VaNa(ON GOING)

De Heldainaa

57.6K 2.7K 1K

"Capek boleh, nyerah jangan. Cobalah istirahat sejenak, terkadang berjuang juga butuh tenaga". Itulah prinsip... Mais

1. Pertemuan Pertama
2. EVAN SAPUTRA
3. Pendekatan
4. Maju terus
5. Kesempatan
6. Berkunjung
7. Definisi Jodoh datang sendiri
8. Peningkatan?
9. Bad day and Good day
10. Sakit
11. pendekatan Nafi
12. Membujuk
13. Sleep Call
14. Undangan Hari minggu
15. Restu dari mama
16. Membingungkan
17. Ada yang Salah
18. Mengungkapkan
19. Sulit dimengerti
20. Waktunya untuk Berhenti
21. Cukup Paham
22. Asing
23. Camping
24. Nyusahin
25. Tanda tanya
26. Mimpi Buruk
27. Stuck
28. Baik
29. Apa lagi
30. Biasa, manusia
31. Gosip lagi
32. 1/2 kebenaran?
33. Alasan
34. Bohong tapi jujur
35. Berulah
36. Speechless
37. Diluar Ekspektasi
38. Hampir
40. Penjelasan Billa
41. Sudah Tau
42. Silent But Care
43. Hari H
44. Gengsi vs GR
45. Ina Joules
46. Titik terendah
47. Tempat Ternyaman
48. Evan Buaya
49. Ina kenapa
50. Ungkapan Dari Hati
51. Kita bikin Romantis
52. orang bilang
53. Terlupakan
54. Tanpa effort
55. Sakit
56. Tentang Ina
57. Kehilangan?
58. Sama Tapi Beda

39. H-1

769 44 7
De Heldainaa

Hanya kamu yang bisa bikin aku salting
padahal kamu cuma diam aja.

*

*

*

*

*

___________________________


Hari demi hari kian berlalu, semua orang masih sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Termasuk dengan Ina, aktivitas yang sama masih ia lakukan berulang ulang selama seminggu terakhir ini.

Mulai dari datang ke sekolah sebelum gerbang dibuka, mencari cara untuk pendapat perhatian seseorang yang menjabat sebagai pacarnya, hingga harinya ditutup dengan rasa lelah setelah pulang bekerja.

Sama seperti hari ini, Ina tengah melaksanakan hukumannya, walaupun diiringi dengan keluhan setiap saat.

"Gila, sakit banget ini badan, definisi raga muda jiwa tua ini mah". Gumam Ina sambil memegang pel. "Remuk remuk". Ina terus mendumel.

"Nah kan bersih, Gue keren gue bangga". Puji Ina melihat hasil kinerja nya.

"Udah jam segini, pasti kelas udah ramai, oke deh bye bye toilet pertemuan kita cukup sampai disini aja, terimakasih udah nemenin aktivitas aku selama seminggu ini, jaga diri baik-baik ya". Ina memberi salam perpisahan, pasalnya hari ini juga hukumannya berakhir. Ina tertawa sendiri melihat tingkah nya. Lalu segera meninggalkan toilet itu berjalan menuju kelasnya.

Saat tengah asik berlari, ditengah perjalanan Ina memelankan langkahnya melihat siluet seseorang yang tengah ia fikirkan dari tadi, ternyata pacarnya itu tengah berada dikantin bersama anggotanya. Ina menatap Evan dari jarak 5 meter, sepertinya mereka tengah berdiskusi membahas acara esok hari fikir Ina.

Lama memperhatikan Ina memutuskan untuk menghampiri Evan, saat pria itu sudah beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kantin. 

"Evann!". Teriak Ina agar Evan menyadari kehadirannya. Namun tampaknya Evan masih fokus dengan lembaran kertas yang berada ditangannya. Ina berlari menuju Evan agar bisa lebih dekat.

"Van kam—". Belum sempat Ina menyelesaikan ucapan, Evan sudah lebih dulu mengangkat tangan (✋🏻), seolah memperingati agar Ina berhenti bicara.

Ina diam menurut, ia berdiri didepan Evan dan rekan anggota osisnya yang masih sibuk membahas kegiatan OSIS tersebut. Apakah mereka dimana mana bahas organisasi?, bahkan lagi jalan aja mereka masih sempat sempatnya ngebahas acara. Ucap Ina membatin.

"Yaudah Van, nanti gue kabarin si gigi soal ini, yok caw dari sini yang laen udah pada nungguin kita".

Ina yang mendengar perkataan salah satu anggota osis itu, segera menahan tangan Evan, dan hal itu berhasil membuat Evan langsung melirik kearahnya.

"Ina? Kenapa?". Tanya Evan yang baru menyadari kehadiran Ina.

"Aa— aku mau ngomong sama kamu". Kata Ina canggung.

Evan melirik ke arah jam ditangannya, lalu kembali menatap Ina.

"Kenapa?". Tanya Evan, pasalnya Ina malah diam dan fokus menatap kearahnya.

"Kamu ada waktu gak nanti sore?—". Ina menghentikan ucapannya sejenak. "Aku ganti pertanyaan deh, aku boleh minta waktu kamu sebentar gak nanti sore?". Lanjut Ina, saat Evan ingin menjawab pertanyaan nya.

"Van ayok woi, ini dari tadi gigi nelpon gue Mulu!". Teriak Arka salah satu anggota osis yang bersama Evan tadi. Evan menoleh kearah Arka, "yaelah pacaran Mulu lu, bucinnya nanti dulu Napa, selesain dulu Nih tanggung jawab lu, masa pacar lu gak pengertian sih". Sarkas Arka tertuju kearah Evan.

Ina mengerjapkan matanya lucu, sejak kapan Evan pacaran Mulu, sejak kapan Evan ada waktu untuknya, toh sebenarnya waktu Evan seminggu sudah direnggut habis oleh mereka, apa salahnya ia hanya sekedar berbicara kepada Evan, tanpa Ina Sadri cengkramannya ditangan Evan semakin kuat. Evan yang menyadari itu langsung mengalihkan atensinya kearah Ina.

"Gimana Van?". Tanya Ina mengabaikan perkataan Arka.

"Sore nanti gue sibuk, besok malam acaranya udah mulai". Sahut Evan melepaskan cekalan tangan Ina. Ina mangut-mangut mendengar pertanyaan Evan.

"Jadi gak ada waktu?". Tanya Ina.

"Gue sibuk".

"Ya berarti gak ada waktu kan ya?". Tanya Ina mengulang pertanyaan. Evan menghembuskan nafasnya jengah, menyadari mood Ina berubah drastis.

"Iya gue gak ada waktu, jadi gue mau lu ngertiin gue".

"Kalau aku gak mau". Ucap Ina menyedekapkan tangan keatas dada.
Evan menatap Ina sengit, apakah gadis ini tengah pms seperti nya Ina ingin mengajaknya berdebat. Ina yang menyadari tatapan bingung Evan seketika tertawa ngakak, hal itu semakin membuat Evan heran.

"Hahah, kamu lucu, aku bercanda kali". Ina tertawa ngakak sendiri sampai air matanya sedikit keluar akibat sangking ngakaknya.

"Sters". Gumam Evan pelan.

" Ck, kamu mah ngatain Mulu". Kesal Ina yang mendengar perkataan evan.

"ya udah semangat rapatnya pak waketos, semoga acaranya berjalan dengan lancar". Ucap Ina ber api-api dengan mood yang tiba-tiba berubah menjadi ceria lagi.

Evan mengabaikan ucapan Ina, lalu melirik jam tangannya.

"Yaudah, gue pergi dulu, lu buruan masuk kelas, ntar lagi masuk".

"Oke". Jawab Ina senang, lalu membiarkan Evan pergi lebih dulu, namun baru beberapa langkah, evan kembali berjalan kearahnya.

"Nih, jangan lupa makan". Titah Evan memberikan roti kepada Ina. Setelah itu Evan benar-benar pergi meninggalkannya.

Yah walaupun akhir - akhir ini, sangat sulit untuk Ina mendekatkan diri ke Evan. Dan sangat jarang memiliki waktu berdua setelah mereka resmi jadian, evan tetap tidak pernah absen untuk memantau keadaan Ina diam-diam, apalagi perihal makanan gadis itu.

Evan selalu menitipkan makanan untuk Ina melalui adik kelas atau anggota osis yang tidak punya kesibukan, karna ia yakin jadwal makan Ina pasti tidak teratur, atas kecerobohan gadis itu sendiri.

"Huh, ngasi makan gak ngasi minum, aku tau niat jahat mu pakk!". Teriak Ina dari jauh, Evan menoleh dan menatap nya tajam, ternyata Evan mendengar perkataanya, Ina nyengir saat menerima tatapan maut itu.

"Mati". Panik Ina mendengar bel masuk berbunyi, segera ia berlari menuju kelas.

🌟🌟🌟

Ina berlari ngos-ngosan menuju kelasnya, setelah sampai didepan kelas Ina mengatur nafas sebelum membuka pintu. Setelah nafasnya teratur barulah Ina membuka kelas itu. Namun sepertinya ia lupa jadwal pelajaran hari ini.

Ina berjalan pelan menuju tempat duduknya, ia menatap lekat gelagat kedua orang yang sangat akrab dengan dirinya.

"Wawa, Fani". Panggil Ina pelan, namun hal itu mampu membuat salah satu diantara mereka terkejut dan gelagapan.

"Astagaa Ina, lu ngagetin kita tau gak!". Kesal Fani mengelus dadanya.

Ina mengabaikan ucapan Fani, dan beralih fokus kepada wawa yang masih sibuk dengan aktivitasnya, atensi Ina terfokuskan kepada Wawa yang berusaha menghapus tulisan tulisan yang ada diatas mejanya, lebih tepatnya tulisan kebencian yang ditujukan padanya. Hal itu mampu membuat Ina tertawa kencang.

"Kali ini apa lagi sih hahaha, kocak ni orang". Ucap Ina saat membaca tulisan-tulisan tersebut. Wawa menatap Ina tajam, bisa-bisanya Ina tertawa dalam kondisi seperti ini.
"Udah wa biarin aja kali, gak bisa dihapus juga kan". Ucap Ina santai seolah sudah sering mengalaminya.

"Lu gak papa cill". Tanya Wawa khawatir.

"Gini doang mah gak ngaruh". Ucap Ina yang masih tetap santai.

"Na lu udah cerita ke Evan gak, kalau belakangan ini ada yang iseng sama lu".

Ya seperti yang dikatakan Fani, beberapa hari terakhir Ina sering mendapat perhatian spesial dari salah satu hatersnya. Seperti ia mendapatkan beberapa sampah dibawah lacinya, pesan-pesan yang tidak perlu dipedulikan fikir Ina, dan seperti hari ini, ia mendapat karya seni berupa tulisan kebencian diatas mejanya.

"Belum". Jawab Ina singkat.

"Lah kenapa belum, setidaknya evan harus tau na, bukan hanya sebagai pacar lu, tapi juga sebagai penjaga keamanan dan kenyamanan setiap siswa disini".

"Kamu pikir Evan satpam apa, sampai jaga keamanan segala". Sahut Ina malah bercanda.

"Bukan gitu cil, kan itu janjinya sebelum dilantik jadi babu sekolah". Ucap Wawa asal ceplos.

"Oh gituu, terus janjinya apalagi, kasi tau dong, kan aku gak ada pas itu".

"Ck, malah nanya itu lagi, ini kita bahas kasus lu dulu Ina". Kesal Fani.

"Iya cil, gue saranin lu secepatnya cerita ke Evan soal ini, sebelum ada kekerasan fisik, gue takut lu kenapa-napa".

"Tadi aku mau ngasi tau Evan sih, tapi katanya dia sibuk, nanti aku cari waktu lagi deh, yaudah yuk kelapangan nanti dicariin pak Hendrik". Ina mengalihkan topik, menarik tangan Wawa dan Fani keluar kelas.

"Lu ganti baju olahraga dulu na, ntar dimarahin lagi".

"Oh iya lupa, kalian deluan aja, ntar aku nyusul".

"Serius ni lu sendiri cil".

"Iya, bilang aja aku agak telat karena kedatangan bintang".

"Oke deh, hati-hati ya na, kita deluan".

"Apaan dah pake hati-hati segala, kayak bakal mati aja". Joke Ina yang membuat Wawa menatapnya tajam.

"Canda doang wa, udah sana pergi nanti telat".

.

.

.

.

.

Saat Ina berada diruang ganti perempuan untuk berganti pakaian, mata Ina melebar ketika melihat isi lokernya tak berbentuk lagi, bahkan baju olahraga nya sudah tidak berada ditempat. Ina melirik sana sini mencari baju olahraganya, atensi teralihkan pada tulisan "buanglah sampah pada tempatnya". Segera Ina berjalan menuju tempat sampah itu.

Dan benar saja, Ina melihat bajunya sudah berada didalam tempat tersebut seolah tak layak pakai lagi. Hal itu membuat Ina menggeram kesal.

Ina mengambil bajunya, dan sebotol minuman sisa lalu berjalan keluar dengan amarah yang meluap. Ina berjalan menuju seseorang yang ia yakini dalang dari semua ini.

Byur'!

Tampa segan Ina melempar minuman yang ia bawa kearah orang tersebut, hal itu mampu mengalahkan atensi semua orang kearahnya.

"Heh maksud lu apa!".

"Halah, kamu pikir aku bego? Kamu pikir aku diam aja karna aku takut? Kamu kan yang selama ini neror aku!". To the point Ina.

"Udahlah CALISA, kamu ngaku aja". Ucap Ina menekan nama kakak kelasnya itu." Benar kan nama kamu calisa, heran ya aku tau dari mana?". Remeh Ina.

"Lu apaan sih! Gak punya sopan santunnya sama kakak kelas".

"Halah banyak omong banget sih, ngaku gak kalau kamu yang bully aku,  jangan playing victim deh, oh atau jangan-jangan kamu disuruh orang ya?". Ucap Ina tersenyum miring melihat gelagat kakak kelasnya itu.

Pertengkaran Ina didengar sampai keruang BK, saat ingin melanjutkan perkataannya, panggilan dari BK yang ditujukan kepadanya dan Kakak kelas itu membuat Ina menghembuskan nafasnya jengah, namun tetap mendatangi ruang BK tersebut.

"Apa liat-liat". Sangar Ina menatap orang orang yang menghujatnya.

Ina berjalan santai menuju ruang BK, yang dikuti kakak kelasnya itu. Tampak Ina sudah menyiapkan argumen sebelum masuk.
Pertama kali masuk keruang BK tidak terlalu buruk menurut Ina.

"Permisi". Ucapnya santai.

Ina diam sejenak menatap evan yang berada di samping guru BK tersebut. Namun setelah itu Ina melemparkan senyuman kepada Evan. Pastinya OSIS bakal turun tangan jika menyangkut kericuhan disekolah fikir Ina.

Ina masuk, diikuti oleh kakak kelasnya itu. Setelah itu mereka berdua diperintahkan untuk duduk dan menjelaskan kronologi nya.

"Dia yang salah buk, tiba-tiba ngelempar minuman kearah saya, liat nih baju saya jadi kotor, saksinya banyak kok buk". Terang calisa

"Benar Ina?".

"Benar buk". Jawab Ina santai.

"Alasan kamu?". Mendengar pertanyaan Evan yang tiba-tiba memotong membuat Ina tersenyum miring, gilirannya yang menjelaskan.

Ina menjelaskan apa yang rasakan selama seminggu ini, dan bagaimana ia tahu kalau calisa lah dalangnya. Bahkan Ina memberikan beberapa bukti berupa rekaman cctv yang ia dapat. Bagaimana Ina bisa punya bukti? Tentu saja sangat gampang bagi Ina untuk menghack rekaman cctv sekolah mereka.

"Menurut saya itu udah bisa jadi bukti kan?". Tanya Ina kepada ketiga orang yang menjadi hakim itu.

Evan menatap Ina dalam, apa yang terjadi kepada gadis ini selama seminggu belakangan ini. Baru sebentar saja ia tidak bersama Ina sudah banyak hal yang terjadi.

"Calisa, apa tujuan kamu melakukan hal itu". Tanya guru BK itu menghakimi. Namun calisa diam membisu.

"Karena tidak ada pembelaan diri dari kamu, atas kebijakan sekolah ini kamu saya scors selama seminggu kedepan". Calisa melebarkan matanya seolah tak terima.

"Saya harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, kalian sudah sama dewasa, jadi tolong bersikap selayaknya".

Ina mangut-mangut mendengar perkataan gurunya itu, matanya tak sengaja menatap kearah Evan yang terus menatap kearahnya. Hal itu membuat Ina salah tingkah.

"Y-yaudah buk, kalau gitu saya izin keluar ya soalnya masih ada jam pelajaran". Ina memutuskan keluar karena tidak tahan menahan rasa salah tingkah nya dengan tatapan Evan.

"Ina!". Panggil Evan yang ternyata mengikutinya.

"Eh Evan, ngapain kamu kesini".

"Gue mau ngomong sama lu"....

_________________________

Tbc.

Continue lendo

Você também vai gostar

583K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
3.3K 207 13
Azalea Elara atau kerap disapa alea.merupakan gadis yg sangat cantik dan manis.azalea adalah gadis kecil pindahan dikotanya,hingga suatu ketika ia be...
2K 122 23
[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA] Tentang seorang perempuan bernama Shavella Mentari Aselnia yang menyukai salah satu anak osis disekolahnya plus sahabat d...
80.6K 3.9K 33
"Hari ini, saya menutup pintu ke masa lalu saya... Membuka pintu ke masa depan, ambil napas dalam-dalam dan melangkah untuk memulai bab berikutnya da...