Diabolus

By Dillaft

586K 87.3K 19.7K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Forty Five: Cruel Past

4.7K 770 252
By Dillaft

Banyak dari mereka yang mengenang masa lalu bahkan mengabadikannya. Berlandas pada memori indah yang melekat hingga enggan tuk dilupakan. Namun, bagaimana bagi mereka yang memiliki masa lalu kelam? Mereka tentu mencoba untuk melupakan. Mengabadikan pun mungkin tak sudi.

Tetapi, perlu diingat. Masa lalu akan selalu melekat dan tak bisa diubah.

Perihal masa lalu, Lady Bona mengingat salah satu pelayannya yang begitu ia percayai, Gelsy. Ada banyak kenangan berarti yang terukir. Gelsy sangat berperan besar dalam pertumbuhan putri bungsu dari Clan Asten itu. Penyihir itulah yang mengajari Lady Bona berjalan bahkan membaca sekalipun.

Namun, ternyata Gelsy juga berperan besar dalam kehadiran Lady Bona di dunia ini. Dalam asap dosa sang Ibu yang diperlihatkan oleh Lord Gavriel, Gelsy jelas-jelas mempengaruhi mendiang Lord Ladarius untuk melakukan tindakan bejat pada Sofiya. Sudah dapat dipastikan bahwa Gelsy memiliki niat terselubung.

Gelsy jelas sengaja membuatnya lahir di dunia ini. Entah apa niat terselubung yang dimiliki oleh penyihir itu. Lady Bona sampai jatuh sakit memikirkannya.

Dua hari telah berlalu dan gadis itu masih terbaring lemas di tempat tidur. Bahkan semua makanan yang dibawakan oleh Yesica kembali Lady Bona muntahkan.

Si kepala pelayan istana Clan Dexter, Valentina dan beberapa pelayan lain dengan setia menjaga Lady Bona.

Toni pun turut hadir di sana. Bukan untuk menjaga, tetapi mengawasi bila Lady Bona mencoba buka mulut perihal rahasia sang tuan. Pemimpin ras vampire ini tentu telah tahu apa yang terjadi dua hari yang lalu. Selama itu ia mengawasi, selama itu pun Toni yakin bahwa Lady Bona tak mungkin buka mulut. Bagaimana bisa gadis yang belum membuka mata dari kemarin itu berbicara? Jangankan buka mulut, bergerak pun seperti tak bernyawa.

"Mohon sadar, Lady..." kata Valentina dengan pandangan nanar. Sesekali mengelap dahi sang Lady dengan kain hangat.

Kondisi menyedihkan Lady Bona yang begitu tiba-tiba ini tentu menimbulkan tanda tanya dan kekhawatiran para pelayan.

Terutama bagi Valentina, yang baru beberapa hari mengenal Lady Bona, tetapi berani menawarkan kesetiaan untuknya.

Di malam hari ketika semua penghuni wilayah terdingin di dunia alam bawah menjelajah dunia mimpi, Lady Bona akhirnya membuka mata dan terjaga sepanjang malam.

Kondisinya sungguh lemah dan memprihatinkan. Yang dilakukan gadis itu hanya memandang kosong ke depan, memikirkan kehidupannya yang sungguh pelik dan menyedihkan. Bahkan kehadiran Yesica yang menjaganya pun tak Lady Bona hiraukan.

Siren itu telah mencoba menyuapinya dengan makanan, tetapi calon selir palsu sang tuan selalu menolak. Ramuan raxil dan glad-nya pun sama sekali belum tersentuh.

Yesica menghela napas kasar berulang kali.

Beberapa jam terlewatkan dan yang dilakukan Lady Bona hanya melamun. Sementara Yesica pun enggan pergi sebab tugasnya memang untuk mengawasi.

"Kau bisa pergi, Yesica. Aku tidak akan ke mana-mana, apalagi membocorkan rahasia Lord Gavriel. Memangnya aku bisa apa?" ujar Lady Bona pelan setelah sekian lama. Suaranya terdengar parau.

Yesica menyeringai. "Kau benar, Lady. Tapi, aku juga bisa apa? Lord Gavriel menyuruhku untuk selalu mengawasimu."

Lady Bona kembali terdiam. Sejujurnya, mengetahui kelakuan jahat Gelsy lebih mengguncang dirinya ketimbang mengetahui fakta bahwa Gavriel Dexter adalah seorang half manusia iblis seperti dirinya.

"Aku tahu kematianku berada di tangan Lord Gavriel, bahkan jika aku tidak membocorkan rahasianya pada siapapun..." gumam Lady Bona tanpa sadar.

"Aku hanya perlu menunggu satu kata saja dari Lord Gavriel untuk mematahkan lehermu, Lady. Aku dan Toni sudah siap dari dua hari yang lalu. Namun, Lord Gavriel belum mengatakan apapun."

Lady Bona berbalik dengan mata berkaca-kaca. Salivanya terasa amat kasar saat mengalir di tenggorokannya.

Lord Gavriel sekalipun tak pernah menginjakkan kaki di kamar Lady Bona setelah kejadian tempo hari. Entah karena mungkin dia terlalu malu atas berbagai makian dan umpatannya perihal darah manusia yang mengalir dalam diri Lady Bona padahal darah yang dianggapnya hina itu juga mengalir dalam tubuhnya. Ataukah Lord Gavriel terlalu takut menghadapi kelemahannya sendiri di hadapan Lady Bona yang telah mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

Situasi mereka impas saat ini; memiliki senjata yang sama.

Kehadiran Lady Bona kini merupakan ancaman besar bagi Gavriel Dexter. Sekali Lady Bona buka mulut, maka rahasia besar yang Lord Gavriel jaga selama belasan ribuan tahun akan menjadi liang kuburnya.

Namun, Lady Bona tentu tahu konsekuensi menjadi ancaman bagi seorang raja terkuat di dunia alam bawah. Sebab jika kekuasaan Lord Gavriel runtuh akibat ulahnya, sama saja Lady Bona akan terkubur bersama Lord Gavriel di dalam liang kuburnya.

Mudah bagi seorang Gavriel Dexter untuk segera menuntaskan ancaman yang baginya kecil seperti Lady Bona. Namun, dua pelayan setianya harus tenggelam dalam kubangan risau kala Lord Gavriel belum melakukan apapun untuk menyingkirkan selir palsunya itu.

Hingga kini, pergerakan sang Raja iblis clan es belum terbaca. Lord Gavriel tidak seperti biasanya yang penuh akan siasat.

"Masa lalu Lord Gavriel tak sepenting itu untuk kusebarkan ke semua diabolus." Lady Bona mencoba menyangkal isi kepala untuk tidak menggunakan senjatanya.

"Semua orang punya masa lalu, Lady dan itu penting." Seringaian Yesica tampak memudar. Tatapannya berubah datar, tetapi bersorot nanar.

Yesica menerawang masa lalunya di saat ras siren masih berada di bawas kekuasaan Clan Asten. Saat itu, Yesica merupakan siren yang paling terbuang dan terasingkan. Ia berada di kasta terendah yang pernah ada di muka bumi. Yesica dituduh atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan. Hukumannya sudah pasti kematian. Gadis itu dikurung dan dibiarkan membusuk dalam laut terdalam.

Diujung kehidupan, Yesica di selamatkan oleh Lord Gavriel yang kala itu masih menjadi seorang pangeran. Pangeran yang menyandang julukan Prince who was never considered. Pangeran dengan masa lalu yang tak kalah kelam dan yang tak pernah dianggap.

"Lord Gavriel adalah anak dari Ratu Florencia. Dia menelantarkan Lord Gavriel di dunia manusia bersama ayahnya yang seorang bajingan."

Pada saat itu Raja Clan Ausar yang ke-7 memiliki anak satu-satunya yang begitu cantik dari selirnya. Namanya Florencia Ausar, dikenal akan wajahnya yang rupawan, tetapi tidak dengan kelakuannya. Seperti diabolus pada umumnya, Lady Florencia gemar bermain pria dan sering melanggar perintah sang ayah. Namun, menjadi pewaris tunggal membuatnya kebal terhadap hukum dan keinginannya pun selalu terpenuhi. Termasuk menjelajahi dunia manusia.

Di sanalah ia bertemu pemuda berandalan bernama Gamaliel Dexter. Rupa Lady Florencia yang begitu sempurna membuat Gamaliel terpana. Bahkan mungkin rela mati untuk mendapatkan cinta gadis bangsawan dari ras diabolus itu.

Beruntung bagi Gamaliel kala Florencia bersedia menjadikannya budak pemuas nafsu bila berkunjung ke dunia manusia. Namun, Gamaliel melakukan siasat agar Florencia menjadi miliknya yang seutuhnya. Pria manusia itu dengan berani membuahi sang Lady.

Akibat tidur dengan banyak pria, Lady Florencia mengira bila pegaso-nya mengandung anak dari salah satu pria diabolus di dunia alam bawah sehingga Princess dari Clan Ausar itu membiarkan Si janin hidup. Naas, fakta yang sebenarnya terungkap setelah pegaso-nya pecah.

"Lady Florencia mana sudi merawat seorang bayi half manusia iblis. Dia membuang Lord Gavriel di dunia manusia. Jangankan memberi nama, menyentuhnya pun tak sudi," jelas Yesica dengan pandangan miris.

Kehidupan Lord Gavriel merupakan bentuk belas kasih yang sudah sangat besar bagi Lady Florencia. Sebab Gamaliel bersujud bahkan mencium kakinya untuk memohon pengampunan. Dengan berlandas buah hati mereka, Gamaliel memohon agar Florencia tinggal di sisinya. Namun, iblis tetaplah iblis. Mereka akan selalu angkuh perihal kasta dan kuasa. Terikat dengan seorang manusia merupakan hal yang paling hina bagi mereka.

Tanpa penyesalan, Lady Florencia meninggalkan mereka. Terlebih takhta Clan Ausar telah menantinya di dunia alam bawah.

"Dicampakkan oleh Lady Florencia membuat ayah Lord Gavriel memperlakukannya seperti binatang. Lord Gavriel selalu di siksa oleh ayahnya sendiri bahkan tega membiarkannya kelaparan berhari-hari..."

Lady Bona berbalik membelakangi Yesica. Mendengar masa lalu kelam Lord Gavriel membuat hatinya dirudung iba.

"Lord Gavriel memang tak selemah itu. Dia terus bertahan. Tapi, penderitaannya harus bertambah setelah dipukuli ayahnya hingga nyaris mati tanpa perlawanan sama sekali. Bahkan di ujung hidupnya, ayah Lord Gavriel menjualnya untuk menjadi seorang budak di sebuah kapal."

Saat itulah titik terendah hidup Gavriel Dexter. Selama hidup dengan tersiksa hingga menginjak umur tujuh belas tahun di dunia manusia, ia mempelajari satu hal; perilaku manusia lebih iblis daripada iblis itu sendiri. Sejak saat itulah jati diri Gavriel sebagaimana diabolus pada umumnya mulai tampak, ia begitu membenci manusia.

Yang menjadi satu-satunya alasan Gavriel bertahan, ialah harapan bahwa suatu hari nanti sang Ibu akan datang menjemput dirinya dari derita yang membelenggu. Akan tetapi, derita demi derita kian terlewatkan, sosok sang Ibu belum juga datang. Maka, Lord Gavriel sendirilah yang harus mendatanginya.

Dulu ketika Gamaliel sedang mabuk, ada dua hal yang sering pria itu lakukan; memukuli Gavriel hingga babak belur dan memuja-muja sosok Florencia Ausar. Bahkan tak jarang Gamaliel menangis dan memohon diberi cinta seperti orang gila seolah Lady Florencia berada di sana kemudian melimpahkan semua kesalahan pada Gavriel karena ditinggal pergi oleh sang kekasih setelah kelahirannya di dunia ini.

Penggambaran sosok Florencia yang begitu sempurna membuat Gavriel yang haus akan kasih sayang seorang Ibu pun tanpa sadar ikut mengangungkan dan begitu menyayangi Ibunya, walau tak pernah ia tahu wujudnya seperti apa.

Hingga hari itu tiba, Lord Gavriel begitu terpukul saat ayahnya sendiri dengan tega menjualnya sebagai budak dengan harga yang sangat rendah. Dirinya setara dengan tiga koin perak yang bahkan tak cukup untuk membeli arak pada masa itu.

Gavriel menjadi budak awak kapal para nelayan yang mengaungi samudra pasifik. Kapal besar itu memuat puluhan manusia untuk mencari nafkah. Pekerjaan mereka mulia bagi keluarga. Satu-satunya yang hina mungkin hanya kehadiran Gavriel Dexter. Pria itu sekali lagi diperlakukan bak binatang melata. Kakinya yang tak kuat lagi berjalan membuatnya terpaksa merangkak untuk menjalankan perintah.

Fisiknya yang kian melemah akibat penuh luka membuat Gavriel sekarat dan meyakini kematiannya sebentar lagi akan tiba. Namun, takdir berkata lain. Justru yang menanti adalah kematian para awak kapal.

Kapal yang menerjang ombak semakin jauh mengarungi lautan. Hawa dingin yang begitu menusuk melanda. Beberapa awak mulai terkena hipotermia. Suhu rendah yang seolah nyaris membekukan yang harusnya membuat Gavriel semakin lemah, justru menjadi kekuatan baginya.

Gavriel bangkit dengan segala amarah dan dendam yang tak lagi tertahan. Pria itu dengan bringas membunuh para awak. Namun, dia tak pernah menyesal. Di tengah kesendirian, ia merenungkan satu hal bahwa inilah dirinya yang sebenarnya. Sosok yang tak ragu menghabisi nyawa mereka yang lemah.

Karena dirinya seorang diabolus.

Lalu badai yang begitu dahsyat tiba. Kapal berguncang hebat kala dihantam ombak berulang kali. Satu-persatu mayat para nelayan jatuh tertelan lautan. Di tengah petir yang bersahutan, Gavriel tenggelam bersama kapal. Pria itu berusaha menyelamatkan diri di tengah-tengah tubuh para awak yang sudah tak bernyawa.

Naas, Gavriel tak cukup kuat menahan diri untuk terus berenang di tengah lautan pasifik yang mencekam. Kala kedua kakinya mulai kram, Gavriel membiarkan dirinya tenggelam.

Di napas terakhir, fenomena yang tak pernah diduga terjadi. Sebuah portal putih terbuka di dasar laut kemudian menghisap tubuh Gavriel masuk ke dalam, ditarik ke dunia yang akan menjadi takdir barunya. Dunia para iblis.

"Namun, jika tak melewati peristiwa itu, Lord Gavriel tidak akan bisa mencapai titik tertinggi dalam hidupnya seperti sekarang." Yesica menghilangkan mimik sedih di wajahnya. Seringaiannya kembali terukir. Clan Dexter mengajarkan dirinya untuk tidak lemah dalam situasi apapun.

Yesica mengeluarkan sebuah botol kaca berisi gumpalan asap hitam kemudian meletakkannya di atas nakas.

Mata Lady Bona langsung tertuju pada gumpalan asap dalam botol kaca tersebut dan dengan cepat bisa menebak apa isinya.

"Ini dosa milik Gamaliel, ayah Lord Gavriel." Yesica kemudian mengelus pipi Lady Bona dengan pelan kemudian lanjut berbisik, "identitas kalian mungkin saja sama, tapi masa lalumu masih tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan masa lalu Lord Gavriel."

Saat kuku Yesica menjauh dari wajahnya, barulah Lady Bona menjatuhkan air mata.

"Mengalahlah, Lady Bona. Kau tidak akan pernah bisa memenangkan permainan ini. Lord Gavriel bukan tandinganmu," kata Yesica.

"Apa maksudmu?" tanya Lady Bona.

"Seorang half bisa berubah menjadi diabolus seutuhnya jika menghisap jiwa sesama half."

Yesica kemudian pergi, meninggalkan Lady Bona bersama rasa terkejutnya.

●●●

Aktivitas di istana es kembali berlanjut di pagi hari. Para pelayan melakukan tugas masing-masing di seluruh penjuru bangunan. Beberapa petinggi bangsawan yang memiliki jabatan di pemerintahan Clan Dexter pun berdatangan. Sebab hari ini mereka memiliki janji temu dengan sang Raja untuk membahas perihal The Black Soil yang merupakan perbatasan antara Clan Dexter dengan Clan Akennaton.

Persoalan perebutan wilayah kekuasaan memang selalu pelik. Sejak zaman pemerintahan Lord Romelo, ayah Lord Milson dan Lord Victor, mereka seakan mengklaim The Black Soil adalah wilayah mereka.

Setelah mendiang Romelo telah bersemayam di neraka, jajaran petinggi Dexter mulai mendesak Lord Gavriel untuk merebut wilayah yang menyimpan banyak sejarah kelam di masa lalu itu.

Kini mereka semua telah berkumpul dalam satu ruangan untuk membahas persoalan pelik tersebut.

Lord Austin menghadap sang Raja. "Inilah saatnya, Lord. Kita hanya perlu bersosialisasi sedikit untuk mengambil hati clan lain. Reputasi Akennaton terlalu buruk untuk mendapat dukungan tambahan."

"Tidak semudah itu. Clan kita sudah tidak pernah berkontribusi selama ratusan tahun," sanggah Lord Laurence.

"Kau hanya banyak bicara, Laurence. Beri solusi atau tutup mulutmu!" kata Lord Austin kesal.

Lord Laurence kelihatan geram. "Mudah bagimu bicara karena jabatanmu baru berumur jagung. Kau anak baru di sini, jangan berlagak bijak!"

Toni yang turut hadir melirik sang tuan di singgasana. Lord Gavriel hanya diam mengawasi perbincangan yang kian memanas ini. Pemimpin ras vampire itu tahu bahwa isi kepala tuannya berada di tempat lain. Konsentrasi Lord Gavriel memang selalu kacau sejak kejadian tiga hari yang lalu.

"Lord Austin benar. Kita sudah punya Lady Helena untuk Clan Akins. Untuk Clan Aneor, kurasa kita hanya perlu merayu Lord Caesar sedikit. Mengingat dia Raja yang bodoh," sahut Lord Andres dengan seringaian lebar.

Yesica ikut menyeringai mendengarnya.

"Tak sepenuhnya bisa. Sebagian besar petinggi Akins berada di pihak Akennaton. Lord Milson menaklukkan clan mereka, kan?"

"Akennaton juga punya Asten di sisi mereka."

Jari Lord Gavriel berhenti bergerak mendengarnya.

"Ya. Kudengar Ratu dari Lord Milson seorang Asten," ungkap Lord Laurence.

Yesica dapat merasakan ketidaktenangan sang tuan.

"Apa yang perlu ditakutkan? Kita juga punya Lady Bona!"

Lord Gavriel berdiri dari singgasana. Kebisingan seketika enyah. Para petinggi membungkuk tak berani melihat pergerakan sang penguasa yang terlihat marah seolah habis kesabaran.

"Anda baik-baik saja, Lord?" tanya Yesica, padahal ia tahu jawabannya.

Di tengah kesunyian yang amat mencekam ini, mereka dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka. Lady Bona berada di sana bersama para pelayan yang tak berhasil menahannya.

Bukannya memecah situasi cekam, kedatangan sang Lady justru kian memperburuk suasana.

Toni dan Yesica kelihatan was-was, takut bila gadis berwajah pucat itu berbuat macam-macam.

"Semuanya keluar!" kata Toni dengan suara tegas. "Keluar!" lanjutnya. Namun, para petinggi tak mengindahkan akibat terlalu penasaran dengan kedatangan sang selir palsu.

Lord Gavriel memandang sosok gadis mungil itu dengan pandangan yang begitu dingin. Pria itu tahu bahwa saat ini akan tiba. Ia tahu bahwa cepat atau lambat Lady Bona pasti akan mendatanginya.

Lady Bona masih di sana. Sejenak ia memegang dadanya yang terasa sakit. Menyadari Lord Gavriel memerhatikannya, ia pun berusaha untuk kembali terlihat kuat.

"Kumohon, jangan lakukan ini, Lady. Lord Gavriel sedang sibuk. Ayo, kita pergi..." bisik Valentina dengan suara gemetar. Beberapa pelayan di belakang yang tadinya berjaga di depan pintu pun ikut gemetaran karena ulah lancang dari gadis yang katanya merupakan calon selir raja mereka itu.

Lady Bona berjalan mendekati Raja Clan Dexter itu, melewati para petingginya dengan langkah yang pelan. Kondisinya yang sungguh lemah tentu mengundang kekhawatiran serta kebingungan bagi para bangsawan. Namun, tidak bagi Toni dan Yesica.

"Lady Bona!" kata Yesica dengan nada memperingatkan.

Lady Bona menunduk saat di rasa pertahanannya nyaris runtuh. Ia sungguh menyesalkan tubuhnya yang sangat lemah dan tak berdaya ini.

Suara batuk Lady Bona memecah keheningan. Kakinya gemetar akibat sudah terlalu jauh berjalan. Bahkan untuk meminta keadilan, tubuhnya seolah tak memberi dukungan.

Mata Lady Bona mulai berkaca-kaca. Ia tak kuat lagi menaiki tangga untuk menuju singgasana.

Lantas Lord Gavriel yang menghampiri. Pria itu terlihat menantang dan tak takut dengan kedatangan Lady Bona. Saat mereka kini telah berhadapan, dengan bengis ia berkata, "Aku tak tahu mengapa Tuhan bisa menciptakan gadis lemah dan selancang dirimu."

Lord Gavriel menatap dalam mata biru indah milik gadis itu. Sedikit lagi air matanya akan jatuh.

Lalu Lord Gavriel dibuat terkejut saat Lady Bona berlutut di hadapannya.

Dengan sekali gerakan di jari, semua diabolus keluar dari ruangan kecuali Toni dan Yesica.

Hingga kini keduanya belum ada yang angkat bicara. Lady Bona masih memandang sepatu berkilau yang dikenakan Lord Gavriel.

"Ada apa?"

Mengejutkan bagi Lady Bona mendengar perubahan drastis suara pria itu. Lord Gavriel bertanya dengan nada tenang.

Tadi memang waktu yang sangat pas untuk membongkar rahasia Lord Gavriel di depan petinggi-petinggi clan-nya. Namun, Lady Bona punya akal. Dia tak mau mati berdua. Jika pun ia mati sendirian, ada satu hal yang harus dilakukan Lady Bona sebelum itu, yaitu melihat pria yang sangat ia cintai untuk terakhir kali, Lord Milson.

Yesica benar. Ia tak dapat memenangkan pertarungan ini. Lord Gavriel terlalu kuat untuk dirinya yang lemah. Namun, cintanya pada Lord Milson sungguh besar jika harus pergi tanpa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali.

Lady Bona sadar bahwa kematiannya sebentar lagi akan tiba. Namun, mengurung waktu, walau hanya satu menit tidak masalah, kan? Bona rela, meskipun bayarannya adalah neraka dengan api yang paling mengerikan di antara yang lainnya.

"Lord Gavriel, aku tahu masa lalumu yang sangat kelam. Aku tahu tak mudah bagimu untuk mencapai dirimu yang sekarang. Kau pantas memiliki semua atas bayaran dari rasa sakitmu. Aku mengerti dirimu..."

Lord Gavriel semakin bingung.

"Kau berhasil melalui semuanya sendirian. Kupikir jika hubungan kita tak serumit ini, kau adalah satu-satunya sosok yang pantas kujadikan panutan karena kita memiliki kehidupan yang nyaris sama..."

Lady Bona menjatuhkan air mata. Tangannya tampak gemetaran. Sungguh miris tindakan yang ia lakukan. "Tapi, aku tidak sekuat dirimu. Aku tahu jiwaku atau jiwamu adalah opsi utama untuk mengakhiri garis darah half yang sungguh memuakkan ini."

Yesica menunduk takut saat lirikan tajam Lord Gavriel tertuju padanya.

"Aku tidak akan pernah bisa menang. Kelemahanku adalah kekalahan mutlak." Bona menunduk dalam. Tak pernah ia sangka dirinya akan mengakui kekalahannya di hadapan Raja arogan itu. Harga dirinya benar-benar koyak dan rusak parah.

Lord Gavriel mengangkat alis. "Jadi, kau menjual jiwamu padaku?" tanyanya dengan nada meremehkan.

Lady Bona mengangguk. "Ya."

Bibir Lord Gavriel terangkat membentuk senyuman miring. "Apa syaratnya?" Gavriel tentu tahu tak ada yang gratis di dunia alam bawah.

"Izinkan aku menemui Lord Milson."

Wajah Lord Gavriel berubah dingin. Pria itu hendak kembali ke singgasana, namun Lady Bona menahan kakinya.

Satu hal yang paling menyedihkan harus tercatat dalam hidup Lady Bona; terisak di bawah kaki musuh pendampingnya untuk memohon belas kasihan.

Lady Bona terisak kuat di bawah sana. Mengingat Lord Milson sungguh membuat hatinya sesak. Bagi Lord Gavriel mungkin ini memalukan, tapi bagi Lady Bona, Lord Milson adalah segalanya. Tanpa Raja Clan Akennaton itu, Lady Bona tak akan pernah bisa lepas dari jeratan kurungan.

Seratus tahun ia hidup dalam dunia gelap; tanpa identitas, tanpa pengakuan dan tanpa kasih sayang. Kehadiran Lord Milson mengakhiri semua itu. Milson adalah sumber kekuatan bagi Bona. Jika hari ini adalah kematiannya, maka Milson adalah satu-satunya wajah yang harus ia lihat sebelum malaikat pencabut nyawa menjemputnya.

"Aku mohon, Lord Gavriel," kata Lady Bona di sela isak tangisnya.

"Lalu setelah kau menemuinya, kau pikir Lord Milson akan melepasmu begitu saja? Jangan naif, Lady," Toni berdecak, "kita tak bisa mempercayai Lord Milson, Lord," lanjut Toni.

Lord Gavriel menyingkirkan tangan Lady Bona dari kakinya lalu segera pergi darisana.

Meninggalkan Lady Bona serta suara tangisnya yang berhasil mengacaukan isi kepala Lord Gavriel.

●●●

Memandang istana fraksi barat Clan Akennaton dibalik pepohonan lebat The Black Soil dari kejauhan merupakan satu-satunya penenang bagi Lady Bona sejak tinggal di istana es.

Gadis itu kemudian menatap pisau di nakas. Waktu yang semestinya digunakan untuk tidur, justru digunakan Lady Bona untuk mempertimbangkan apakah ia bunuh diri saja?

Namun, ketika matanya kembali memandang istana Akennaton, niatnya kembali terurungkan.

Lady Bona mengambil pisau itu. Berpikir bahwa lebih baik dirinya mati saja daripada bertahan di istana es ini. Mengingat Lord Gavriel tak mengabulkan permintaannya.

Lalu bagaimana dengan Lord Milson?

Tiba-tiba kamar Lady Bona berubah menjadi sangat dingin. Tanpa perlu berbalik, Lady Bona sudah bisa menebak kedatangan Lord Gavriel yang memang selalu tiba-tiba dan tak bertanda.

Namun, pria itu tak sendiri. Ia datang bersama Toni dan Yesica.

"Mengapa belum tidur, Lady?" tanya Yesica basa-basi. Siren itu mendekat kemudian menghirup aroma tubuh Lady Bona yang sungguh wangi.

"Baru saja aku mau tidur." Lady Bona berbalik dengan mata sembab.

"Aku akan mengizinkanmu."

Perkataan singkat itu bagaikan pembangkit harapan bagi Lady Bona. Gadis itu berbalik memandang sang raja.

Yesica menoleh dengan pandangan terkejut. Di kiranya malam ini ia akan menemani sang tuan untuk segera mengambil jiwa Lady Bona. Namun, keputusan Lord Gavriel sungguh di luar dugaan.

"Lord..." Toni terlihat tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Berapa lama?" tanya Lady Bona pelan.

"Pergilah selama yang kau inginkan," jawab Lord Gavriel. Pria itu mendekat kemudian menjatuhkan pisau di tangan Lady Bona.

Lady Bona menatap dalam mata Lord Gavriel. Mencoba menabak isi kepalanya. Apakah pria itu memiliki siasat ataukah niat jahat lainnya atas keputusan yang sungguh membingungkan ini? Namun, yang Bona temukan hanya tatapan dingin dan ekspresi datar seperti biasanya. Haruskah ia senang?

"Aku bisa saja menghisap jiwamu kapanpun yang kuingankan, tapi aku belum bisa melakukannya sekarang."

"Kenapa?" Dahi Lady Bona mengkerut tipis.

Bagi Lord Gavriel, cinta adalah kelemahan mutlak yang sungguh menjijikkan. Satu keyakinan Lord Gavriel; cinta akan selalu berakhir dengan pengkhianatan.

Biarlah Lady Bona pergi untuk membuktikan keyakinan itu. Hingga rasa kemanusiaannya telah mati kemudian menumbuhkan sisi gelap baru dalam diri. Sebab untuk menghadapi iblis, kita juga harus menjadi iblis.

Kemudian akal sehat Lord Gavriel berkata bahwa ia ingin melihat Lady Bona menderita sekali lagi.

"Jika dunia sudah menolakmu, datanglah ke sini."

Lady Bona terdiam mendengarnya. Gadis itu masih memandang Lord Gavriel yang tengah mengambil sesuatu di dalam lemari. Pria itu mengambil jubah kemudian melemparnya di bawah kaki Lady Bona.

Toni mengambil jubah tersebut kemudian memakaikan Lady Bona agar menutupi lekuk tubuhnya yang hanya dibalut dress pendek tanpa lengan.

"Kenapa?" Pertanyaan yang sama kembali keluar dari bibir sang Lady.

Namun, lagi-lagi Lord Gavriel tak menjawabnya.

Lady Bona terkejut kala Lord Gavriel mengusap bibirnya kemudian berbisik.

"Kau tidak akan bisa memberitahu identitasku pada siapapun."

Dengan begitu, Lady Bona tak akan pernah bisa mengucapkan sepatah katapun perihal rahasia terbesarnya, seperti yang ia lakukan pada adiknya, Lady Alexandra.

Lalu Lady Bona diserang kantuk. Pandangannya mulai mengabur. Ia terjatuh dalam dekapan Toni yang dengan sigap membaringkannya di tempat tidur.

Mata Lady Bona pun terpejam. Hal terakhir yang ia dengar sebelum tertidur ialah suara Lord Gavriel.

"Kenapa Anda melepasnya, Lord?" tanya Toni.

Detik demi detik telah terlewatkan, tetapi jawaban tak kunjung tersampaikan. Yang mereka lakukan hanya menatap tubuh Lady Bona yang mulai berubah transparan secara perlahan.

"Bukankah jawabannya sudah jelas?" sahut Yesica dari belakang.

Tubuh Lady Bona semakin transparan. Wajahnya sungguh tenang dalam lelap dan Lord Gavriel masih memandangnya dengan seksama.

"Jangan sampai ini menjadi kelemahan tambahanmu, Lord."

"Tidak mungkin!" elak Lord Gavriel cepat dengan nada yang sangat dingin. Bahkan pria ini nyaris meludah.

Mulut dan isi kepalanya sungguh selaras. Perkataan Yesica tentu adalah hal paling bodoh di dunia dan tak akan pernah terjadi dalam hidupnya.

Tubuh Lady Bona kian transparan dan akhirnya benar-benar menghilang dari pandangan.

Namun, Lord Gavriel masih di sana bersama rasa perih yang sedari tadi hadir setelah mengucapkan kalimat terakhir pada Lady Bona;

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi."

●●●

Waktu kembali berjalan. Semua makhluk di luar Clan Dexter kembali bergerak. Dunia alam bawah kembali menunjukkan kehidupan.

Sekelebat angin dari utara yang tadinya mendominasi, kini telah lenyap tertelan hawa panas yang mengerikan dari negeri api.

Makhluk immortal dari berbagai ras kembali melanjutkan aktivitas tanpa mengetahui apapun yang telah terjadi.

Terkecuali satu orang, yaitu Damares. Pria itu meyakini bahwa tadi ia melihat Lord Gavriel menyerang Lady Bona. Namun, kini sang tuan telah berbaring dengan wajah pucat di tempat tidurnya.

Lalu ketika Lady Bona membuka mata, gadis itu langsung terisak kuat bagaikan baru saja terselamatkan dari kematian.

Dua pelayan setianya, Damares dan Solyi tentu dibuat khawatir dan bertanya-tanya. Bahkan mengundang perhatian beberapa ras lycan untuk turut melihat keadaan sang Ratu.

"Ada apa, Lady?" tanya Solyi. Gadis ras gumiho terlihat panik melihat tuannya menangis tanpa henti.

Perasaan Lady Bona begitu campur aduk saat ini. Para pelayan setianya berada di sana. Memandang dirinya dengan khawatir. Kini ia telah kembali ke kamarnya yang dipenuhi dengan barang-barang mewah berlapis emas, barang yang dulu tak pernah ia syukuri dan berharap digantikan dengan barang yang lebih mewah daripada ini.

Namun, sekarang Lady Bona bahagia bisa melihatnya kembali. Lady Bona sadar bahwa kini ia harus mensyukuri apapun yang menjadi miliknya. Sebab setiap barang bahkan waktu itu sangat berharga.

Ratu Clan Akennaton itu tak bisa berucap apapun untuk mengekspresikan semua ini. Dia hanya bisa menangis. Sebab dirinya benar-benar baru saja terselamatkan dari kematian.

Damares tak ingin banyak tanya. Pria itu dengan sabar menyuapi ramuan raxil serta ramuan glad secara bergantian pada Lady Bona agar kondisinya kembali pulih sebelum kepulangan sang Raja.

Sementara Solyi dibantu dengan dua gadis ras manusia serigala, Eva dan Rebecca menyiapkan peralatan mandi untuk Ratu mereka.

Damares tersentak kala Lady Bona mencengkeram tangannya.

"Lord Gavriel..."

Lady Bona kelihatan kesulitan berbicara. Lidahnya tercekat seolah tertahan sesuatu. Gadis itu memegang leher kemudian susah payah meneguk liurnya yang sungguh pahit di ujung tenggorokan. Ratu Akennaton itu sadar bahwa kini kondisinya sama persis dengan Lady Alexandra.

Dia tak akan pernah bisa memberitahu siapapun perihal rahasia terbesar Raja dari Clan Dexter itu.

"Gelsy ada di Clan Dexter." Pada akhirnya hanya kalimat itu yang bisa tersampaikan.

Damares terkejut. Rasa bingungnya kian bertambah. "Apa yang sebenarnya terjadi, Nona?"

Perbincangan tersebut terpaksa harus berhenti kala Zinki datang. Pria itu membungkuk hormat pada sang Ratu.

Tak lama kemudian Solyi dan dua gadis lycan keluar dari kamar mandi.

"Semua sudah siap, Lady," kata Solyi kemudian membantu Lady Bona berdiri.

Lady Bona mengelap air matanya yang tak perlu ia sembunyikan lagi di hadapan para lycan. Sebab mereka memang sudah tahu identitas asli Lady Bona. Ia tersenyum pada mereka kemudian masuk ke dalam kamar mandi bersama Han Solyi.

"Tubuh Lady Bona sangat dingin. Apa yang terjadi?" tanya Eva pada Damares. Gadis itu sempat menyentuh kulit Lady Bona yang sungguh dingin. Bahkan nyaris menyelimuti seisi kamar jika saja hawa panas Clan Akennaton tak cukup kuat untuk mendominasi.

Damares hanya diam, tetapi dalam hati turut membenarkan.

Tak lama kemudian Gilbert datang membawa berita. "Lord Milson akan segera kembali."

Barulah Damares berkata, "Jangan beritahu apapun pada Lord Milson mengenai ini."

Satu hal pasti yang diketahui Damares; Lord Gavriel telah membawa tuannya dalam waktu yang cukup lama ke Clan Dexter.

●●●

Di malam hari setelah kebingungan menguasai, kesunyian akhirnya menghampiri dan kini telah mendominasi.

Lady Bona melempar dress kemudian jubah putih ke dalam perapian, membiarkannya musnah oleh api yang berkobar.

Sementara Damares dan Solyi mengawasi dari belakang. Mereka tentu tahu bahwa dua pakaian putih itu berasal dari Clan Dexter. Namun, mereka tak mau banyak bertanya. Biarlah Lady Bona sendiri yang menceritakannya. Sebab sepertinya Ratu Clan Akennaton itu masih terguncang.

"Aku melihat dosa Ibuku..."

Suara Lady Bona akhirnya mengusir kesunyian. Damares berdongak menatap sang Lady.

Ratu Clan Akennaton itu membuka telapak tangan. Manik mata birunya terlihat berkilau di kegelapan sang malam. Terdapat bola air dengan bentuk yang nyaris sempurna di atas tangannya. Bola air tersebut kemudian melayang lalu memadamkan api di dalam perapian.

"Lord Ladarius memperkosanya di bawah pengaruh Gelsy."

Lady Bona berbalik dengan mata berkaca-kaca. Hati Damares sungguh sakit melihatnya.

"Gelsy pasti punya alasan, Nona." Damares berusaha membuka jalan pikiran positif untuk menghilangkan kesedihan sang tuan.

"Dia sangat jahat padaku. Tak heran jika dia pergi di saat aku berada dalam masa sulit seperti ini," ujar Lady Bona. Binar kecewa terpancar jelas dalam kedua matanya.

"Ada aku, Lady. Aku akan selalu melindungimu. Aku akan selalu berada di sisimu," sahut Solyi. Kesedihan sang tuan tertular pada dirinya.

Lady Bona tersenyum dan berusaha untuk tak sedih di hadapan kedua pelayannya. Namun, sepertinya rasa sedih itu menolak pergi saat melihat sosok pria yang berdiri di balik kegelapan.

Damares dan Han Solyi langsung membungkuk begitu pria itu masuk ke dalam kamar.

Lady Bona menatapnya dengan gemuruh di dada. Pria itu hadir seolah siap untuk menjadi pelipur lara.

Tak ada yang berubah. Tatapan dan gerak-gerik tubuhnya pun masih sama. Selalu tertuju untuk Lady Bona seorang.

Pria itu, Lord Milson memberi senyuman yang sangat tipis pada Ratunya kemudian berkata, "Aku pulang."



TBC

Ehem, ini udah berapa purnama ya?

Maaf guys, baru muncul huhu. Aku emang lagi ada kesibukan dan mager bangettttt buat nulis

walaupun jutaan purnama pun pasti aku tetep lanjutin kisah anak-anak aku kok, kalau gak dilanjut ya palingan terbit doang

so, makasih ya buat kalian yang setia nungguin diabolus. sayang bgtt sampe ngedm di ig buat ngingetin up pun buanyak❤️

lord milson muncul, aku nepatin janji kan

see you di chapter selanjutnya

with love, dilla

Continue Reading

You'll Also Like

162K 932 15
cie kepo!! sabar ya ubah alur ubah judul wkwk
1.3M 130K 48
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
226K 11.4K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
998K 107K 63
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ’) โš  (PART KE ACAK!) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€...