Darenio [ON GOING]

By navyy40

376K 12.2K 417

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... More

Prolog
S A T U
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M 🖤
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T P U L U H D U A

D U A

15.9K 446 6
By navyy40

🎶: Neck Deep - December

"Kita tak perlu lagi menggambarkan hubungan ini dengan apa. Mereka yang buta pun sudah tau. Kau hanya ingin menyakitiku."
🦋

[D U A]

Hari ini sekolah tengah digemparkan dengan berita kebakaran yang menimpa salah satu siswa. Sepanjang ia berjalan di lorong kelas pun tak urung dari percakapan para siswa yang tengah membicarakan Loren. Mengingat pria itu memang terkenal dan mempunyai sifat yang baik.

Kini Gaia tengah bersisian dengan Daren, berjalan bersama menuju kelas. Pria itu tak seperti biasanya, bibirnya sudah tertarik ke atas walau masih kaku, ia tersenyum ke
arah Gaia seolah tak ada beban.

"Daren ... aku-" ujar Gaia yang ingin mengutarakan kegelisahannya mengenai Loren.

"Mood-ku lagi bagus banget hari ini. Si Loreng udah nggak bisa ketemu lagi. Jadi kamu jangan rusak mood-ku ya sayang," potong pria dengan rahang tegas itu.

Gaia hanya bisa diam ketika hidungnya disentil pelan. Ia bingung harus bereaksi apa. Daren berlalu setelah membiarkan gadisnya masuk kelas, pria setinggi 180cm itu berjalan menuju kelasnya yang hanya selisih 2 ruang dari kelas Gaia, menuju tempat dimana siswa unggulan berada.

Banyak kerugian yang ditimbulkan dari insiden kebakaran tersebut—kecuali para wartawan dan stasiun televisi. Terlepas dari harta benda yang terbakar ada satu hal yang kian membuat luka dalam. Ibu dari Loren yang tak tahu menahu harus dilarikan ke rumah sakit. Mendengar dari percakapan para siswa di lorong-lorong, ibu Loren dikabarkan kritis dan tak sadarkan diri hingga sekarang. Loren juga sama, pria yang tengah berusia 17 tahun itu harus di rawat di rumah sakit akibat luka bakar.

Sesampainya di kelas pun tak lepas dari berita mengenai rumah Loren yang terbakar. Pasalnya memang sangat besar bara api yang melahapnya. Hingga kini pun media massa baik online maupun offline masih memberitakan kejadian tersebut. Terlebih rumah Loren berada di kawasan elite tempat dimana para pejabat negara tinggal.

"Gue kasian sama Loren. Padahal dia orang baik, tiba-tiba kena musibah kayak gini." Samar-samar Gaia mendengarkan percakapan teman kelasnya yang tengah berkerumun. 

"Sumpah, gue yang lihat kebakarannya aja takut. Waktu di evakuasi juga lama banget. Makannya mamanya Loren sampe kritis, apalagi beliau ada riwayat asma."

Asma? Gaia yang mendengarnya mulai takut.

"Lo tau nggak pohon mangga depan rumah? Itu sampai kebakar tau gara-gara kena api rumahnya Loren. Untung buru-buru dimatiin apinya pakai selang sama bokap, kalau engga bisa-bisa rumah gue ikut kebakar." 

"Lo tau nggak kebakarannya karena apa?"

Gaia semakin menegang. Ia berusaha untuk tak mendengarkan, memilih untuk menatap lapangan di bawah sana yang sudah sesak diisi oleh siswa tercatat sebagai atlet lari.

"Gue denger-denger sih karena konsleting. Sumpah serem banget! Untung kebakarannya habis gue pulang dari rumah Loren. Kemarin gue ada kerja kelompok sama dia."

Gaia berusaha untuk tak mendengarkan tapi ia tak bisa. Percakapan temannya terus saja masuk ke lubang telinga membuat pikirannya kacau.

Ia bergerak gelisah, ditunjukkan dari ia yang mulai memilin ujung cardigan. Ini semua salahnya. Gara-gara dia sekarang Loren harus kehilangan rumahnya. Gara-gara ia pula Loren dan ibunya harus dilarikan ke rumah sakit.

Gaia menggeleng kuat. Tidak! Ini semua salah Daren!

"Gaia! Lo ikut jenguk Loren nggak?"

Gadis bersurai sebahu yang merasa namanya disebut sontak menoleh. Ia menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Em ... bisa kayaknya. Jam berapa?"

Ia tak langsung mendapat jawaban. Mereka menatapnya dengan alis terangkat. Terkejut, sebab Gaia tak pernah sekalipun ikut dalam aktivitas kelas.

"Tumben. Cowok lo yang posesif itu  nggak marah?" tanya gadis berkacamata sembari tertawa.

Teman satunya yang entah bernama siapa langsung memukul gadis berkaca mata, menyuruhnya diam.

"Nanti habis pulang sekolah. Kumpul di parkiran, kita satu kelas mau berangkat bareng."

Gaia mengangguk.

"Tapi emang lo udah izin sama Daren?" tanya gadis berkaca mata yang membuat Gaia terdiam.

"Itu nanti biar gue yang urus," ujarnya dengan ragu.

"Okey, penting dia nggak ngamuk-ngamuk di sekolah gara-gara lo pergi bareng kita. Gue takut jujur lihat cowo lo ngamuk."

"Stt, mending lo diem deh Far!"

Gaia hanya bergeming. Ia sebenarnya ragu. Daren tidak akan mengizinkannya untuk pergi. Tidak akan pernah, sekalipun ia izin. Jadi percuma saja jika ia bilang kepada pria itu. Lebih baik langsung berangkat bukan? Urusan minta maaf nanti biar ia urus belakangan.

Semua perhatian kelas kini tertuju pada pria asing menggunakan jas almamater. Gaia tak begitu hafal nama-nama siswa yang ada di sini. Tapi dari gelagat serta kepentingan yang akan mereka sampaikan, sepertinya mereka OSIS. Gaia juga turut memperhatikan. Kini teman satu bangkunya pun sudah kembali, duduk manis mendengarkan.

"Selamat pagi teman-teman. Maaf mengganggu waktunya. Kami perwakilan dari OSIS ingin meminta sumbangan seikhlasnya saja karena ada teman kita bernama Lorenio Agatas yang tengah dilanda musibah."

Salah satu dari mereka sudah berjalan, membawa kotak box berwarna coklat. Gaia merasa bersalah atas kejadian ini. Walau uang yang akan ia sumbangkan tak seberapa, Gaia rasa ia perlu mengeluarkan seluruh uang cash yang ia punya di dalam dompet.

Gaia hanya menemukan 10 lembar uang seratus ribu. Ia jarang menggunakan uang. Selama bersama Daren, uangnya tak pernah tersentuh. Dan ayahnya pun sering memberikan uang digital. Hanya ini yang ia punya.

"Banyak banget," guman teman sebangkunya yang masih dapat Gaia dengar. "Eh, lo kan orang kaya ya."

Ia hanya diam, tak menanggapi. Merasa risih jika ada yang berkomentar mengenai dirinya.

Gaia sebenarnya bukan orang yang anti sosial, ia juga bisa bergaul bersama teman-temannya. Tapi Daren tetap menjadi faktor utama mengapa dirinya menjadi seperti ini, dibenci banyak orang karena ia tak pernah aktif dalam hal apapun.

Saat ia ingin mengikuti ekstrakulikuler dance pun Daren berteriak kalang kabut, membentak dan mengancamnya seperti biasa.

"Ganjen banget. Lo pasti mau pamer tubuh kan?" tuduh Daren yang tak ada habisnya.

"Kalau sampai lo masuk ekstra nggak jelas itu, gue pastiin semua anggotanya bakal pincang!"

Atau ketika ia ingin me time dan pergi ke festival musik, Daren lagi-lagi mengancamnya.

"Lo pergi buat nonton cowok, Gea," desisnya dengan mata tajam.

Sebenarnya tidak hanya pria yang akan ia tonton. Festival musik berisi banyak orang, tak hanya pria. Tapi hanya karena di sana ada pria, Daren terus saja bertingkah berlebihan.

"Gue bakal bikin mereka nggak bisa nyanyi lagi kalau lo nonton. Silahkan pergi kalau lo mau itu terjadi."

Dan akhirnya Gaia hanya bisa pasrah. Terkurung dalam rumah bersama Daren dan menghabiskan banyak waktu hanya dengan pria itu.

"Terima kasih atas sumbangannya. Semoga apa yang kalian berikan dapat bermanfaat dan teman kita bisa cepat pulih." Gaia tersadar dari lamunannya. Ia menghela nafas berat, hatinya kian dilanda rasa bersalah.

***

Hari terasa lebih berat dari biasanya. Gaia berjalan lesu menuju tempat parkir. Ia diam-diam ke sana setelah mengirimkan pesan kepada Daren bahwa ia akan pulang bersama supir.

"Udah kumpul semua?" tanya sang ketua kelas dan dibalas anggukan. Dia bernama Farel, berbadan tinggi dan rambutnya berwarna coklat terang.

Farel memberitahu bahwa hanya dibutuhkan 9 mobil saja, mengingat jumlah siswa dikelas ini 36 (mines Loren). Farel sibuk membagi siswa untuk masuk ke dalam mobil.

"Nanti gue mampir ke toko kue dulu. Kalian duluan aja," kata Farel memberi tau.

Gaia hanya diam mendengarkan. Semuanya sibuk dalam urusan masing-masing, menaiki mobil satu persatu. Giliran Gaia untuk masuk ke dalam mobil honda jazz warna putih berstiker hello kity. Tapi lengannya di tahan dengan sangat kuat hingga ia tersentak kaget.

Tubuhnya langsung menegang. Siapa lagi kalau bukan Daren yang tengah menyorotnya tajam.Kedatangan pria itu mampu membuat suasana menjadi senyap. Atmosfer telah terkikis habis, tau betul siapa penguasa atmosfer di sini. Tak ada mobil yang berani melaju ketika pria itu datang dengan raut mengerikannya.

Bahkan gadis berkaca mata yang tadi menertawakan sifat posesifnya Daren hanya bisa menatap takut.

Seragam pria itu sudah ditanggalkan entah kemana, menyisakan kaos hitam polos yang dikeluarkan.

"Lo sekarang udah pinter boong ya?" desisnya tajam.

Ia menyeret Gaia dari parkiran menuju mobilnya berada. Civic hitam terparkir di sana bersama tiga mobil  merek yang sama. Di depan mobil masing-masing terdapat teman Daren yang sudah ia hafal di luar kepala.

"Siapa yang izinin lo buat pergi?" desis pria itu dengan amat tajam.

Bahkan membuat temannya yang tadi tengah bergurau kini ikut terdiam. Tau betul siapa iblis di sini, mereka memilih untuk tak ikut campur.

Sudah menjadi tabiat seorang Gaia. Tak akan ada yang bisa membantunya keluar dari belenggu milik Daren yang kuat mengikatnya.

TBC

1346 kata

terima kasih sudah membaca sampai akhir 🖤

17 Desember 2023

Continue Reading

You'll Also Like

263K 4K 12
suka suka saya.
268K 14.8K 28
Highest rank #6 in action (01-01-2019) Highest rank #1 in mystery (23-02-2019) Highest rank #32 in romance (23-02-2019) Senjata dan Darah, adalah du...
46.5K 1.8K 41
"Ketika Kamu Menjadi Milikku, dan tetap menjadi milikku!" Rifky
831K 39.8K 40
Sequel (Possessive The Devil) Arabella Dellorya Afferd. Bagaimana hari-hari Ara yang meraasa pergerakannya dibatasi ole laki-laki bernama, Aldrick Ri...