Nerd Alpha | NOMIN

By jaexmnna

1M 133K 27.9K

Bagi semua orang, Lee Jeno adalah seorang Alpha lemah dengan penampilan culun yang menjijikan. a nomin fanfic... More

1 -U N O
2 -D O S
3 -T R E S
4 -C U A T R O
5 -C I N C O
6 -S E I S
7 -S I E T E
8 -O C H O
9 -N U E V E
10 -D I E Z
11 -O N C E
12 -D O C E
13 -T R E C E
14 -C A T O R C E
15 -Q U I N C E
16 -D I E C I S É I S
17 -D E D I E C I S I E T E
18 - D I E C I O C H O
19 -D I E C I N U E V E
20 - V E I N T E
21 - V E I N T I U N O
22 - V E I N T I D Ó S
23 - V E I N T I T R É S
24 - V E I N T I C U A T R O
25 - V E I N T I C I N C O
26 - V E I N T I S E I S
27 - V E I N T I S I E T E
28 - V E I N T I O C H O
29 - V E I N T I N U E V E
30 - T R E I N T A
32 - T R E I N T A Y D O S
33 - T R E I N T A Y T R E S
34 - T R E I N T A Y C U A T R O
35 - T R E I N T A Y C I N C O
36 - T R E I N T A Y S E I S
37 - T R E I N T A Y S I E T E
38 - T R E I N T A Y O C H O

31 - T R E I N T A Y U N O

7.9K 1K 63
By jaexmnna

Jeno mengetukkan ujung sepatunya di lantai marmer ruang tamu kediaman keluarga Lee. Sepasang jelaga nya mengedar ke sekitar, sedikit merasa heran karena tidak biasanya rumah megah milik kakeknya ini terlihat sepi. Biasanya akan ada banyak orang- mulai dari pekerja rumah hingga penjaga akan mondar-mandir melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

Saat ini ia sedang menunggu kakeknya yang tengah mengadakan rapat bersama beberapa orang yang diketahuinya sebagai kolega bisnis dari kakeknya di ruang kerja pribadi milih sang kepala keluarga Lee.

Sudut mata lelaki itu melirik kearah pintu besar yang berada di ujung lorong. Dari posisinya sekarang, ia masih bisa melihat pintu kayu besar dengan ukiran rumit itu masih tertutup dengan rapat dan belum ada tanda-tanda jika pintu itu akan terbuka.

Jeno menghembuskan nafasnya jengah, ketukkan ujung sepatunya mulai terdengar membentuk sebuah melodi untuk mengisi keheningan yang melingkupi ruang tamu luas itu. Ia kembali mengecek arloji di pergelangan tangannya- yang entah sudah ia lakukan beberapa kali. Sudah hampir dua jam ia menunggu, namun nampaknya beberapa orang di dalam ruang kerja kakeknya itu enggan untuk mengakhiri pertemuan mereka.

Seharusnya ia pergi bersekolah saja bersama Mark, namun kakeknya itu menahannya. Mengatakan jika ada hal penting yang ingin kakeknya itu diskusikan dengannya. Jeno pun menurut, lagipula tidak datang ke sekolah juga bukan masalah baginya. Tapi justru kakeknya malah membuatnya mati kebosanan.

Suara derit pintu yang terbuka disusul dengan gumaman samar dari beberapa orang yang mulai keluar satu persatu dari ruang kerja Tuan Lee itu membuat Jeno menegakkan posisi duduknya. Ia menoleh, dan benar saja, para orang tua itu baru saja mengakhiri rapat dadakan mereka.

Jeno mengulum bibirnya, mengulas senyum sopan sebagai sebuah formalitas kepada para kolega kakeknya. Dapat Jeno tangkap sinyal dari sang kepala keluarga Lee yang menyuruhnya untuk menunggu sebentar lagi karena kakeknya itu harus mengantar rekan-rekannya sampai ke pintu utama. Selang beberapa menit, presensi sang kakek mulai kembali terlihat dan menghampiri Jeno.

"Kau menunggu lama?" Nampaknya Tuan Lee tidak perlu jawaban atas pertanyaannya barusan, karena ekspresi bosan Jeno sudah terpampang begitu jelas di wajah tampannya hingga membuat kekehan renyah lolos dari bibir yang lebih tua. "Maaf, kakek kira rapatnya tidak akan berlangsung selama itu. Tapi karena ada banyak hal yang harus dibahas, jadi malah semakin memakan banyak waktu."

"Memangnya apa yang kalian bicarakan?" Tanya Jeno penuh dengan rasa penasaran setelah kakeknya itu mendaratkan bokongnya pada single sofa didepannya, Tuan Lee berdeham sejenak, "kakek membahas soal perluasan bisnis properti, dan kakek juga berencana membangun cabang baru di luar negeri." Jelas sang kakek secara singkat. Sedangkan lelaki yang berusia jauh lebih muda hanya mengangguk kecil beberapa kali, tidak berniat bertanya lebih lanjut karena ia tidak tertarik dengan pembahasan bisnis.

Tuan Lee merogoh saku jas nya untuk mengambil kotak rokoknya, mengambil sebatang lalu mengamit ujung batang nikotin itu diantara belah bibirnya sebelum menyalakan ujungnya yang lain dengan pemantik miliknya. Jeno memperhatikan tiap gerakan yang dibuat sang kakek, melihat bagaimana pria yang sudah berusia senja itu mulai menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan asap samar.

"Aku rasa kakek harus mengurangi mengonsumsi nikotin mengingat riwayat penyakit kakek."

Lalu setelahnya Tuan Lee tergelak begitu mendengar penuturan dari sang cucu yang terdengar ketus. "Akan ku pertimbangkan." Jeno mendengus, "kau berkata seperti itu juga minggu lalu." Balasnya yang membuat tawa Tuan Lee kembali pecah.

"Astaga, iya. Kakekmu ini akan mengurangi mengonsumsi rokok demi cucuku tersayang." Ujarnya sembari menjentikkan jarinya pada batang rokok miliknya diatas asbak untuk membuang abu yang menumpuk di bara rokok itu.

"Apa kau tidak ingin menandai Jaemin, Jen? Jika kau bisa menandainya, kau-"

"Maka aku akan memiliki kekuatan yang sangat besar." Potong Jeno cepat, lantas ia mendengus muak, " aku sudah mendengarnya berkali-kali, kek. Apa pentingnya hal itu? Apa aku tidak cukup kuat untuk membalaskan dendam orang tuaku? Kenapa pula aku harus menandai Jaemin? Aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi."

Tuan Lee menghela nafas, sedikit membenarkan posisi duduknya dan menatap lurus tepat pada sepasang onyx milik cucunya, "Queen Omega juga memiliki kekuatan yang tidak kalah besarnya dengan Elder. Apabila kau bisa menandai Jaemin, maka kau bisa menggunakan kekuatanmu sepenuhnya. Dan Jaemin juga akan patuh padamu. Hal itu akan semakin mempermudahkanmu, Jeno. Karena Jaemin tidak akan melawan atau balik menyerangmu."

"Aku tidak butuh Jaemin, kek. Aku bisa mengatasinya seorang diri." Jawab Jeno lugas, ia balas tatap pada sepasang manik gelap milik sang kakek yang mulai terlihat redup binarnya karena termakan usia. "Sebegitu bencinya kah kau pada Jaemin? Mate mu sendiri?" Tanya sang kakek dengan lembut.

Jeno mengangguk mantap, tidak ada keraguan disana. "Ya, aku tidak pernah sebenci ini pada seseorang. Keluarganya sudah turut serta membohongiku selama bertahun-tahun dan menjadi dalang atas kematian kedua orang tuaku. Jadi, kakek, aku tidak akan sudi untuk berhubungan dengan Jaemin lagi. Mau dia melawan atau menyerang balik padaku, aku tinggal melenyapkannya saja, kan?"

Tuan Lee terdiam, menciptakan keheningan untuk beberapa saat sebelum menyunggingkan seulas senyum tipis dan anggukan kecil beberapa kali. Oh, ini akan sedikit sulit.

Nampaknya ia harus melakukan sesuatu.

Waktu terasa berjalan begitu cepat dan sudah tidak terhitung pula seberapa lama Jaemin dan Jeno menjadi sosok asing seperti ini. Berkali-kali Jaemin berusaha mendekat, begitupula dengan Jeno yang akan mendorongnya menjauh. Hanya ada tatapan penuh kebencian yang selalu Jeno layangkan padanya, namun tak jarang pula sebuah perhatian-perhatian kecil Jeno berikan padanya meskipun secara tidak langsung.

Jaemin menyadari itu, jika perasaan itu masih ada. Jauh di dalam sana, di hati sang Alpha yang sudah mengeras layaknya batu. Masih ada cinta yang bersembunyi di balik kebencian Jeno padanya.

Sedangkan di sisi lain, Mark yang baru saja meninggalkan halaman sekolah dan menuju ke parkiran dimana mobilnya itu berada dibuat keheranan ketika melihat Jaemin yang berdiri seorang diri di depan sekolah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, sudah tidak ada murid-murid yang tersisa karena memang bel pulang sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Dan Mark harus terlambat pulang karena ada urusan dengan wali kelasnya.

Dengan sedikit berlari, Mark pun menghampiri Jaemin yang nampaknya belum menyadari keberadaannya. Dalam hati ia merutuki kecerobohan lelaki Na itu karena menunggu di depan sekolah seorang diri, yang berarti tidak ada yang menjaganya.

"Na Jaemin!" Serunya, sang pemilik nama pun menoleh dan melempar senyum simpul pada kekasih dari sahabatnya itu. "Oh, Mark? Kau belum pulang?"

"Aku baru saja ada urusan. Kenapa kau sendirian disini? Sopirmu belum menjemput?" Sebuah gelengan dari Jaemin adalah jawaban yang Mark dapatkan. "Aku sudah menghubungi sopirku sejak tadi, tapi ponselnya tidak aktif. Dan sekarang ponselku mati karena kehabisan daya." Jelas Jaemin sembari menunjukkan layar ponselnya.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu, bagaimana?" Tawar Mark yang langsung direspon dengan delikan Jaemin, "kau bercanda? Bagaimana jika ketahuan kakekmu jika kau sedang bersamaku?"

Mark berdecak kesal, "aku tidak peduli. Yang terpenting adalah kau, bagaimana jika kakek ku melakukan sesuatu padamu?" Dan benar saja, belum sempat Jaemin menjawab perkataan dari Mark, sebuah van hitam berhenti tepat di depan mereka.

Pintu terbuka, beberapa orang berbadan besar dengan masker yang menutupi wajah pun keluar. Alarm di kepala Mark berdering nyaring tanda bahaya, satu tangannya terulur di depan tubuh Jaemin- seolah melindungi Jaemin dan mencegah pria-pria berbadan besar itu mendekatinya.

Salah satu pria dengan bekas luka melintang di wajah sedikit berbisik pada pria bertattoo di sebelahnya yang Mark duga adalah ketua mereka. "Bukankah dia cucu nya? Bagaimana, ketua?" Tanya pria itu, sedikit menunjuk kearah Mark dengan dagunya yang menimbulkan raut bingung dari yang ditunjuk.

"Dia menyuruh kita membawa Queen. Siapapun yang menghalangi, habisi. Sekalipun dia adalah cucu nya." Titah mutlak itu dibalas dengan anggukkan dari beberapa pria lain yang langsung menerjang kearah Mark dan Jaemin.

Perkelahian tidak seimbang pun terjadi, Mark tidak henti-hentinya menerima pukulan dari dua orang yang mengepungnya, memisahkannya dari Jaemin yang juga nampak memberikan perlawanan walaupun Mark tau jika lelaki Na itu sedang kuwalahan.

Jaemin bukanlah seseorang yang lemah, ia juga mahir dalam bela diri dan mampu menghajar siapapun. Tapi di situasi seperti ini, Jaemin kalah telak. Orang-orang yang melawannya saat ini seperti sudah terlatih untuk melakukan kekerasan dan tidak segan jika targetnya bisa saja terbunuh. Pertahanan Jaemin lengah, lengannya dicekal dengan kuat sebelum akhirnya salah seorang pria yang mencekal lengannya itu kini berada di belakang tubuhnya.

Jaemin mengerang kala tangannya di tekan kuat di balik punggungnya. Sedangkan tubuh Mark terbanting ke tanah setelah sesuatu menghantam kepalanya dengan keras. Kepalanya terasa pening, pandangannya buram dan telinganya berdengung nyaring. Sialan. Ia berusaha mencari keberadaan Jaemin, sedikit menyipitkan mata untuk mempertajam pandangannya.

Disana Jaemin masih memberontak di dalam cekalan beberapa pria asing bertubuh besar. Jaemin dalam bahaya. Mark menggeram tertahan, berusaha bangkit namun lagi-lagi ia harus mendapat tendangan keras di perutnya yang membuatnya kembali tersungkur di trotoar.

Dapat ia dengar suara teriakan Jaemin yang menyerukan namanya walau samar karena telinganya yang masih berdengung. Mark meringkuk memegangi perutnya yang terasa ngilu luar biasa. Ia harus bertahan, ia harus melawan. Jika tidak, mereka akan mendapatkan Jaemin. Mark yakin seratus persen jika sekelompok pria yang menyerangnya ini adalah orang suruhan sang kakek. Dan jika kakeknya berhasil mendapatkan Jaemin

Maka di ambang kesadarannya, Mark kembali berusaha bangkit. Sebuah tendangan lagi-lagi dilayangkan padanya. Namun pada detik berikutnya, kaki berlapis sepatu boots itu berhasil ditahannya. Dengan menggunakan teknik bela diri yang sempat dipelajarinya dulu, Mark berhasil membanting satu pria itu.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Mark pun berdiri walau harus sedikit terhuyung karena tubuhnya yang terasa mati rasa. Melihat kondisi Mark yang sudah babak belur membuat percikan amarah Jaemin tersulut. Sepasang karamel miliknya mulai menunjukkan binar sebiru safir sebelum akhirnya kembali meredup ketika mulutnya di bekap dengan sapu tangan yang sudah di lumuri obat bius.

Melihat hal itu, Mark berteriak nyaring menyerukan nama Jaemin hingga satu pukulan mendarat di wajahnya yang sudah babak belur, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang dan membentur pagar sekolah mereka. Ia hendak melawan, hanya saja tubuhnya seolah membeku saat sosok yang amat dikenalinya itu keluar dari pintu penumpang van hitam yang mengangkut pria-pria sialan ini.

Dugaannya benar, ini semua ulah sang kakek.

"K-kakek.. kenapa?"

"Sudah kakek bilang, jangan ikut campur, Mark. Kenapa kau tidak mendengarkan kakek?" Terdapat intonasi penuh dengan kekecewaan disana, yang Mark yakini hanya dibuat-buat oleh Tuan Lee.

"Aku tidak akan membiarkan kakek membawa Jaemin begitu saja. Untuk balas dendam? Omong kosong. Semua ini hanya untuk tujuan kakek sendiri!" Mark hampir saja mendekat kearah sang kakek, namun pria berbadan besar itu menahan pergerakannya agar tidak semakin mendekat.

Tuan Lee menghela nafasnya, "rupanya kau tidak mendengar peringatan kakek dengan benar."

Mark mendengus remeh, menatap nyalang sang kakek dan masih berusaha untuk mendekat walau tubuhnya harus kembali membentur tembok pagar sekolah, "ancaman kakek bukan apa-apa bagiku."

"Kenapa? Kau kira kakek tidak sanggup untuk menyingkirkanmu?" Mark baru saja akan membalas perkataan sang kakek sebelum akhirnya sebuah kalimat yang tidak pernah ia sangka akan ia dengar justru keluar dari bibir Tuan Lee.

"Jangan naif, orang tuamu saja bisa kakek singkirkan dengan mudah. Apalagi boneka seperti dirimu."

Dan detik itu juga, Mark merasa dunianya berhenti seketika. Tubuhnya kembali mematung di tempat, bibirnya terkatup rapat, jantungnya berdegup kencang dan nafasnya kian memberat setelah menerima informasi yang rasanya tidak bisa diterima oleh otaknya.

Mark hanya mampu terdiam melihat sang kakek yang meninggalkannya masuk ke dalam van dan melenggang pergi. Meninggalkan sang cucu yang hatinya hancur lebur setelah mengetahui fakta jika orang yang telah membunuh orang tuanya adalah kakeknya sendiri. Seseorang yang selama ini ada di dalam jangkauannya.








Tbc.

Haloo! Maaf ya update nya lama banget huhu soalnya aku harus ngerapihin plotnya lagi karena jujur aku agak lupa😔

Anw maaf ya kalo penulisannya agak berantakan karena masih kaku setelah sekian lama ga nulis lagi:"

Dan gimana Nerd Alpha menurut kalian sejauh ini?

Continue Reading

You'll Also Like

67.4K 3.6K 20
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
1.2M 62.6K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
950K 77.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
95.7K 7.1K 49
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote