Diabolus

By Dillaft

577K 86.6K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Forty Two: Mystery Of The South

4.5K 866 195
By Dillaft

Lima hari telah berlalu. Pada akhirnya Lady Bona memilih kembali ke Clan Dexter. Memangnya ke mana ia harus kabur sementara dunia alam bawah seperti tak berpenghuni?

Dikurung bukan menjadi yang pertama kali bagi Princess Clan Asten itu. Namun, sekarang rasanya sungguh sepi dan lebih melelahkan. Toni pernah mengatakan bahwa Lady Bona boleh jalan-jalan ke mana saja, asalkan tak mendekati area larangan di istana. Pemimpin ras vampire itu bersedia menemaninya ke manapun yang dia inginkan.

Namun, setelah mengingat cerita Latia membuat Lady Bona malas berurusan dengannya. Selain itu, Lady Bona belum mau menampakkan diri, takut bila berpapasan dengan Lord Gavriel yang entah ingin membunuhnya atau tidak.

Kekesalan menggunung yang tak tertahan membuat Lady Bona memberi beberapa julukan pada Gavriel Dexter, yaitu; raja keparat, diabolus introvert, setan bajingan, kakek-kakek sialan. Ah... tapi, Lady Bona lebih senang memanggilnya raja keparat. Entah ke mana keparat itu. Toni mengatakan bahwa menghentikan waktu butuh energi yang sangat banyak. Sehingga Lord Gavriel sedang beristirahat.

Lantas Lady Bona bertanya-tanya, kenapa tidak istirahat di neraka saja?

Beberapa waktu yang terlewatkan Lady Bona gunakan untuk memantau. Clan Dexter merupakan satu-satunya clan dengan istana megah yang begitu indah di dunia alam bawah. Bahkan jauh lebih indah daripada istana putih Clan Akins. Diabolus-diabolus Dexter pun memiliki wajah yang rupawan. Bahkan pelayan atau pengawal mereka bergaya seperti seorang bangsawan.

Satu persatu penghuni istana sudah bisa bergerak. Mereka melakukan aktivitas layaknya seperti biasa, tanpa mengetahui apa yang telah diperbuat oleh si raja keparat pada mereka.

Sebenarnya Lady Bona tak diperlakukan seperti tahanan di Clan Dexter. Setiap Lady Bona bangun tidur, sudah ada beberapa pelayan yang menyambut untuk membantunya mandi, menyiapkan pakaian bahkan membantunya berdandan.

Mungkin tak lama lagi seorang pelayan akan membawakan makanan. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk.

"Silakan masuk." Lady Bona menghela napas. Sudah dia duga.

"Selamat siang, Lady." Bukan pelayan yang muncul kali ini, melainkan Toni. Pria berwajah pucat itu membawa nampan berisi steak daging yang sungguh menggugah rongga hidung Lady Bona.

"Saatnya makan siang," ujar Toni dengan senyuman lebar hingga memperlihatkan gigi taringnya.

"Terima kasih," jawab Lady Bona singkat tanpa menoleh. Gadis ini masih menaruh kekesalan pada pria vampire itu.

Toni kemudian dengan gaya ala bangsawan terhormat mulai menjelaskan, "Daging sapi ini di impor langsung dari salah satu restaurant bintang lima di dunia manusia. Steak ini dibuat oleh chef Arnold, cicit keturunan Valeriant yang tentunya merupakan pria dengan lulusan terbaik dari universitas paling bergengsi di dunia manusia sehingga cita rasa masakannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Tingkat kematangannya berada di suhu--"

"Apakah aku harus merasa terhormat diperlakukan seperti ini?" tanya Lady Bona memotong perkataan Toni, "mengingat aku hanya seorang tahanan," katanya kemudian dengan sedikit tersenyum.

Toni memasukkan tangan ke dalam saku celana, "Jadi, kau sudah bicara dengan Latia?" tanyanya menduga setelah menyadari sorot kesal Lady Bona padanya.

"Tak seharusnya kau berbuat baik padaku setelah apa yang kau lakukan pada Ibuku. Aku lebih suka jika kau berhenti basa-basi dan meninggalkanku sendiri."

Toni tertawa. "Oh, ayolah, Lady. Kami para vampire akan melakukan apapun untuk bertahan hidup. Termasuk melindungi makanannya," katanya dengan seringaian lebar.

Ironis bagi keturunan Valeriant. Hidup mereka yang penuh akan pengorbanan tak pernah dikenang sebagai tanda jasa. Melainkan hanya sebagai makanan dari ras immortal yang tak bernyawa.

"Aku sampai penasaran apakah seratus tahun yang lalu hanya ada satu gadis Valeriant di Clan Dexter," ujar Lady Bona.

Toni maju beberapa langkah ke depan untuk mengikis jarak di antara mereka. Membuat Lady Bona cukup merasa terintimidasi, tetapi ia tak gentar. Gadis itu mengangkat dagu untuk menunjukkan keberanian.

"Apa yang menjadi hidangan utamamu selama kau hidup, Lady? Ah... aku tebak pasti hanya ikan," kata Toni dengan sedikit berbisik.

Lady Bona mengepalkan tangan mendengar hinaan pria itu. Padahal tebakannya memang benar.

"Cobalah sedikit steak daging ini, maka kau akan tahu bahwa tak semua cita rasa makanan itu sama." Toni tersenyum lalu kembali mundur untuk menciptakan jarak. Pria itu mencoba untuk kembali bersikap ramah saat di rasa Sang Lady tampak marah.

"Mamakan makanan lezat itu termasuk seni bertahan hidup. Seninya terletak pada rela melakukan pengorbanan. Semua orang pasti memiliki makanan kesukaan. Bahkan ras diabolus. Seperti Lord Gavriel, atau pendampingmu mungkin," ujar Toni.

Lady Bona duduk membelakangi Toni sembari memasukkan ujung sapu tangan di kerah dress putihnya.

"Waktu kembali berjalan, Lady, tapi hanya di Clan Dexter. Diabolus Dexter sudah beraktivitas seperti biasa. Kau bisa keluar kamar untuk berbaur sesekali bersama para bangsawan."

"Aku tidak tertarik," jawab Lady Bona cuek.

"Lord Gavriel hanya ingin aku menyampaikan ini."

"Kenapa tidak dia sampaikan sendiri? Apa dia tidak punya mulut?"

"Lord Gavriel masih beristirahat. Dia memerlukan banyak tenaga untuk bisa berkegiatan seperti semula."

Lady Bona mendelik. "Wajar saja pria berumur tujuh belas ribu tahun butuh istirahat banyak. Rajamu itu Kakek sepuh!"

Toni tersenyum mendengarnya. Pria itu sedikit membungkuk, "Selamat menikmati makan siangmu, Lady," katanya lalu meninggalkan kamar.

Lady Bona kemudian mencicipi sepotong steak daging sapi yang katanya cita rasanya tak perlu diragukan lagi. Gadis itu mengunyah perlahan kemudian menelan potongan daging yang terasa lembut di lehernya itu.

Lady Bona terdiam sejenak. Ia tak bisa membohongi lidahnya. Steak daging sapi itu memang jauh lebih lezat daripada ikan.

●●●


Di sore hari, setelah melawan rasa gengsi yang cukup memalukan jika diakui, Lady Bona akhirnya keluar dari kamar untuk berbaur dengan diabolus-diabolus Dexter. Gadis itu berulang kali tersenyum canggung kala para pelayan membungkuk hormat padanya. Sementara di lantai bawah beberapa bangsawan terlihat membentuk kelompok untuk berbincang.

Lady Bona lantas mendekati mereka dan mencoba untuk menyapa. Ia telah memasang senyum. Bahasa tubuhnya pun sudah tampak ramah. Namun, semua itu buyar kala mengenali salah satu bangsawan dalam kelompok perbincangan tersebut. Keduanya sontak terkejut.

"Apa yang dilakukan seorang Akennaton di sini?" Salah satu bangsawan itu, ialah Lady Helena.

Rupanya saat Lord Gavriel menghentikan waktu, Ratu Clan Akins itu sedang berada di Clan Dexter. Kenyataannya Lady Helena memang sering menghabiskan waktu di sana agar bisa bersekutu dengan sang raja es untuk membalaskan dendam kesumatnya pada Lord Milson. Sayang setelah tiga bulan berlalu, penantian Lady Helena belum juga berbuah manis.

Alis Lady Bona terangkat, mencoba untuk terlihat biasa saja. "Bukankah aku yang seharusnya bertanya apa yang sedang dilakukan budak Akennaton di sini?"

Lady Helena terlihat marah. "Kau seharusnya malu dengan dirimu, Lady Bona. Kau begitu marah saat Lord Milson kuhina-hina tempo hari. Kau berlagak setia, tapi lihatlah dress-mu sekarang. Kau mengkhianati Rajamu!" katanya mengejek sembari melihat dress putih polos yang dikenakan Lady Bona. Bahkan matanya terpaku pada tanda kecupan merah di leher gadis itu.

"Jaga mulutmu, Lady Helena!" Lady Bona mulai terpancing emosi.

Salah satu bangsawan menghampiri lalu mencoba untuk menengahi. Dia Lady Alexa, yang terpaksa selalu mengekori Lady Helena atas perintah kakaknya, Lord Gavriel.

"Lady Bona..." Lady Alexa merangkul tangannya. Gadis berjulukan princess buruk rupa itu mencoba mengajaknya untuk pergi darisana. Sebab ia tahu jika meladeni gadis berperangai buruk seperti Lady Helena tidak akan ada habisnya.

"Mungkinkah Milson Akennaton akan mengamuk untuk yang kedua kalinya?" Lady Helena tertawa. Mencoba mengajak bangsawan lain untuk menggunjing Lady Bona.

"Menyenangkan bagimu, huh? Andai saja aku melihat saat kau mencium kaki Lord Milson, pasti aku akan ikut tertawa dan bernostalgia bersamamu," desis Lady Bona.

"Dexter bukan tempat yang tepat bagimu untuk sombong, gadis Akennaton sialan!" hardik Lady Helena.

Lady Bona mengepalkan tangan. Ia tahu bahwa Lady Helena sengaja menekan kata Akennaton agar semua bangsawan di sana mendengarnya. Ratu Clan Akins itu mencoba menggiring kemarahan Diabolus Dexter sebab Akennaton adalah musuh mereka. Setidaknya dari penculikan ini, Lady Bona bisa tahu bahwa Clan Akins telah mengkhianati Clan Akennaton.

"Apa yang kau lakukan, Alexa?" Lady Helena menarik kasar tangan Princess Clan Dexter itu agar menjauh dari Lady Bona. Ia ingin semua diabolus di sana berada di pihaknya. Terlebih Lady Alexa seorang princess.

Memalukannya, Lady Alexa kembali mendekat dan malah bersembunyi di belakang Lady Bona. Lady Alexa mana betah berteman dengan gadis bermuka dua. Sebab Lady Helena hanya bersikap baik padanya jika di hadapan Lord Gavriel.

"Mari kita lihat sudah sejauh apa pengaruhmu di Clan Dexter, Lady Helena. Semoga bukan jalang yang terhormat." Lady Bona melemparkan pandangan menghina lalu pergi bersama Lady Alexa. Tanpa peduli dengan sumpah serapah Lady Helena di belakang.

"Senang b-bertemu kembali denganmu, Lady," kata Lady Alexa gugup. Ia berusaha mengimbangi langkah Lady Bona yang buru-buru menaiki tangga.

Di anak tangga teratas, Lady Bona akhirnya buka suara. Dengan kekesalan tertahan ia bertanya, "Memangnya apa yang salah dengan dress-ku, Lady Alexa?"

Lady Alexa terlihat ragu menjawab. Gadis dengan riasan tebal itu malah menunduk untuk menghindari tatapan Lady Bona.

Lady Bona menghela napas, "Tak apa, Lady. Aku tidak akan memaksa," katanya. Ia mencoba tersenyum untuk meredakan rasa gugup Lady Alexa.

Namun, tindakannya itu justru membuat Lady Alexa buka suara. "Dress putih polos identik dengan calon selir raja di clan kami, Lady," katanya gugup.

Senyuman Lady Bona sontak memudar. Fakta itu sungguh memancing kobaran amarah dalam dirinya. Lady Bona berlalu meninggalkan Lady Alexa tanpa sepatah katapun. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Lady Alexa buru-buru ikut masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu. Ia tampak panik kala Lady Bona mengambil pisau kemudian merusak dress putihnya.

Lady Bona menangis sejadi-jadinya. Penat di kepala atas penculikan dirinya hingga kenyataan bahwa Clan Akins mengkhianati Clan Akennaton membuatnya begitu marah. Namun, Lady Bona masih bisa menahan diri untuk itu. Tetapi, fakta satu ini sungguh membuatnya ingin meledak-ledak. Lady Bona ingin marah. Naas, yang sanggup dia lakukan sekarang hanya menangis.

Raja keparat itu! Berani-beraninya dia melakukan ini pada dirinya. Lady Bona merasa seperti jalang yang diperlakukan secara terhormat.

"Cukup, Lady! Kau bisa melukai dirimu!" ujar Lady Alexa panik.

Lady Bona merobek dress-nya dengan kasar hingga hanya menyisakan pakaian dalam. Gadis itu kemudian membuka lemari dan menemukan puluhan dress putih serupa di dalamya. Kekesalan Lady Bona lantas semakin menjadi.

Saat tangisannya mulai mereda, Lady Bona duduk terdiam di tepi tempat tidur. Kini Lady Alexa pun tahu bahwa dirinya seorang half diabolus. Namun, persetan. Ia meyakini bahwa adik dari Si raja keparat itu pasti telah mengetahuinya lebih dulu dan sudah dapat dipastikan jika Lord Gavriel yang memberitahunya.

"Sudah berapa lama waktu berhenti, Lady?" Alexa buka suara saat dirasa Lady Bona sudah mulai tenang.

Lady Bona menatapnya terkejut, "Kau mengetahuinya?"

Lady Alexa mengangguk pelan. Tentu saja Alexa tahu. Lady Bona hadir terlalu tiba-tiba jika berdasarkan versi ingatannya. Sebagai adik, ia tahu betul kekuatan yang dimiliki oleh Lord Gavriel.

"Sudah lima hari. Apa kau tahu sesuatu?" jawab Lady Bona.

Lady Alexa tampak berpikir.

"Kau tahu alasan mengapa Lord Gavriel menculikku?" tanya Lady Bona kembali.

Lady Alexa terlihat kesulitan untuk menjawab. Kegusaran jelas terlihat di wajahnya.

Lady Bona cukup lama menunggu. Entah apa yang terjadi pada Lady Alexa. Gadis itu terlihat tersiksa bahkan hanya untuk membuka mulut ia tak mampu.

"Kau baik-baik saja?" Lady Bona mulai khawatir.

Lady Alexa mengeluarkan suara tak jelas. Detik demi detik berlalu seolah menjadi neraka baginya. Raut wajahnya jelas menunjukkan rasa sakit. Semakin Lady Alexa berusaha menggerakan bibir, semakin tersiksa pula ia.

Tatapannya bak meraung meminta pertolongan. Suaranya terdengar semakin kacau. Lady Alexa tampak sesak napas bak dicekik makhluk astral.

Lady Bona mulai ketakutan. Sementara Lady Alexa menangis. Air mata hitamnya berjatuhan hingga mengotori gaun indahnya.

Lalu saat suasana berubah semakin mencekam, muncul sosok berjubah hitam di belakang Lady Alexa. Sosok itu memiliki luka bakar yang begitu mengerikan di separuh wajahnya. Lady Bona terkejut. Dia Gelsy.

Anehnya, Lady Bona seperti mati kutu dan tak tahu harus mengatakan apa.

Gelsy menggerakkan bibir, tak bersuara. Namun, suara penyihir itu menggema di kepalanya.

"Jangan coba cari tahu..."

Lalu tubuh Gelsy perlahan memudar lalu menghilang bak ditelan angin. Tak lama setelah itu, Lady Alexa jatuh pingsan.

Kemudian pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Yesica, "Apa yang terjadi?"

●●●


Kemunculan Gelsy membuat beban pikiran Lady Bona bertambah sehingga menyebabkan tanda tanya besar bersarang di kepalanya. Pertanyaan yang paling membingungkan, ialah apa maksud perkataan Gelsy? Oh, bukan. Yang lebih membingungkan, apa yang Gelsy lakukan di Clan Dexter? Pelayan setianya itu tiba-tiba menghilang lalu di antara banyaknya kesempatan, mengapa Gelsy selalu memilih menampakkan diri di depan Lady Bona saat dirinya berada di Clan Dexter?

Pertama, di bawah laut Clan Dexter. Hari ini di dalam istana. Kejadian tersebut membuat Lady Bona bersugesti bahwa ada misteri tersembunyi di clan elemen es ini.

Lady Bona sangat mengenal baik karakter Gelsy. Pelayannya itu memang selalu memperingatinya untuk menjauh dari marabahaya. Namun, Gelsy selalu lupa bahwa tuannya sangat ceroboh dan keras kepala. Semakin besar dampak dari suatu larangan, maka Lady Bona akan semakin mendekatinya.

Seperti yang dia lakukan sekarang; mengelilingi istana Clan Dexter untuk mencari kamar Lady Alexa. Mungkin gadis itu sudah siuman dan dapat memecahkan teka-teki di kepalanya.

Selain itu, kejadian tadi sore juga cukup membuat Lady Bona khawatir pada Princess Clan Dexter itu. Pasalnya sebelum beberapa pengawal membawa Lady Alexa pergi, Yesica hanya mengatakan bahwa gadis itu memang sedang sakit sejak beberapa minggu terakhir.

Waktu menunjukkan larut malam tiba. Situasi dalam istana lumayan gelap gulita. Dinding-dinding kristal yang berkilau pun tak cukup untuk menjadi penerang. Terlebih istana Clan Dexter yang sangat luas membuat Lady Bona kewalahan. Ke mana perginya para pelayan? Tak ada satupun seseorang yang bisa ditanyakan mengenai letak kamar Si putri buruk rupa itu.

Di bagian barat istana, Lady Bona akhirnya melihat beberapa pelayan lalu menghampiri mereka. Namun, mereka menjadi patung. Lantas Lady Bona bertanya-tanya, apa Lord Gavriel kembali menghentikan waktu?

Di tengah-tengah kebingungan, Lady Bona mendengar suara langkah kaki. Bona kemudian bersembunyi saat melihat Toni dari kejauhan. Pemimpin ras vampire itu datang bersama puluhan gadis. Yang kemudian Lady Bona bisa tahu bahwa gadis-gadis itu adalah ras diabolus setelah melihat tanduk mereka.

Toni mengarahkan mereka menuju bagian selatan istana Clan Dexter. Dahi Lady Bona sontak mengkerut, untuk apa? Padahal Toni sendiri pernah mengatakan padanya untuk tidak mendekati area terlarang di istana, dan area itu adalah sisi selatan.

Bona Asten dengan kecerobohannya pun kembali. Gadis itu mengendap-endap mengikuti mereka. Meskipun, adrenalinnya sudah memperingati untuk tidak ikut campur dan segera lari darisana, tetapi rasa penasarannya lebih tinggi jika harus dibawa tidur.

Berulang kali Lady Bona bersembunyi dibalik dinding jika Toni berbalik was-was. Namun, pada akhirnya Lady Bona berhasil mengikuti mereka sampai ke bagian selatan istana.

Lady Bona dibuat terpukau dengan dekorasi area terlarang istana ini. Barang-barang yang ada di dalamnya terbuat dari berlian. Dinding-dindingnya pun memantulkan kilauan kristal yang begitu indah.

Lady Bona buru-buru masuk ke dalam sebuah ruangan saat hampir saja dipergoki oleh Yesica. Gadis itu kemudian mengintip dari cela pintu.

"Di mana Tuan?" Toni buka suara.

"Sabar, Lord Toni yang terhormat. Tuan akan segera datang," kata Yesica dengan nada mengejek. Beruntung, suara mereka bergema sehingga Lady Bona bisa mendengar perbincangan mereka, meski berada di jarak yang cukup jauh.

Yesica terlihat mendekati para gadis. Suara tawanya yang terdengar mengerikan membuat Lady Bona cukup merinding. Ia menyaksikan Yesica menjilat wajah mereka satu persatu tanpa rasa takut sedikit pun. Setelah diperhatikan baik-baik, Lady Bona baru menyadari bahwa mata mereka sepenuhnya putih. Menandakan bahwa gadis-gadis itu berada di bawah pengaruh sihir.

Yesica meludah. "Aku selalu tidak suka dengan gadis-gadis diabolus. Rasa mereka tidak enak! Hanya Lady Bonaku tersayang yang rasanya pasti manis," katanya.

"Oh, benarkah? Mungkin aku bisa mencicipi sedikit darahnya untuk memastikan perkataanmu." Toni menyeringai.

"Lalu Lord Gavriel akan menginjak-injak leher jalang manusiamu itu." Giliran Yesica yang menyeringai saat Toni menggeram.

Pandangan Lady Bona teralihkan oleh sebuah buku yang berada di tengah-tengah aula. Buku tersebut melayang dan di simpan dalam sebuah kotak kaca. Cahaya yang keluar dari sampul bukunya membuat Lady Bona tahu bahwa buku tersebut adalah Buku Hereditario. Buku yang ia cari-cari selama ini.

Buku Hereditario adalah buku yang dengan sendirinya menulis masa hidup raja-raja dari setiap clan beserta keturunannya. Buku tersebut hanya disimpan oleh clan besar. Pantas saja ia tak menemukannya di Clan Akennaton, rupanya buku tersebut ada di Clan Dexter.

Mendiang ayahnya, Lord Ladarius pernah mengatakan bahwa nama dan identitas Lady Bona pasti tercatat di buku itu. Itulah sebabnya Lady Bona berniat mencari buku tersebut untuk merobek lembaran yang menyebutkan namanya.

Lantas Lady Bona kembali bertanya-tanya, apa Lord Gavriel mengetahui identitasnya dari buku Hereditario?

"Lord..."

Suara Yesica membuyarkan lamunan Lady Bona. Yang dinanti-nanti akhirnya menampakkan diri. Lord Gavriel masuk ke dalam aula. Sehingga Yesica dan Toni langsung membungkuk hormat.

"Aku telah menyiapkan semuanya untukmu, Lord," ujar Toni.

Lord Gavriel membuka tudung jubah putihnya. Sehingga Lady Bona bisa melihat wajah dingin nan tak berperasaan raja keparat itu. Wajah Lord Gavriel tampak begitu pucat. Pria itu terlihat begitu lelah bak energinya telah dikuras habis.

Lord Gavriel kemudian menatap gadis-gadis diabolus di depannya. Tatapannya sungguh nyalang seolah membidik mangsa. Situasi menjadi semakin membingungkan kala Lord Gavriel mengangkat tangan sehingga gadis-gadis itu yang tadinya terdiam, kini bergerak membentuk sebuah lingkaran untuk mengelilinginya.

Toni mengeluarkan belati kemudian mengiris leher salah satu gadis di sana. Darah hitamnya seketika bercucur membasahi lantai.

Lady Bona semakin bingung dengan apa yang dilihatnya. Terlebih saat Yesica menekan luka di leher gadis itu hingga tangannya berlumuran darah hitam. Yesica kemudian mengelilingi para gadis dan membiarkan lumuran darah hitam di tangannya berjatuhan hingga membentuk sebuah lingkaran.

Situasi berubah mencekam saat Lord Gavriel mencekik salah satu gadis hingga tubuhnya terangkat. Hal mengerikan pun terjadi. Lantai istana bergemuruh. Yesica mulai menyanyikan lagu siren dan disahut oleh sesama rasnya di laut terdalam.

Raja Clan Dexter itu membuka mulutnya lebar-lebar. Membiarkan cahaya-cahaya yang berasal dari tubuh gadis itu masuk ke dalam mulutnya. Lady Bona sontak terkejut setengah mati. Kakinya mulai gemetaran bersamaan dengan ribuan penyesalan setelah menyaksikan kengerian ini.

Lord Gavriel menghisap jiwa gadis itu.

Lady Bona menyaksikan perubahan fisik dari Si gadis tak bersalah itu. Kulitnya berubah menjadi sangat keriput. Tubuhnya pun membungkuk. Bahkan melemas seperti tak bertulang. Lalu saat jiwanya sepenuhnya habis, gadis itu terjatuh tepat di bawah kaki Lord Gavriel.

Kini Lord Gavriel tak lagi berwajah pucat. Bahkan tubuhnya terlihat semakin menegap.

Lady Bona mulai menangis di tempat persembunyiannya. Debaran jantungnya semakin tak karuan. Perasaannya semakin tak enak. Bahkan kepalanya terasa begitu pusing. Gadis itu menutup mulutnya takut saat menyaksikan Lord Gavriel kembali menghisap jiwa-jiwa para gadis.

Lady Bona menatap korban-korban yang berjatuhan. Kondisi mereka sangat mengerikan. Terlihat seperti menua. Kemudian saat ada satu di antara mereka yang masih bergerak, Yesica langsung menebas kepalanya hingga tak bernyawa.

Lord Gavriel kembali mencekik mangsa terakhirnya. Pria itu menghisap kuat jiwa gadis itu hingga matanya membulat sempurna. Urat-urat hitam keluar mencuat dari kulitnya. Sang korban terlihat kesakitan. Ia mencakar-cakar tangan Lord Gavriel yang sama sekali tak berefek apapun bagi sang raja. Lalu perubahan fisiknya pun mulai terlihat.

Lady Bona mengalihkan pandangan setelah di rasa tak lagi kuat untuk menyaksikan. Gadis itu duduk meringkuk dan sekuat tenaga menahan isak tangis.

Lady Bona tak bisa mengontrol rasa takutnya. Ia menutup mulut rapat-rapat dengan tangannya yang gemetar hebat.

Lalu saat Lady Bona melihat sepasang sepatu di depan pintu, jantungnya terasa seperti ingin berhenti. Ratu Akennaton itu kemudian berdongak dan langsung bertemu pandang dengan iris kuning gelap milik Lord Gavriel.

Lady Bona berteriak sekencang mungkin. Raja Clan Dexter itu ingin menerkamnya.


TBC

Halo gengs, masih betah aja saya nongkrong di wattpad. Tumben ya, saya aja heran

Meskipun mager up, tapi semua cerita aku ditamatin Insya Allah. Siapa tau diabolus naik cetak juga ihiw

Jadi, gimana menurut kalian chapter ini?

Btw scene gavriel itu aku terinspirasi dari film Snow White and The Huntsman. Yang scene nenek sihirnya ituloh. Pasti tau deh kalo udah nonton

Pasti abis ini banyak yg ngejekin, idih si gapril kakek kakek sihir

Kapal Bona-Gavriel masih aman ga? :p

See you

Dilla

Continue Reading

You'll Also Like

386K 1K 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
655K 54.1K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
280K 24K 22
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
228K 25K 28
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...