Darenio [ON GOING]

By navyy40

368K 11.9K 406

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... More

Prolog
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M 🖤
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U

S E P U L U H

10.3K 308 6
By navyy40

Sebelum mulai tekan BINTANG dulu di sebelah kiri.

"Tidak ada jalan keluar. Menurut atau mati, itu pilihannya."
🦋

[S E P U L U H]

"Hai Elo, you miss me hmm?"

"Guk guk guk."

Daren tertawa ketika pipinya basah terkena jilatan Elo. Mereka tengah berada di ruang tengah mansion milik Arga. Ruangan dominan warna hitam dan emas dan penuh ukiran mewah.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.45 dan kantuk belum Daren rasakan.  Maka setelah seharian berkeliling di mansion sekaligus markas, ia melepas penat dengan bermain bersama Elo.

"Daren," panggil Arga sembari memasuki ruang tengah. Ia dikejutkan dengan keberadaan Elo yang tengah mengigit bola warna-warni. "Oh astaga, jauhkan anjingmu!"

Daren tertawa kecil, ia mengaitkan tali di leher Elo dengan kaki meja bulat yang kokoh. Mengelus kecil kepala Elo yang lembut, seolah mengatakan untuk diam disitu sebentar.

"Gea-mu sudah datang," beri tau Arga sembari menjaga jarak dari Elo yang menatap garang ke arahnya.

Laki-laki yang tengah mengenakan kaos hitam itu tersenyum senang hingga taringnya terlihat jelas. Ia sangat antusias.

Sedangkan Arga kini tengah menggaruk tengkuknya yang tak gatal, membuat rambut putihnya sedikit berantakan. "Tapi maaf kan bawahanku. Mereka membuat Gea-mu tertidur lebih lama."

Alisnya terangkat, ia tak peduli, yang penting tidak ada yang menyakiti Gaia. Karena hanya Daren yang boleh menyakiti Gaia.

"Berapa jam?" tanya Daren sembari melangkahkan kaki menuju lorong-lorong, diikuti Arga di sampingnya.

"Sekitar dua jam lagi dia akan bangun."

Setibanya mereka pada suatu ruangan yang sering disebut kamar, Daren meminta semua orang untuk keluar, menyisakan dirinya dan Gaia yang tengah tergeletak mengenaskan di atas tempat tidur.

Daren menghampiri Gaia, ia ikut menidurkan dirinya di samping gadis itu. Tubuhnya menyamping dengan tangan kiri sebagai tumpuan. Dari sini Daren dapat melihat jelas wajah gadisnya yang putih bersih, bulu mata lentik yang tengah terpejam, bibir ranumnya yang selalu saja membuatnya gila.

"Shit," desisnya kala pantulan bulan menyorot indah pada bibir Gaia, seolah menjadi mantra yang memaksa Daren untuk mencicipinya. Ia menggeleng keras, tidak boleh. Paling tidak sampai gadis itu bangun.

Daren mendekat, ia mengigit kecil pipi Gaia dengan gemas. Sebenarnya ia ingin marah kala mengingat Gaia yang sempat pergi meninggalkannya. Tapi melihat wajah gadis itu yang tentram membuatnya kembali tenang. Seolah melihat wajahnya sudah mampu membuat amarahnya teredam.

Tepat seperti perkataan Arga, Gaia terbangun setelah dua jam Daren menunggu. Mata coklat gadis itu perlahan terbuka, menampilkan sorot sayu dan kelelahan. Ia terlonjak kaget ketika mendapati seorang pria di sampingnya.

"Udah puas bobonya?" tanya Daren sebagai salam pembuka.

"Kita ketemu lagi, Gea sekarang tambah nakal ya," ucap lelaki bermarga Aldevara dengan suara berat.

Gaia tak bisa menahan dirinya untuk tak tenang. Gadis itu menegang beberapa saat sebelum tubuhnya di arahkan untuk menghadap ke samping, membuat mata mereka bertemu dengan sorot yang berbeda.

"Kenapa kamu liatin aku kayak gitu terus?" tanyanya tatkala sorot ketakutan tercetak jelas di mata Gaia.

Gaia bergeming.

"Aku kangen banget." Daren mendekap gadisnya, membenamkan wajah di ceruk leher Gaia.

"Aku maafin kamu. Jangan minta maaf lagi," katanya sebelum Gaia sempat melontarkan kata.

Gaia bergetar, ia menangis tanpa suara. Bulir-bulir bening mulai membasahi pipi hingga menetes mengenai surai Daren. Lelaki itu mendongakkan kepala, alisnya terangkat kala mendapati Gaia menangis. Mengapa gadis itu sering menangis ketika bersamanya?

"Kamu kenapa nangis? Mau playing victim lagi?" Daren melepas pelukan. Ia langsung memperlihatkan raut tak suka.

Gaia menggeleng, ia tak berani menatap Daren yang saat ini tengah duduk di sampingnya.

"Kamu tau nggak, tadi pas di sekolah aku buat 3 orang masuk rumah sakit," katanya seperti anak kecil yang tengah bercerita. Bahkan Daren tertawa kecil di ujung kalimat.

"Habisnya dia nggak tau kamu dimana sih, aku kan jadi kesel banget."

"R-ren ...."

"Tadi lucu banget, hidung ketua kelas di kelasmu patah, terus kena aku darahnya."

Daren terus melanjutkan kata, tak peduli pada Gaia yang sudah ketakutan di sana.

"Tau nggak? Tadi aku lihat Daddy bunuh bawahannya. Kata Daddy aku bakal lihat kayak gitu setiap hari kalau minta bantuan kakek."

Lelaki pemilik marga Aldevara itu mengarahkan rahang gadisnya agar mata mereka bertemu. Gaia menatap penuh takut dengan mata merah yang sembab.

"You know babe. Kita di rumah kakek sekarang. Itu artinya, aku jadi bagian keluarga ini. Aku jadi kriminal sekarang." Daren tertawa lucu hingga matanya menyipit.

Daren benar-benar sinting!

Gaia beringsut mundur kala Daren semakin mendekatkan diri. Lengan besar pria itu menahan pinggangnya agar tak mengenai ujung nakas. Sudah dibilang, hanya Daren yang boleh menyakiti Gaia.

"Aku di skors gara-gara bikin 3 anak sekarat. Tapi gapapa, aku suka. Jadi bisa nemenin kamu di sini." Daren mengecup singkat pipi Gaia yang dingin.

"Kamu tau nggak itu semua gara-gara siapa?" Daren berbicara tepat di wajah Gaia hingga hembusan nafas aroma mint dapat dirasakan. "Gara- gara kamu sayang."

Daren mengecup pelan hidung kekasihnya, ia lalu menarik selimut, menutupi tubuhnya dan Gaia.

Daren meminta gadisnya untuk memejamkan mata. Gaia menurut saja lantaran tak kuasa untuk memberontak. Syarafnya belum bisa bekerja 100% tubuhnya pun masih lemas.

"Bobo sayang. Besok aku harus hukum kamu yang udah mulai nakal," bisiknya tepat ditelinga membuat gadis bersurai sebahu itu menegang hebat.

✿✿✿

Pagi-pagi sekali Daren sudah dikagetkan dengan suara tembakan yang memekakkan telinga. Meski satu hektar jauhnya tapi masih mampu membuat telinga terganggu.

Daren sudah tampak segar, semalam ia tidur dengan nyenyak, terlebih ada Gaia di sampingnya. Lelaki itu berniat membangunkan Gaia tapi ia tak tega. Gadis itu terlihat lelah, wajahnya nampak layu.

Lelaki setinggi 180 cm itu beranjak dari ranjang, menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Ia terpaksa harus mengenakan bajunya semalam lantaran tak ada pakaiannya di rumah Arga. Daren berniat untuk pulang nanti, bersama Gaia-nya.

"Udah bangun hm?" Daren mendekati Gaia yang tengah bersandar di kepala ranjang, lingkar hitam tampak jelas di kedua mata itu. Gaia hanya tidur 2 jam.

"Mau mandi?" tanya Daren lagi.

Gaia mengangguk takut. Terlebih semalam pria itu mengatakan ingin menghukumnya hari ini. Gaia tidak ingin berbuat salah agar mood kekasihnya tidak buruk.

"Aku bawain sarapan ke sini ya. Jangan kemana-mana. Kamu bakal takut kalau keluar kamar," ujar Daren sembari beranjak dar kamar.

Memang benar. Mansion ini tidak jauh beda dengan rumah hantu yang penuh dengan alat penyiksaan. Banyak pedang yang menjadi pajangan, lukisan mengerikan yang memenuhi tembok, senjata tajam pun ikut menjadi pajangan. Selera Arga memang mengerikan.

Daren berjalan menemui juru masak, memintanya untuk membuat sarapan. Semua yang ada di ruangan ini memang laki-laki. Arga tak pernah memperkejakan wanita, bahkan tukang bersih-bersih pun semua dikerjakan oleh pria.

"Daren, bagaimana dengan Gea-mu? Sudah bangun?" tanya Arga yang sudah siap dengan kemeja putih yang rapi, dipadukan dengan jas hitam.

Lelaki berusia 17 tahun itu mengangguk sembari membawa nampan berisi sarapan. "Sudah, dia sedang mandi."

"Nanti aku mau pulang ke rumah," beri tau Daren.

Arga mengangguk sembari membenarkan letak dasinya. "Nanti malam datang ke sini lagi ya. Kakek punya kejutan, kamu pasti suka."

Daren yang paham maksud jadi kejutan itu hanya tertawa kecil sembari menyeringai buas. Ia beranjak menuju kamar dan menemukan gadisnya yang tengah mengeringkan rambut menghadap jendela yang langsung dihadapkan dengan hutan.

"Nggak nyaman ya pakai baju kemarin?" tanya Daren, laki-laki itu menaruh sarapan di atas meja bundar.

Gaia hanya bergeming, pikirnya berkecamuk. Sejak kapan Daren mengurusi kenyamanannya?

Laki-laki itu meraih handuk dari tangan Gaia. Ia membantu gadis itu mengeringkan rambut lantaran tak ada hair dryer di kamar ini. Mereka tak banyak bicara, pun Daren yang masih fokus mengeringkan rambut.

"Aku suapin ya?" tanya Daren, lebih terdengar seperti perintah. Ia meraih sarapan di atas nakas. Mulai menyuapi Gaia dengan tenang tanpa penolakan. Gadis itu lelah, tak berani untuk melawan.

"Daren," panggil Gaia. Itu adalah kata pertama yang ia ucapkan sejak matanya membuka.

Pria pemilik nama itu mengalihkan atensi dari nampan berisi sarapan yang sudah hampir habis. "Hmm?"

"Papa—"

"Mood-ku lagi bagus sayang. Jangan mulai, aku males debat sama kamu," potongnya dengan wajah tak suka, ia menyuapkan sarapan terakhir lalu menaruhnya di atas meja. "Kita pulang ya, ke rumahku."

Gaia nengangguk menurut. Ia memalingkan wajah ketika Daren bergerak mendekat, berniat menciumnya.

"Aku nggak suka ditolak," ujar Daren dingin yang langsung membuat Gaia menghela napas berat. Tanpa menunggu Daren, gadis itu mengecup singkat bibir dingin pria itu hingga membuat suasana membeku beberapa saat.

Daren tersenyum gemas, ia mengusap pelan surai gadisnya yang sudah tertata. "I love you," bisiknya.

Gaia hanya terdiam dengan tatapan kosong.

TBC
1349 kata

jujur aku takut Gaia lama-lama stres ngadepin Daren yang makin hari makin sinting

terima kasih sudah baca sampai akhir 🖤

24 Desember 2023

Continue Reading

You'll Also Like

827K 39.7K 40
Sequel (Possessive The Devil) Arabella Dellorya Afferd. Bagaimana hari-hari Ara yang meraasa pergerakannya dibatasi ole laki-laki bernama, Aldrick Ri...
169K 8.7K 14
📌follow dulu aja sebelum baca 📌jangan hanya menikmati tanpa meninggalkan jejak 📌dibaca ya sayang, bukan disalin ... Ikuti dan turuti perkataan ku...
1.2M 8.8K 18
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
939K 47.5K 25
Akibat ulah temannya, Acha 'salah' sasaran dan terjebak dalam keposesifan lelaki dengan segudang kenakalannya. Kahfi. Dia lelaki sangar yang manja pa...