How to kiss?

Par MrsWulandari

606K 18.4K 1.3K

Bagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahu... Plus

1. πŸ’‹ A Tips πŸ’‹
2. πŸ’‹ Essence πŸ’‹
3. πŸ’‹ Kind of kiss πŸ’‹
4. πŸ’‹ Problem Solved πŸ’‹
5. πŸ’‹ Attention πŸ’‹
6. πŸ’‹ Happy Lunch πŸ’‹
7. πŸ’‹ Red Lipstick πŸ’‹
8. πŸ’‹ Someone you love πŸ’‹
9. πŸ’‹ Too hard to handle πŸ’‹
10. πŸ’‹ Pretending all it's fine πŸ’‹
11. πŸ’‹ Arque πŸ’‹
12. πŸ’‹ Confession πŸ’‹
13. πŸ’‹ waiting for answerπŸ’‹
14. πŸ’‹ Morning Kiss πŸ’‹
15. πŸ’‹ Upset πŸ’‹
16. πŸ’‹ Emotional Damage πŸ’‹
17. πŸ’‹ Home Sweet Home πŸ’‹
18. πŸ’‹ Finally Found πŸ’‹
19. πŸ’‹ Kiss and Make Up πŸ’‹
20. πŸ’‹ Green Light πŸ’‹
21. πŸ’‹ Uwu Moment πŸ’‹
22. πŸ’‹ Lovely Camping πŸ’‹
23. πŸ’‹ Sunrise Kiss πŸ’‹
24. πŸ’‹ Make Out πŸ’‹
25. πŸ’‹ The Feels πŸ’‹
26. πŸ’‹ Red Dress Effect πŸ’‹
27. πŸ’‹ Never Meant πŸ’‹
28. πŸ’‹ If you know, You know πŸ’‹
30. πŸ’‹ Reckless πŸ’‹
31. πŸ’‹ Was it over? πŸ’‹
32. πŸ’‹ Flashback On-Off πŸ’‹
33. πŸ’‹ Just let it go πŸ’‹
34. πŸ’‹ Good Decision πŸ’‹
35 πŸ’‹ Unexpected Meeting πŸ’‹
36. πŸ’‹ The Best Gift πŸ’‹
37. πŸ’‹ Kiss in Fitting Room πŸ’‹
38. πŸ’‹ Wedding plan πŸ’‹
39. πŸ’‹ Girls Night Out πŸ’‹
40. πŸ’‹ Amazing Wedding πŸ’‹
41. πŸ’‹ Epilog πŸ’‹
INGPO

29. πŸ’‹ Fun Moment πŸ’‹

6.7K 245 11
Par MrsWulandari

Menjelang sore dan memutuskan untuk pulang ke apartemen, Viona membuka pintu dan masuk ke dalam untuk beristirahat. Sementara Rean datang menyambutnya di depan perbatasan melepas sepatu sambil merentangkan tangan.

"Huwaaa... pacar aku pulang juga. Kangen tauuuu!" ucapnya sambil mengelus-elus punggung Viona, wanita itu tidak membalas hanya membenamkan wajah di dada pacarnya untuk menjernihkan pikiran. Sesuai yang Viona percayai, tidak ada tempat yang lebih nyaman selain pelukan pria itu.

"Sayang, ada sesuatu kah?" tanya Rean ingin tahu, karena pacarnya sejak datang hanya diam saja.

"Aku sayang banget sama kamu, Re." Viona berujar pelan, pikirannya berkecamuk dan kalimat yang Twinsi ucapkan tadi pagi begitu memengaruhinya meski dia sempat melawan.

"Aku juga. Kamu makan siang nggak tadi? Aku masak, loh."

Viona mengendurkan rengkuhan itu kemudian mendongak untuk menatap wajah kekasihnya yang ketampanannya tidak pernah luntur sedikitpun. Senyum yang terukir di bibirnya selalu merekah saat mata indah itu melihat wajahnya, tidak ada senyum mana pun yang dapat menyamai senyuman indah Rean. Lelaki yang mencintainya.

Rean memajukan wajah lalu menggesek-gesekan hidungnya ke hidung Viona, melakukan eskimo kiss seperti saat dia mengide minta diajari ciuman oleh wanita itu. Modus yang berhasil membuatnya memiliki Viona.

"Aku sayang kamu," ucap Viona lagi, kali ini penuh dengan ketulusan. "Kamu nyesel nggak pacaran sama aku? Kamu tau, aku nggak punya apa-apa untuk dibanggakan."

Sebab omongan Twinsi tadi, Viona jadi terus memikirkannya dan kembali merasa dirinya tidak cukup pantas.

"Siapa yang bilang kamu nggak membanggakan? Pacar aku ini adalah perempuan paling cantik, pinter, pengertian, jago nulis novel, jago bikin aku happy... hmm... apa lagi ya?" ucap Rean terus terang lalu menerawang lagi semua hal ajaib yang dimiliki wanita itu sehingga membuatnya begitu jatuh cinta. "Pokoknya semuanya. Kamu kebanggaan aku."

Seketika hati Viona menghangat. Dia tersenyum bahagia saat Rean memberikan validasi mengenai perasaannya, Viona tidak perlu mengkhawatirkan ucapan Twinsi karena Rean mencintainya sedalam itu.

"Kamu janji akan setia sama aku?" tanya Viona lagi, yang tanpa menunggu waktu lelaki itu langsung mengangguk dan mencium bibirnya begitu hangat. "Kok pakai nanya sih? Aku harus sebucin apa lagi?"

"Sebenernya, tadi pagi aku ketemu Twinsi." Viona mengatakan hal itu kepada Rean yang langsung mendapat delikan mata tidak percaya. "Ngapain dia?" tanya Rean tidak suka.

"Duduk dulu yuk." Viona menggandeng tangan Rean untuk mengajaknya duduk di sofa dan membicarakan soal kejadian tadi pagi. Viona hanya ingin meluruskan sebab Twinsi tahu jika dia tinggal seatap dengan Rean, khawatir perempuan itu nekat dan akan menimbulkan masalah di kantor.

Rean duduk di sofa, lalu menarik tangan Viona untuk mengajak wanita itu duduk di atas pangkuannya. "Bilang apa dia? Kok bisa ketemu kamu?"

Viona memegang kedua bahu lebar pacarnya lalu mengutarakan semuanya. "Twinsi bilang dia suka sama kamu, dia nggak terima kamu nolak dia."

"Haduh, bikin masalah aja!" dengkus pria itu tidak suka. "Dia pasti ngomong macem-macem kan. Udah cuekin aja. Orang gila emang gitu."

"Aku juga bingung dia dapat nomor aku dari mana. Aku kira kamu yang kasih."

"Idih! Ya nggak lah. Ngapain? Yang ada ganggu kamu. Blok aja udah. Sini mana hp kamu," ucap Rean kesal, tangannya merogoh tas milik Viona lalu mengeluarkan ponsel wanita itu dari sana, kemudian membuka aplikasi berbalas pesan dan segera memblokir nomor Twinsi di ponsel itu. Dia tidak ingin pacarnya mendapatkan teror dari perempuan itu, saat di kantor nanti Rean harus memperingatinya agar berhenti berulah.

"Aku tau, pacar aku ganteng banget gini, wajar perempuan di luar sana tergila-gila sama kamu." Viona menangkup pipi Rean lalu mengeluarkan uneg-unegnya, bahwa mungkin bukan hanya Twinsi yang menyimpan rasa pada pria itu, mungkin ada banyak dan Viona tidak tahu siapa saja. "Mereka pasti heran, kenapa orang sehebat kamu malah mau sama aku."

"Ck! Persetan! Aku cintanya sama kamu. Nggak bisa ada yang halangi ya, mau itu pasukan perang sekalipun."

"Tuh... manis banget gini siapa yang nggak mleyot?" Viona mencubit gemas hidung pacarnya sebagai ungkapan bahagia, tidak menyangka Rean benar-benar berambisi mencintainya. "Aku jadi pengen jumpalitan kalau kamu manis banget gini."

"Ishh, cium nih," ancam Rean gemas. "Muachh muachh muachh..." Viona tidak akan menghindar saat ciuman bertubi-tubi datang menyambar bibirnya. Dia bahagia, Rean mencintainya sebanyak ini dan tidak terdistraksi oleh apa pun.

Tangan Rean melingkar di pinggang Viona lalu mengeratkan posisi wanita itu semakin nempel kepadanya. Masih sama-sama tertawa dan saling mengecup, Rean ingin menebus kesalahannya kemarin, dia mengambil kotak di bawah meja berisi gaun-gaun cantik yang dia beli saat pulang dari tempat gym tadi pagi. Rean mampir untuk mendatangi toko barang-barang wanita, dan di sana dia menemukan banyak sekali gaun seksi seperti yang Viona kenakan kemarin.

"Aku punya hadiah."

"Apa nih?" tanya Viona penasaran, berpindah posisi ke samping, wanita itu kemudian membuka kotak berukuran tiga puluh kali tiga puluh sentimeter itu di atas paha.

Saat membukanya, Viona tidak bisa menyembunyikan raut terkejut ketika dia mengeluarkan isi dari kotak itu. Ada tiga gaun dengan model yang berbeda-beda dan begitu seksi yang membuat dia tercengang habis-habisan.

Gaun pertama berwarna hitam, sangat pendek di atas paha lalu talinya begitu kecil dan Viona sangat yakin jika menggunakannya akan begitu ketat di badan. Yang kedua, gaun berwarna merah lagi, memiliki tali serut di belahan paha, dan kedua tali yang mengikat di leher. Dan gaun ketiga, berwarna maroon yang memiliki aksen renda di dada. Semuanya sangat cantik sekali.

"Ini seksi banget, gila sih." Membentangkannya di depan muka, Viona takjub dengan selera Rean yang begitu elegan.

"Coba pakai dong, pengen lihat..." rengek Rean seraya mengelus-elus dagu Viona. "Pengen lihat kamu pakai yang item dong, Sayang."

"Wah... aku takut kamu menggila sih," balas Viona masih terus menatap lekat gaun-gaun seksi itu. "Makasih ya, ini cantik-cantik banget."

"Sama-sama, Sayang. Cobain satu ya, please." Rean membujuk kekasihnya dengan wajah mengiba, dia ingin sekali melihat Viona menggunakan pakaian itu. Dia pasti akan terlihat sangat cantik.

"Iyaaa, mana bisa nolak sih. Sebentar ya." Viona meraih gaun berwarna hitam yang sangat pendek itu lalu berjalan ke kamar mandi untuk memakainya. Tak berselang lama, Viona keluar dari sana dan berjalan ke arah Rean sambil bertolak pinggang dengan genit.

"See? Udah kayak model belum?" Wanita itu berputar di tempat, lalu memperlihatkan lekuk tubuhnya yang memesona. Kaki jenjang Viona terekspos dengan begitu gamblang di mata Rean, pria itu tidak pernah menyangka jika Viona benar-benar bisa sangat sensual jika memakai gaun yang pas.

Pria itu tercengang di tempat, lalu melotot tidak percaya. Gaun yang dipilihnya itu sangat cantik menempel di tubuh wanita itu.

"Aduh jantungku," ucap Rean dramatis. "Cantik banget heran deh."

"Bisa aja, biasanya juga lebih suka aku nggak pakai apa-apa."

"Heh, mulut kamu! Suka bener kalau ngomong." Rean tertawa lalu menyambar tangan Viona untuk menuntunnya duduk kembali dalam pangkuan. Pria itu mencium dahi kekasihnya dengan lembut. "Seneng banget kalau barang yang aku kasih jadi kelihatan cantik di kamu."

"Iya, iya. Ini bagus, makasih banyak pacarku. Padahal aku nggak minta."

"Tapi aku pengen ngasih."

Tak mau mendebat lagi, tangan Viona mengalung di leher pria itu lalu mengecupnya begitu dalam. Viona janji, suatu saat dia yang akan banyak memberi untuk pria itu. Gantian, tidak harus selalu Rean yang memberi, nanti giliran Viona jika dia sudah terima gaji dari menulis untuk bulan ini.

"Besok mancing yuk."

"Mancing keributan?" tanya Viona meledek, jemarinya lembut mengelus setiap sudut wajah tampan pria itu yang seperti tidak nyata.

Rean menautkan alis sebal. "Ish, bukan. Mancing ke danau atau sungai. Aku mau mancing sama kamu, kita nyari ikan terus nanti kita panggang." Sembari tersenyum lebar, Rean menginginkan untuk lebih lama menghabiskan waktu bersama wanita itu guna melakukan hal-hal menyenangkan.

Viona mengangguk patuh. "Iya. Ayo kita mancing."

Melihat wajah semringah pria itu benar-benar membuat Viona bahagia, terbesit ide usil di kepalanya saat Rean terus memandanginya seperti sekarang. Pria itu terus memancarkan sorot kagum dari matanya, lalu tidak berhenti memuji betapa Viona cantik dengan balutan gaun hitam seksi yang dikenakan.

Viona menurunkan tali kecil di bahunya lalu memainkan bibir bawah pria itu menggunakan ibu jarinya. Tatapan sensual itu membuat Rean benar-benar terpancing.

"Oh, mau nakal-nakalan?" ucapnya sambil menaikan satu alis. "Awas ya kalau aku nggak bisa berhenti."

Viona lalu bangkit dan berlari dari pangkuan pria itu. "Weekkk nggak mau!" Dia menjulurkan lidah kemudian meledek gemas,  Rean tertawa renyah saat wanita itu mengerjainya. Benar... dia benar-benar tergila-gila dengan wanita itu.

💋💋💋

Memutuskan untuk pergi ke pinggiran kota yang terdapat waduk atau sungai dengan akses tidak padat oleh kendaraan adalah keputusan yang tepat bagi Rean di hari ini. Dia tidak terlalu hobi memancing, tetapi hal itu bisa membantunya menjernihkan pikiran di tengah stresnya hidup. Dia memiliki beberapa piranti alat mancing untuk sekadar iseng saja, tidak terlalu lengkap dan gila akan merk.

Dalam perjalanan yang akan menempuh waktu kurang lebih dua jam itu, Rean dan Viona sudah menyiapkan apa saja yang dibutuhkan.

Wanita di sebelahnya menyetel musik melalui tablet yang terpasang di putaran musik mobil, dia menari kecil kemudian mengajak kekasihnya untuk bersenandung sedikit mengenai lagu favoritnya belakangan ini yang tengah diputar. Lagu dengan getaran jatuh cinta dari Taylor Swift tidak pernah gagal di mata Viona, wanita itu menyukai tiap diksi dari lagu yang sangat passionate dalam mengungkapkan rasa suka pada seseorang. Dan lagu itu, sangat relate padanya.

Cause you could be the one that I love
I could be the one that you dream of
Message in a bottle is all I can do
Standin' here, hopin' it gets to you
You could be the one that I keep, and I
Could be the reason you can't sleep at night
Message in a bottle is all I can do
Standin' here, hopin' it gets to you

Rean menyaksikannya seraya tersenyum, sesekali ikut menyanyi dan menggoyang-goyangkan kepala mengikuti pacarnya yang tampak penuh energi pagi ini.

Dua jam berkendara dan perasaan sedang senang, membuat waktu tidak terasa dan petunjuk pada aplikasi peta yang Rean ikuti sampai pada titik di mana dia akan mulai berpetualang mencari ikan di danau tersebut.

"Yeayy, udah sampai!" serunya antusias. Pria itu melepas sabuk pengaman yang melindungi tubuhnya kemudian mendorong pintu mobil untuk keluar dari sana. Diikuti oleh Viona, Rean segera membuka pintu bagasi untuk mengeluarkan tas berisi alat-alat pancing miliknya.

Kemudian mengunci dan men-stel alarm mobil sebelum berjalan ke titik di mana dia akan memulai lemparan kail.

"Kita mau mancing di mana?" tanya Viona, wanita itu memakai topi dan kacamata hitam untuk melindungi matanya dari silaunya matahari siang ini. Meski cuaca cukup panas, tetapi Rean tidak tampak terbebani dengan sinar matahari yang menyengat.

"Kita ke sana aja yang ademan. Di bawah pohon itu, nanti kamu gelar karpet di sana."

Viona mengiyakan semua yang Rean katakan, pria itu menggandeng tangan pacarnya dengan erat seraya menyampirkan tas besar berisi alat pancing ke bahu sebelah kiri. Begitu sampai di titik tepi danau, dia menyuruh Viona untuk melakukan kegiatannya sendiri. Sementara Rean berjalan ke jembatan bambu dan mulai melempar kail pancing miliknya ke tengah danau yang jernih.

"Sayang, kamu pakai sunscreen nggak?" tanya Viona mendekat ke arah pria itu, dia membawa tabir surya dalam bentuk spray untuk memakaikannya kepada pacarnya itu. Rean mengangguk sebagai balasan, pria itu tengah fokus memandangi pelampung kail yang mengambang di air danau untuk jaga-jaga jika ada umpan yang disambar ikan.

"Udah, kamu mau ikut mancing? Aku bawa tiga alat tadi."

"Bentar, sini-sini. Re-apply tiap dua jam biar kulit kamu nggak kebakar." Viona menyemprotkan tabir surya miliknya ke seluruh wajah Rean, kemudian belakang leher, lalu punggung tangan. Beruntung Rean memakai baju lengan panjang, Viona tahu Rean tidak terlalu tahan dengan sengat matahari. Jika terbakar, kulitnya akan merah-merah dan iritasi. Maka dialah yang bertugas menyiapkan segala bentuk antisipasi jika hal itu terjadi. Berikut juga lotion gel berbahan dasar lidah buaya yang biasanya bisa menenangkan kulit. Viona harus siap siaga, sebab Rean terlalu fokus pada kegiatannya.

Menunggu sambil mendengarkan musik dan makan permen jelly di bawah pohon rindang, sambil menyaksikan pacarnya beberapa kali melempar kail pancing, membuat senyum terukir di bibir Viona. Wanita itu senang, bisa terlibat pada setiap kegiatan yang menyenangkan bagi pria itu.

"Sayang, dapet nggak?" pekik Viona ingin tahu. Wanita itu melambai dari jauh, sudah 30 menit dan Rean belum berhasil mendapatkan ikan.

Pria itu menoleh kemudian menggeleng, rautnya lesu dan Viona tahu jika Rean mulai tidak sabar.

"Sini dulu, kita makan jajan!" pekik Viona lagi, dan Rean tidak membantah. Pria itu datang mendekat lalu merebahkan diri di karpet yang Viona duduki, kepalanya bertumpu pada paha lembut pacarnya. Rean mengatur nafas dengan susah payah, cuaca begitu panas dan dia benar-benar pusing.

"Huh, panas banget. Aku mau minum," ucap Rean kemudian menerima air putih dingin yang Viona ambilkan. "Kamu terlalu sering aktivitas di dalam ruangan sih, jadi kena panas dikit kaget. Lagian nggak pernah ngebolang pakai ngide pengen mancing," balas Viona sembari menyeka keringat di dahi pria itu dengan tisu.

"Tapi aku kan pengen mancing. Kamu ikut yuk!"

"Re, panas banget. Kamu bisa sun burn," peringat Viona pada pria itu. Namun Rean memang keras kepala, dia bangkit dari posisinya lalu menyeret pelan pergelangan tangan pacarnya untuk ikut merasakan sensasi hentakan saat ikan menyambar kail. "Aku hampir dapet tau. Tadi udah ada yang kena tapi lepas," jelas Rean antusias. "Sekarang kamu coba lempar kailnya. Aku ajarin."

"Gimana caranya? Aku nggak bisa mancing ikan, aku jagonya mancing keributan."

"Kalau itu nggak usah ditanya, kamu ahli." Rean tertawa gemas lalu mengintruksikan pada Viona untuk melempar kail ke tengah air, Viona mencobanya dan mulai memutar reels di tangan sebelah kiri. Dia harap ikan menyambar kailnya, pelan-pelan menyeret kail berumpan ikan-ikanan karet itu tiba-tiba...

Jeburrr...

"Re, aku dapet!!" teriak Viona girang, dia memutar reels dengan semangat, sementara Rean membantunya menarik alat pancing dan ikut merasa antusias.

"Hebat pacar aku dapet ikan!" seru Rean saat ikan muncul ke permukaan, meski ukurannya tidak terlalu besar tapi Rean dan Viona sangat bahagia akan kegiatan mereka. Tak lupa mengambil selfie untuk disimpan dalam galeri. Senyum lebar keduanya menghiasi layar ponsel, baik Viona mau pun Rean begitu menikmati kencan mereka kali ini.

Tbc

Minimal uwu uwu dulu bosss, YAK SUDAH UP SILAKAN BACA, VOTE, KOMEN, FOLLOW AKU ❤

Aku kasih yang gemas-gemas sebelum badai datang *ehh 😃

Rean mancing di ujung 🎣

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.5M 37.7K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
713K 14.1K 30
Ada yang bilang jika sahabatan antara cowok dan cewek itu mustahil. Gue sih nggak setuju. Bagi gue yang punya sahabat cewek secantik Nina, nggak ada...
86.2K 8K 92
Mendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar...
146K 10.3K 96
18+ bijak dalam membaca Delmira seorang gadis lugu, cuek dan apa adanya tidak menyadari bahwa telah diselingkuhi pacarnya yang telah menjalani hubung...