

Bangkit dari kursi lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, Viona dapat melihat jelas bola matanya yang memerah di cermin westafel. Bawah matanya perlahan mulai menggelap, dan detak jantungnya jadi tidak beraturan sebab terlalu banyak minum kopi.

Namun tak mau ambil pusing karena sudah terlanjur dan Viona memang disiplin dengan pekerjaannya, ini bukan sebuah masalah besar.

Berjalan lunglai setelah mengelap wajah, Viona datang ke kamar dan menjumpai Rean yang duduk di tepi ranjang sambil mengucek mata.

"Re, kok bangun?"

"Tadi aku melek terus kamu nggak ada."

Viona berjalan gontai kemudian menghampiri pria itu untuk duduk di pangkuannya. "Aku ngantuk..." Viona berujar lirih kemudian membenamkan wajahnya yang kusut ke bahu kanan pria itu. Dia benar-benar lelah.

"Tidur, Sayang. Nanti kamu sakit," balas Rean sembari mengelus punggung wanita itu. "Aku pukpuk ya, mau aku pijitin kepalanya?" tawarnya perhatian.

Viona mengangkat wajah kemudian menggeleng. "Pengen peluk."

Rean mengangguk lalu membiarkan wanita itu merengkuh tubuhnya dengan erat, Viona menyandarkan kepalanya di bahu Rean lalu mengembuskan nafas lelah. Bekerja dengan mengandalkan otak lebih banyak menguras energi, meski dia hanya duduk saja di depan laptop, tapi otak kanan dan kirinya seperti ban yang bersinggungan dengan aspal, mengebul dan panas saat ini.

"Lanjut besok yah, terus tidur. Aku pukpuk. Nanti pagi lanjut lagi." Pria itu mengendurkan rengkuhan Viona lalu mengelus wajah wanita itu yang terlihat sangat pucat.

"Nggak usah minum kopi lagi. Udah mau setengah tiga, kalau kamu nekat mau bergadang lagi aku sebel deh."

"Re, dikit lagi selesai, udah setengah bab," rengek Viona pada pria itu. "Cium dulu biar aku semangat."

Viona menangkup kedua pipi Rean lalu mengulum bibir lembut pria itu dalam sekali hisapan, Rean tentu tidak akan menolak meski dia masih merasa ngantuk harus terbangun di waktu menjelang pagi begini. Apa pun yang Viona ingin lakukan, dia akan dengan senang hati melayani.

Memegang pinggang wanita itu dengan erat, Rean ikut mengimbangi arah kecupan yang Viona lakukan, dia membuka mulut lalu membiarkan wanita itu mengeksplor rasa candu ciuman itu. Perempuan itu bahkan mengisap lidah Rean dan merasakan hawa panas mulai menjalar.

"Pengen?" tanya Rean saat ciumannya terlepas. Viona tahu maksud kalimat itu, dia menggeleng pelan lalu tersenyum sambil mengecup lagi. "Nggak. Cuma pengen cium kamu aja."

"Yahh... aku pengen gimana dong?"

Viona tertawa lalu menggigit bibir bawah pria itu hingga merah, sehingga Rean memekik tidak terima sebab rasanya sakit.

"Aaarrrg! Kok gigit?"

"Setelah aku pikir-pikir kamu tuh jagoan modus ya. Kamu inget nggak pertama suka sama aku pas kapan?" tanya Viona mengajak bercengkerama pria itu meski waktu sudah terlalu larut untuk mengobrol.

Pria itu mengangguk keras, lalu menampilkan senyum lebar. "Inget dong. Pas ospek itu saat kita lagi dijemur di lapangan sama kakak tingkat, aku ngelihat kamu di antara kerumunan mahasiswi jurusan sastra. Tau nggak alasan aku naksir kamu apa?"

Viona menggeleng namun masih mendengarkan pria itu bercerita.

"Mungkin terdengar aneh, tapi... aku suka karena kaki kamu panjang dan cantik. Aku lihat kamu baris di tengah, nggak begitu merhatiin muka kamu karena ketutupan yang lain, tapi kaki kamu nampak jelas. Kamu pakai rok hitam di atas lutut sama kemeja putih kayak anak magang," jelas Rean lalu tertawa. "Kaki kamu jenjang, aku suka lihatnya. Terus aku jinjit dan dongak pengen lihat muka kamu. Pas bubar barisan buat pulang sore itu, baru deh lihat... cantik banget heran. Tapi takut mau ngajak kenalan."

"Fetish kamu kaki ya? Aneh bener," balas Viona sembari memicing.

Pria itu memanyunkan bibir kemudian tampak berpikir, "Nggak juga sih. Maksudnya, suka aja lihatnya. Ternyata waktu udah kenal langsung point plusnya ada banyak yang bikin aku makin suka sama kamu. Jadinya, ya aku kejar terus walaupun butuh 9 tahun buat kamu peka."

"Ihhh, manis banget." Viona mencubit pipi pria itu dengan gemas, kedua pipi wanita itu merona sebab salah tingkah karena Rean menyukai hal tidak biasa dari dirinya.

"Kamu tau, pas nabrak kamu di koridor saat kamu bocor tuh aku mbatin dalam hati. 'Ya Tuhan, akhirnya aku ketemu orangnya' aku deg-degan banget. Untungnya aku stay cool. Bonusnya bisa jadi penolong kamu buat beliin pembalut."

"Bisa udah nggak! Aku salbrut!" Viona mendusel ke ketiak Rean karena malu terus diungkit mengenai kejadian dulu dia bocor menstruasi. Namun hal itu justru membuat Rean terpingkal karena geli.

"Ya kayak jackpot aja, mau nyamper karena ngajak kenalan malah kebetulan ketemu di lorong." Pria itu memindahkan Viona ke ranjang, lalu menggelitik pinggangnya dengan gemas. "Jaket legend tuh," ucap Rean lagi sambil menggelitik. Jaket varsity itu bahkan masih disimpan Rean hingga kini.

Viona memejamkan mata dan mulutnya tidak berhenti memekik geli karena jamari Rean yang memggerayangi pinggul dan perutnya. Dia tertawa renyah untuk menghindari gelitikan tersebut.

"Aaa... Rean! Geli!"

"Ishhh, rasain hahahaha..." Menghentikan aksinya sekejab, Viona menghentikan gelakannya saat sudah berada di tengah ranjang dan berbaring. Pria itu mendatanginya, lalu mengukungnya dari atas, senyumnya begitu manis nan menggemaskan.

"Masih nggak nyangka, pacar pertama aku, cinta pertama aku, sebentar lagi bakal jadi istri aku." Pria itu mengelus lembut pipi Viona, dan senyum manis yang wanita itu tampilkan membuat hatinya menghangat.

"Kamu dulu cemburu nggak aku punya pacar?" tanya Viona iseng.

Rean langsung memutar bola mata malas. "Pakai nanya lagi?"

"Ciee... segitu sayangnya ya sama aku? Uluhuluhuluhhh..."

Godaan wanita itu disambut lagi dengan ciuman yang dilakukan Rean secara tiba-tiba, pria itu bahkan gemas sampai menggigit leher Viona seperti vampir.

"Aargg..."

"Hahaha! Stop, tidur cepetan! Mata udah merah tuh, nanti sakit kamu yang repot. Kalau nggak mau tidur aku gelitikin sampe pagi. Serius aku mah," ancam Rean gemas. Viona semakin tertawa sebab gelitikan itu belum reda, dia pada akhirnya menurut. Sudah waktunya untuk istirahat dan Rean tidak boleh terjaga lama-lama. Dia harus bangun pagi dan berangkat ke kantor.

"Iya, iya. Aduh bawel banget." Bergeser posisi ke sebelah lalu menarik selimut, Rean ikut masuk ke balutan selimut itu lalu memupuk puncak kepala Viona agar nyaman dalam tidurnya. "Pukpuk aku," pinta Viona saat dia mendekap tubuh pria itu, lalu tangan kanan Rean mengelus surai Viona yang panjang nan lembut. Tak lupa memberikan kecupan di dahinya.

"Kalau besok malem kamu nggak sibuk, aku mau ngajak kamu ke taman. Kita beli gorengan kesukaan kamu sama main sepeda di taman, yah?"

Tak mendapat balasan, Rean melirik ke bawah dan mendapati wanita itu sudah terlelap dalam dadanya. Suara dengkuran halus itu tidak lagi macam suara knalpot racing saat Rean mendengarnya. Hal yang selama dua tahun Rean perhatikan dari wanita itu, jika dia teramat lelah, dengkurannya justru tidak berisik.

Tersenyum penuh cinta, Rean mengecup lagi dahi kekasihnya. Merasa nyaman sebab wanita itu dalam dekapannya.

💋💋💋

"Loh mana bisa gitu?" tanya HRD yang terdengar meninggikan suara dari ruangannya. "Setidaknya kalau mau resign itu ngasih tau dua bulan lalu. Jadi saya bisa cepat-cepat menemukan pengganti kamu."

Twinsi mematung berdiri di depan meja HRD yang saat ini dia temui sembari meletakkan surat pengunduran diri yang dia buat kemarin. Dia sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin malam dan sudah masuk kantor untuk mengajukan pengunduran diri. Dia harap meski ada drama marah-marah dan makian, pengunduran dirinya segera diterima. Maka Twinsi tidak perlu lama-lama berada di kantor ini.

"Saya mau lanjut S2 ke Kanada, Bu." Twinsi memberi alasan, memang sudah sesuai rencananya untuk melanjutkan studi. Lalu dia akan mencari pekerjaan di sana saja, kalau bisa menetap.

"Saya udah daftar di universitas Toronto. Harap-harap Ibu bisa mengerti sama saya."

"Kontrak kamu masih tersisa empat bulan lagi. Nggak apa-apa kalau kamu saya kenakan pinalti? Karena kamu sudah melanggar kontrak perusahaan ini."

Twinsi menghela nafas lalu memejamkan mata, tidak masalah selagi dia bisa keluar dari sini dan menjauh agar tidak terus bertemu Rean. Dia masih memiliki harga diri, lebih baik dia yang mengalah.

"Nggak masalah." Dengan berat hati Twinsi menyetujui jika dia akan dikenakan pinalti. Sesuai surat perjanjian saat dia menjadi karyawan, akan ada uang yang dikeluarkan jika tiba-tiba tidak sejalan dengan kontrak yang sudah ditandatangani.

Menyelesaikan hal yang membuatnya pening, Twinsi membuka pintu untuk keluar dari ruang HRD. Kemudian menjumpai Rean yang sedang berkutat pada mesin fotokopi di sudut sana.

Mereka saling bertemu tatap dalam sepersekian detik, Twinsi merasa malu jika bertemu pria itu... tapi sebentar lagi dia akan keluar dari kantor ini, jadi momen ini adalah yang terakhir baginya. Dia akan menjadi Twinsi yang dulu, yang ceria dan tidak menaruh rasa pada seniornya tersebut meski itu hanya pura-pura saja.

"Hai Kak," sapanya ceria pada pria itu yang sedang memotokopi berkas.

"Hai," balas Rean seperti biasa. Hanya berdiri canggung tanpa melanjutkan sapaan itu, Rean melirik wanita itu kemudian bertanya, "Jadi resign?"

"Hohoho, jadi dong! Aku udah apply ke universitas di Toronto. Sebentar lagi aku balik jadi mahasiswi. Kali ini mau lanjut pascasarjana." Wanita itu duduk lalu mengibas rambutnya yang panjang, meski bawah matanya bengkak karena terlalu banyak menangis, tetapi Twinsi berubah menjadi wanita cerita seperti dulu. Sosok yang Rean dambakan untuk menjadi sahabat.

"Aku akan lanjut S2. Udah dibolehin papa aku juga. Kamu baik-baik ya, jangan galau kalau aku nggak ada." Wanita itu mengacungkan ibu jarinya ke depan, lalu menampilkan senyum merekah lebar yang begitu cantik. Sedangkan tangan kirinya masih diperban, entah apa yang ada di pikiran wanita itu, Rean begitu menyayangkan sosok secantik dan sepintar Twinsi justru menggila hanya karena persoalan cinta yang tidak seberapa.

"Kenapa harus resign?" tanya Rean setelah selesai mengumpulkan berkas yang difotokopi ke tangannya. "Padahal kamu bisa tetap di sini dan mengabaikan apa yang terjadi sama aku."

"Nggak mudah, Kak. Lebih baik aku bayar pinalti ke perusahaan terus pergi yang jauh daripada ngenes. Kamu juga pasti nggak akan nyaman, kan?" Wanita itu menunduk kecil, kemudian memalingkan wajah menatap hal lain sebab air matanya sudah mengapung di pelupuk mata.

"Apa pun itu, aku berharap kamu bahagia terus. Semoga kamu langgeng dan cepat nikah ya." Twinsi bangkit dari kursi, lalu menyalami tangan pria itu sambil menampilkan senyum. Dari matanya yang memerah, Rean tahu wanita itu sedang menahan diri. Dia sudah memaafkan apa yang terjadi belakangan kemarin, Rean menjabat tangannya lalu mengelus kepala Twinsi sebab wanita itu sudah seperti adiknya.

"Jaga diri baik-baik. Banyak bule di sana, kamu pasti akan menemukan orang yang baik."

Twinsi mengangguk lalu melepas jabatan tangan itu, dia berbalik lalu melambai ceria kepada Rean. "Dahhh! Sarangeee!" Mengedip genit lalu berbalik badan menuju ruangannya untuk merapikan beberapa barang, Twinsi melipir buru-buru ke toilet wanita sebelum menuju ruangannya. Di dalam bilik dia menutupi mulutnya dengan telapak tangan untuk meredam tangisan yang membuncah.

Dia akan rindu pria itu bagaimanapun dia berusaha untuk mengabaikannya.

Tbc

Dah ya damai, gue bilang udah bakal stop konflik. Plis jangan maki Twinsi lagi 🥹 kadang gue ga tega, meski perbuatan dia gak dibenarkan.

YAK SUDHA UP, MAAP MALEM-MALEM YA TADI ABIS MUKBANG RAMBUTAN. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 🫶

Continue Reading

You'll Also Like

9.2M 372K 33
[Dihapus sebagian] 21+ Setahun masa pernikahan akhirnya Bara dapati alasan untuk menceraikan Rania. Wanita yang Mama jodohkan dengannya. Rania setuju...
7K 656 36
Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang kamu sukai adalah tetangga rumahmu sekaligus guru privatmu? ***** Sequel kedua dari Teman Kakakku. Bisa di...
86.2K 8K 92
Mendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar...
840K 79.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...