Black Mission

By ayraa1205

2.7K 300 42

"Harus gue yang terima misi ini? Menyamar sebagai siswa SMA demi nemuin pelaku? Gila lo?!" -------- Dean Sank... More

01. Berita persidangan
02. Bayangan trauma
03. Kabar si mantan jaksa
04. Rencana di sekolah
05. Tragedi tak terduga
06. Kesaksian yang membingungkan
C A S T
07. Ketemu!
08. Kabar dari Jhia
09. Penyelidikan
10. Interogasi
11. Rencana Essa
12. Hasil pemeriksaan
13. Kecurigaan terhadap Rena
14. Usaha pembuktian
15. Bayang perasaan bersalah
16. Nona Zee? Paramedis?
17. Kekhawatiran ayah
18. Hasil untuk Rena
19. Pengajuan diri
20. Karena trauma?
21. Tagihan janji
22. Pesan ancaman
23. Midnight rush
24. Perihal sepatu
25. Cerita dari Nara
26. Cuti menjelang persidangan
27. Petunjuk baru
28. Berbeda
29. Hari mendebarkan
30. Pesan yang mengkhawatirkan
31. Kabar serius
32. Penjelasan singkat
33. Pencarian
34. Terungkap sudah
35. Data pasien
36. Kesulitan
37. Ketahuan
38. Luka terpendam
39. Deep talk at night
40. Secercah petunjuk
41. Rasa tenang

Prolog

669 27 4
By ayraa1205


°°°°°°°°°

Bila ada kesamaan nama, tokoh, alur, tempat, maka itu terjadi tanpa kesengajaan karena cerita ini murni dari pemikiran saya🙏

Jangan lupa untuk koment dan vote ya
Boleh di share juga supaya orang lain bisa ikut menikmati bacaan ini

Terima kasih

°°°°°°°°°°





Malam yang diterangi oleh cahaya bulan purnama itu tak lagi terasa indah. Angin sepoi yang berhembus menjadi hawa ketakutan yang seakan mengancam. Bagian depan bus pariwisata yang mereka tumpangi telah hancur tak terbentuk.

"Essa, lo baik-baik aja?"

Gadis itu membalikkan tubuhnya. Dengan kedua tangan bersimbah darah. Ia menatap sendu kepada Dean yang saat ini tengah mencemaskan dirinya. Air matanya mengalir mengatakan bahwa ia tidak cukup kuat melihat semua tragedi ini.

Napas Dean memburu. Ia menatap ke arah sekitar. Hanya ada semak belukar yang mengelilingi. Semua teman-temannya telah berada di luar bus. Dengan raut wajah takut yang sangat kentara.

"Kenapa harus sekarang? Kenapa harus ada korban lagi?"

Suara Essa terdengar lirih dan bergetar. Ia menumpahkan air matanya dan menangis sejadi-jadinya di sana. Dean tak berkutik saat memerhatikan keadaan gadis yang ada di hadapannya saat ini.

Seragam mereka telah lusuh. Terlebih lagi Essa, begian samping kanan pakaian gadis itu telah diwarnai oleh bercak-bercak darah yang terlempar ke arahnya.

"Dean?"

Pemuda itu menoleh. Menampakkan raut wajah bingung saat Essa menatap lekat matanya sembari bibirnya yang terbuka dan tak kunjung mengatakan sepatah kata pun.

"Kenapa, Sa? Lo butuh sesuatu?"

Essa menggeleng cepat. Kepalanya ia tolehkan ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. Ia melebarkan matanya tatkala pandangan gadis itu kembali kepada Dean.

"Di mana Rena?"

Ya, satu hal yang hampir terlupakan oleh Dean. Gadis itu tidak ada di sekitar mereka. Bahunya melemas tatkala mendapati barang-barang Rena  terhampar di dekat tubuh bus yang setengahnya sudah hancur itu.

"Rena!"

Dean mengerahkan kemampuannya untuk berteriak di saat tenaganya tak lagi utuh setelah apa yang terjadi barusan. Pikirannya mengatakan bahwa Rena bisa saja terjebak dalam bus yang saat ini tengah mengeluarkan gumpalan asap setelah tabrakan yang mereka alami.

"Dean, Rena masih hidup. Gue yakin itu."

Dean menoleh ketika sebuah tangan menyentuh bahunya. Ia bahkan tidak peduli dengan noda darah di tangan Essa yang mungkin akan sangat mengotori seragamnya. Lagi pula, ia akan segera keluar dari SMA Aksapura seusai misinya dijalankan.

"Tapi, Sa-"

"Rena masih hidup. Lo liat, nggak ada kubangan darah di sini selain asalnya dari tubuh..." Essa menjeda kalimatnya sejenak. Napasnya terasa begitu berat tatkala ia kembali menatap kedua tangannya yang telah berwarna merah itu. Ia kembali mengarahkan pandang kepada Dean. Dengan bibir bergetar ia mengucapkan satu kata "...Zio."

Dean memejamkan mata. Ia menghela napas panjang. Bau anyir dari darah yang melekat di tubuh mereka tak lagi berpengaruh apa-apa padanya. Ia membuka mata kembali dan menatap mata Essa dengan penuh harap. Menggenggam kedua bahunya dengan erat.

"Gue boleh minta tolong sama lo, Sa?"

"Lo mau nyari Rena?"

Dean tersenyum walau matanya menampakkan kesedihan yang teramat. Bahkan, ia hampir tidak bisa menahan buliran air mata yang memaksa untuk keluar.

"Lo di sini aja, bareng mereka semua. Bareng Nabel, lo hibur semua orang yang ada di sini. Secepatnya gue bakal balik setelah nemuin Rena. Dan tenang, bantuan akan datang secepat mungkin."

Essa tersenyum dengan kepala yang ia anggukkan. Menepuk pelan lengan Dean dengan tangannya yang tak lagi bersih karena darah.

"Lo tenang aja. Semua bakal aman. Cari Rena sampai dapat. Dia pasti nggak berada jauh dari sini. Jangan pedulikan yang lain. Kita bakal balik ke sekolah secepatnya."

Dean menghela napas. Ia segera melangkahkan kaki untuk menjauh dari kawasan mereka. Mencari sebisa mungkin keberadaan Rena yang sejak tadi menghilang dari pandangan. Samar-samar ia melihat ada mobil yang berjalan menuju kawasan mereka. Dean tersenyum, itu pasti bantuan yang baru saja mereka hubungi tadi.

"Lo ngapain di sini?!"

Dean menarik lengan Rena tatkala ia telah berhasil menemukan keberadaan gadis itu. Ia menatap lekat-lekat wajah Rena yang saat ini telah basah oleh keringat dan percikan darah.

"Dia kembali, Dean."

Dean menghembuskan napas kasar. "Gue tau. Tapi nggak gini juga cara lo menyelamatkan diri. Lo ikut gue balik ke tempat semula. Bareng yang lain, sekarang."

Dean menarik lengan Rena, tapi gadis itu tetap tidak bergerak. Rahangnya mengeras dengan bibirnya yang terlihat pucat. "Dia balik lagi, Dean."

"Ikut gue sekarang, Ren." Dean menatap tajam ke arah Rena. Gadis itu meringis pelan dengan bendungan air mata yang berusaha ia tahan. Tangannya terasa dingin ditambah lagi dengan hembusan angin malam yang membuat semuanya semakin mencekam.

Dean yang merasa kesabarannya telah terkuras habis, ia segera menarik paksa Rena yang tak bergerak sedari tadi. Bala bantuan telah datang, mereka akan segera pergi dari tempat mengerikan ini. Itu pikirnya.

'DOR!'

Namun, semua sangkaannya adalah salah. Ia tak mengira bahwa semua bayangannya harus sirna secara tiba-tiba tanpa membiarkan ia bernapas lega terlebih dahulu. Menoleh ke arah Rena yang memeluknya secara tiba-tiba dan segera membalikkan posisi mereka.

Suara itu berasal dari arah belakang. Sangat jelas terdengar di telinga Dean.

Bukan hanya sekali, suara itu melangit seiring peluru yang berulang kali dikeluarkan dari tempatnya. Cairan lekat berwarna merah mengaliri seragam putih Rena di bagian belakang. Gadis itu tampak tersenyum teduh pada Dean.

"Aku mau jumpa sama Essa. Tolong ya?"

Suara Rena benar-benar terdengan lembut dan pelan. Tak ada cara lain. Dean segera menggendong Rena di punggungnya. Samar-samar ia mendengar suara orang-orang yang ada di belakang mereka. Dean masih bersyukur mereka tidak mengejar.

"Itu orangnya lari!"

"Nggak apa-apa. Biarkan saja. Mereka akan melihat kehancuran yang lebih tragis dari ini nantinya."

Tanpa Dean ketahui, Rena tersenyum dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya. Ia bahkan sudah tidak sanggup untuk mengangkat tangannya agar dapat menyeka buliran bening itu.

"Dean..."

"Lo diam, Ren. Kita bakal jumpain Essa secepatnya. Simpan tenaga lo. Gue yakin semua bakal baik-baik aja. Lo harus bisa bertahan ya?"

Rena menelan ludahnya dengan kesulitan. Ia merasakan seragam sekolah bagian belakangnya semakin lengket dengan kulitnya. Itu berarti, ia telah mengeluarkan banyak cairan darah di sana.

"Gue minta maaf. Makasih, Dean Sankara."

°°°°°°°°








Halo semuanya,  bagaimana dengan kabar para pembaca?

Gimana nih dengan prolognya?

Jangan lupa komentnya yaa
Vote sebagai bentuk dukungan

Neomu saranghae❤️

Jangan lupa follow instagram ayra yaa


Thank you and see you❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

920K 26.1K 22
Ini adalah versi revisi!! Hidupku hancur setelah hari itu tiba, kehidupan yang awalnya selalu di landasi dengan keceriaan kini telah hilang ditelan o...
219K 8.8K 20
WARNING ⚠️⚠️ Sing jelas bl HOMOPHOBIC DILARANG MENDEKAT dosa ditanggung sendiri yh cuyy🥶
13.4K 1.3K 24
WARNING!!! bxb ⚠️ Caine Chana salah satu anggota kepolisian sekaligus mantan detektif namun posisi nya kali ini menjadi mata² kepolisian atau yang bi...
15.7K 2.3K 140
Dia, Xue Fanxin, seorang jenius medis terkenal di abad ke-21, telah bertransmigrasi ke dalam tubuh putri Adipati Agung yang bodoh. Saat keburukannya...