ANXI EXTENDED

By wins1983

52.2K 15.6K 2.8K

Raesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu... More

Prakata
198 - Paket Untuk Ilyasa
199 - Kabar Buruk di Pagi Hari
200 - Pesan Terakhir
201 - Madad
202 - Madad
203 - Reuni Akbar
204 - Reuni Akbar
205 - Reuni Akbar
206 - Reuni Akbar
207 - Wasiat
208 - Kak Yunan Datang
209 - Makan Malam
210 - Raihan Menginap
211 - Di Balik Pintu
212 - Gelisah
213 - Di Balik Pintu
214 - Yang Pergi & Yang Hepi
215 - Pindah
216 - Kajian Subuh
217 - Hati
218 - Khidmah
219 - Toleransi
220 - Empat Puluh Hari
221 - Tsurayya
223 - Halal
224 - Daebak!
225 - Konferensi
226 - Channel Y*utube
227 - Back to Paris
228 - Back to Paris
229 - Discussion Ouverte
230 - Discussion Ouverte
231 - Shopping
232 - Otw Jepang
233 - Elaine Lham
234 - On Site
235 - Birmingham
236 - Birmingham
237 - Handsworth
238 - Ghibah
239 - Ismail Ahn
240 - Raihan Rayya
241 - Makar
242 - Kunjungan ke Tempat Suluk
243 - Tour de Tempat Suluk
244 - Ziarah
245 - Jagain
246 - Rumah Raesha
247 - Kangen
248 - Viral
249 - Pecat
250 - Menjelang Kedatangan Elaine
251 - Elaine Datang!
252 - Delhi
253 - Delhi
254 - Keterangan
255 - Teh & Kopi
256 - Pasca Delhi
257 - Surat Ancaman
258 - Geneva
259 - Musik
260 - Teroris
261 - Piramid
262 - Hilang
263 - Gurun Pasir
264 - Perjalanan
265 - Mobil Sport
266 - CURAS : Curcol bersama Ustadzah Raesha
267 - Antar
268 - Brussels
269 - Brussels
270 - Brussels
271 - Berita
272 - Rumah Sakit
273 - Sadar
274 - Manis
275 - CCTV
276 - Undangan
277 - Otw Jakarta
278 - The Sultan
279 - Tim Jaga
280 - The Sultan
281 - Ballroom
282 - Ballroom
283 - Ruang Sempit
284 - Ruang Sempit
285 - Ruang Sempit
286 - Terkuak
287 - Terkuak
288 - Ruang Sempit
289 - Musibah
290 - Kritis
291 - Kritis
292 - Rekaman
293 - Do'a
294 - Buntut Rekaman
295 - Keributan Online
296 - Konferensi Pers
297 - Menjelang Subuh
298 - Obat
299 - Up Close With Syeikh Yunan Lham
300 - Infus
301 - Maaf
302 - Tukar
303 - Badai di Persimpangan
304 - Terapi
305 - Segelas Jeruk
306 - Telepon
307 - Arsenik
308 - Jenguk
309 - Syahid
310 - Pergi
311 - ICU
312 - Do'a
313 - Wasiat
314 - Wasiat
315 - Wasiat
316 - Wasiat
317 - Claire
318 - Claire
319 - Menjelang Subuh
320 - Pulang
321 - Dua Duka
322 - Dua Duka
323 - Dua Duka
324 - Dua Duka
325 - Tanah
326 - Duka
327 - Duka
328 - Duka
329 - Hari Pertama
330 - Pergi
331 - Konfirmasi
332 - Sepuluh Detik
333 - Video Call
334 - Duka
335 - Surat
336 - Surat
337 - Surat
338 - Tiga Hari
339 - Tersangka
340 - Video Call
341 - Stress
342 - Musibah Beruntun
343 - Auto-Ambyar
344 - Pelantikan
345 - Pelantikan
346 - Pelantikan
347 - Hati-hati
348 - Hibah
349 - Dua Bulan
350 - Dua Bulan
351 - Dua Bulan
352 - Menginap
353 - Girls Time
354 - Madu dan Racun
355 - Musibah
356 - Manusia Terbaik
357 - Rindu
358 - Pertunangan
359 - Cantik
360 - Ikatan
361 - Jalan-jalan
362 - Jalan-jalan
363 - Jalan-jalan
364 - Jalan-jalan
365 - Jalan-jalan
366 - Jalan-jalan
367 - Rahasia
368 - Curiga
369 - Bahagia
370 - Pamit
371 - Pamit
372 - Back to Normal
373 - USG
374 - USG
375 - Studio
376 - Studio
377 - Cemburu
378 - Salon
379 - Palm Court
380 - Palm Court
381 - Otw Jakarta
382 - Mogok
383 - Perjalanan
384 - Malik
385 - C.i.n.t.a
386 - Takut
387 - Maksa
388 - Taman Bermain
389 - Waspada
390 - Benar
391 - Jangan Kamu
392 - Ambyar
393 - Pengorbanan
394 - Jantan
395 - Kabar Duka
ANXI Extended 2 Sudah Publish!

222 - Ilyasa Pulang

241 92 32
By wins1983

.

.

"Tante cantikmu itu nanti malam bobok sama Om!!"

.

.

***

Pintu masuk terminal kedatangan internasional ramai sejak pagi. Beberapa spanduk ucapan selamat datang, dengan foto terbaru Ilyasa di sana, terpampang lebar, dipegangi oleh beberapa fans berat Ilyasa yang kini sudah bergelar sarjana ilmu agama dari Kairo.

Marhaba, Oppa Ilyasa! Selamat datang di tanah air!

Welcome, Oppa! We miss u so much! Kami menantikan tayangan dakwah Ustaz Ilyasa!

Demikian beberapa tulisan spanduk itu.

"Gimana kesan-kesannya, sebagai fans garis kerasnya da'i Oppa Ilyasa, sehubungan rencana kedatangan Oppa siang ini di bandara Soetta?" tanya salah satu wartawati pada seorang gadis berhijab seleher.

"Aaaaak!! Aku excited bangeets! Dari semalem susah tidur, ciin!" remaja itu jejeritan.

"Kamu udah lihat Oppa versi terbaru yang waktu itu tayang dari asrama mahasiswa di Kairo?" tanya wartawati berambut pendek itu, sambil menyodorkan mic.

"Iyaa! Aku syok pas liat Oppa rambutnya kok jadi gondrong gitu!!" remaja yang gerak-geriknya bagai cacing kepanasan itu, kini menutup muka.

"Menurutmu, cakep mana, Oppa yang rambut pendek atau gondrong kayak sekarang?"

"FIX cakepan sekarang! Oh My God! No debat! Oppa jadi kayak ... apa, ya? Anggota geng motor atau bad boy gitu. Astaghfirullah maafin aku, Oppa! Maaf, calon istrinya Oppa!" ucap gadis itu yang kembali menutup muka merahnya.

Sang wartawati tak sanggup menahan tawanya. "Ada isu, Oppa akan melangsungkan akad nikah dan resepsi malam ini juga. Gimana komentar kamu?"

Yang ditanya kini mengelus dada. "Yah yang namanya jodoh, mau gimana lagi, ya? Kalo aja aku bisa milih, aku maunya ya Oppa sama aku. Tapi nyatanya Oppa naksirnya sama yang lain. Meski hati ini agak terluka, namun di sisi lain aku bahagia juga, sih. Karena Oppa bakal nikah sama wanita pujaan dia sejak lama. So sweet banget, ya. Dari sejak di-khitbah sampai sekarang, sudah empat tahun. Gak pernah ada isu miring. Keduanya tetap saling setia. Ya Allah. Aku mau, dong yang kayak Oppa gitu. Amin." Gadis itu mengusap wajah. Beneran berdo'a ternyata.

.

.

Petugas bandara mengecek data pribadi Ilyasa, lalu mencocokkan foto Ilyasa di paspornya, dengan Ilyasa asli. Di foto, rambut Ilyasa masih pendek, tapi ini jelas adalah orang yang sama.

"Korean?" tanya pria berseragam itu ragu.

Ilyasa menggeleng dengan senyum di bibirnya. "No. Indonesian," jawabnya bangga.

.

.

Raesha berdiri dengan postur gugup. Jemarinya dimain-mainkannya sendiri sejak tadi. Matanya liar mencari sosok pria yang berharga baginya.

Lalu mereka bertemu juga akhirnya. Langkah Ilyasa terhenti sekian detik, sebelum keduanya menitikkan air mata dan saling menghampiri, memupus jarak.

Saat jarak keduanya kurang dari semeter, Ilyasa nampak menahan diri.

"Pengin meluk kamu, tapi belum halal," kata Ilyasa dengan suara bergetar. Keduanya tertawa kaku.

"Aku kangen," ucap Raesha menyeka air matanya dengan tisu yang sudah dia siapkan. Sudah tahu akan ada banjir air mata di perjumpaan mereka setelah terpisah empat tahun. Raesha sempat khawatir, Ilyasa akan kepincut gadis Kairo di sana, lalu membatalkan rencana pernikahan mereka. Tapi rupanya Allah menjaga hati Ilyasa untuknya seorang.

"Aku juga. Kangen. Banget," balas Ilyasa mengusap pipinya dengan tangan.

"Ayo. Kita ke rumahmu. Menunggu orang tuaku datang sore ini," ajak Ilyasa seolah sudah tidak sabar. Padahal sepantasnya yang empunya rumah yang mengajak.

Raesha mengangguk tersenyum. Mereka berjalan menuju pintu lobi dari kaca. Dua orang bodyguard memberi hormat pada pasangan itu. Di luar sana, sudah menunggu para wartawan dan para fans Ilyasa yang makin histeris saat melihat sosok Ilyasa menghampiri mereka.

Ilyasa mencuri pandang ke arah calon istrinya yang mengenakan gamis pink-keunguan dihiasi beberapa garis renda putih, model abad pertengahan, berpadu dengan hijab polos berwarna senada.

"Kamu cantik," kata Ilyasa dengan suara pelan, tapi cukup untuk terdengar oleh Raesha yang kini merona pipinya.

Pintu kaca terbuka otomatis. Bodyguard membuka jalan bagi keduanya.

"Oppaaaaa!!!! Marhabaa!!" seru para fans jejeritan di belakang wartawan.


"Assalamu'alaikum!" seru Ilyasa sambil menyedekapkan tangan dan menebar senyum ke arah mereka yang menunggunya di bandara sejak pagi.

"Wa'alaikum salam, Oppaa! AAAAAA!!!!" Para gadis itu makin lantang jeritannya.

Raesha menarik napas, berusaha maklum. Begini perasaan orang yang jadi pasangan 'artis' ternyata.

"Oppa! Ada kabar Oppa dan Kak Raesha akan melangsungkan pernikahan malam ini juga. Apa kabar itu benar?"

"Setelah menikah, rencananya kalian akan tinggal di mana?"

"Bulan madunya ke mana, Oppa?"

"Resepsinya ngundang berapa orang, Oppa?"

Seperti biasa, tak ada satupun pertanyaan yang dijawab. Ilyasa dan Raesha hanya tersenyum hingga masuk ke dalam mobil.

"Fiuh," gumam Ilyasa sambil menyisir poni rambut panjangnya.

"Rambutmu jadi gondrong gini, Oppa," kata Raesha pangling.

"Iya. Aku bertekad gak akan potong rambut sampai lulus dan ketemu kamu. Sekarang kita sudah ketemu. Kamu suka rambutku pendek atau gondrong kayak gini? Kalau kamu gak suka aku gondrong, kita ke salon dulu sekarang," ucap Ilyasa dengan cengiran di akhir kalimatnya.

Raesha tertunduk malu. "A-Aku suka dua-duanya. Maksudku, aku gak keberatan rambutmu gondrong kayak gini. Walaupun kesannya agak ... nakal."

Ilyasa tersenyum usil. "Masa'? Kamu suka yang agak 'nakal'? Gak nyangka."

"Oppa, jangan godain aku. Ntar aku turunin di jalan," ancam Raesha dengan ekspresi menahan malu.

Ilyasa tertawa. "Tadi katanya kangen. Sekarang ngancam mau nurunin aku di jalan."

Raesha membuang pandangannya ke jalanan. Sebal! Dia sejak tadi berjuang melawan keinginan kuat untuk menggenggam tangan Ilyasa, dan memeluknya erat. Sekarang Ilyasa malah bercanda dengan santainya.

Ilyasa tersenyum geli ke arah calon istrinya. Dia menghela napas, sambil menyandarkan punggung di sandaran kursi belakang yang empuk.

Raesha terkejut saat tas tangannya diambil Ilyasa dan didekap Ilyasa di dada.

"Tasku diapain, Oppa?" tanya Raesha galak.

"Abis, meluk kamu gak bisa. Jadi aku meluk tasmu aja dulu. Aku mau tidur. Bangunin aku kalau sudah sampai rumahmu," jawab Ilyasa memejamkan mata.

Raesha ternganga. Serius dia mau tidur? batinnya. "Ngantuk banget kah?" tanya Raesha.

"Aku mau hemat energi. Buat nanti malem," lirik Ilyasa nakal.

Muka Raesha merah padam. Raesha mencubit lengan Ilyasa, membuat Ilyasa tertawa.

"Aduh nakal banget calon istriku. Cubit-cubit aku segala."

Raesha menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sejujurnya, dia gugup setengah mati, memikirkan malam pertama mereka nanti. Ilyasa malah bisa-bisanya menjadikan itu bahan lelucon. Dasar laki-lakiii!! jerit Raesha geram dalam hati.

.

.

"Wah wah! Calon pengantin sudah datang!" seru Erika ceria, menyambut kedatangan Ilyasa dan putrinya.

"Assalamu'alaikum, Tante," ucap Ilyasa bersedekap.

"Wa'alaikum salam. Masyaallah Ilyasa! Rambutmu jadi gondrong gini!" kata Erika syok melihat tampilan baru Ilyasa.

"He he. Saya tadinya khawatir Raesha gak suka rambut saya panjang, tapi karena dia bilang gak masalah, jadi --"

"Oh kamu jangan khawatir. Raesha cinta banget sama kamu. Dia bakal terima kamu apa adanya. Mau rambutmu panjang kek, pendek kek," canda Erika tertawa.

"Ibu!" seru Raesha malu. Ilyasa tersenyum senang. Dibilang Raesha cinta banget padanya, membuat hatinya serasa naik roller coaster.

Dana datang dan Ilyasa mencium tangan pria tua itu.

"Mana anak Ayah?" Yoga muncul di pintu depan. Ilyasa berlari dan memeluk Yoga sampai menubruk.

"Uff. Ya ampun. Ayahmu ini sudah makin tua. Kalau kamu tubruk terus seperti ini, nanti tulang Ayah retak," ucap Yoga tertawa.

Mata Ilyasa berkaca-kaca. Kangen sekali pada manusia langka ini. Ayah Yoga.

Raesha dan Erika tersenyum melihatnya. Tahu bahwa Ilyasa dan Yoga punya hubungan yang spesial. Yoga masih memperlakukan Ilyasa seperti anak kecil, dan Ilyasa berubah tingkahnya seperti anak-anak, khusus di depan Yoga.

"Ayo masuk. Sudah makan, belum?" Yoga memboyong Ilyasa yang masih merangkulnya erat, memasuki foyer menuju ruang makan.

Raesha menatap datar calon suaminya. "Sayang! Kopermu! Argh! Kalau sudah ketemu Ayah, aku dicuekin!" omelnya.

Erika cekikikan. "Ayo masuk. Calon pengantin gak boleh marah-marah, dong. Biar supir yang bawa koper Ilyasa," ucap wanita itu sambil memberi isyarat tangan pada supir. Pemuda yang menjadi supir Ilyasa dan Raesha tadi, segera menurunkan koper Ilyasa dan mengekori Erika dan putrinya memasuki rumah.

"Kak Arisa?" Ilyasa terkejut melihat seorang wanita bercadar hitam di ruang makan bersama seorang anak kecil berusia empat tahun.

"Assalamu'alaikum, Ilyasa," sapa Arisa terdengar ceria. 

"Wa'alaikumussalam," Ilyasa membalas dengan sedekap tangan.

"Dan ini pasti Raihan," kata Ilyasa tersenyum pada anak laki-laki berwajah serius, duplikatnya Kak Yunan.

"Ayo cium tangan sama Om Ilyasa, sayang," kata Arisa pada Raihan.

Raihan turun dari kursinya dan mencium tangan Ilyasa. Mengamati Ilyasa lekat. "Ini Om Oppa?" tanya Raihan.

Ilyasa terkejut. Bukankah itu percakapan dua tahun lalu, waktu terakhir kali Kak Yunan menginap di rumah ini? Ilyasa dan Raihan sempat bicara melalui ponsel Raesha waktu itu. Raihan menyebut Ilyasa dengan sebutan Om Oppa, karena mendengar Raesha memanggil Ilyasa dengan sebutan Oppa. Ternyata Raihan masih ingat. Ingatannya bagus, untuk ukuran usia anak dua tahun saat itu.

Arisa terkikik. "Maaf," ucapnya.

"Kak Yunan --," kata Ilyasa sambil melirik ke kanan-kiri.

"Yunan tidak ikut. Dia ada konferensi di Paris. Kakak di sini mewakili dia," jelas Arisa sambil menahan malu. Ada-ada saja suaminya. Adik menikah kok malah lebih memilih ke luar negeri.

"Oh," gumam Ilyasa. Dia paham, Kak Yunan menghindari pertemuan langsung dengan Raesha, karena permasalahan gangguan-gangguan itu, tapi membiarkan istri dan anaknya pergi mewakili dirinya, tanpa penjelasan apapun, bukankah itu agak berlebihan? Seperti sedang ngambek atau semacamnya.

"Kak Arisa?" Raesha tiba di ruang makan bersama Erika. Terkejut melihat Arisa hanya berdua dengan Raihan.

"Tante Rae!!" Raihan berlari memeluk Raesha.

Mata Raesha berkaca-kaca. Sudah dua tahun tidak bertemu, Raihan lebih tinggi dan raut wajahnya terlihat lebih serius, makin mirip Kak Yunan.

"Ya Allah kangen," ucap Raesha membalas pelukan Raihan. Entah mengapa, ada rasa tak suka dalam hati Ilyasa, melihat Raesha dan Raihan selengket itu.

"Waduh kangen berat ya, Raihan. Dua tahun gak ketemu Tante cantik," kata Arisa terkekeh.

"Raesha, selamat ya, calon pengantin. Insyaallah jadi pengantin malam ini!" kata Arisa gantian memeluk Raesha.

"Makasih, Kak Arisa," Raesha membalas rangkulan kakak iparnya itu, meski rikuh.

"Mm ... Kak Yunan -- ," Raesha melihat sekeliling, dengan tatapan khawatir. Sedang berpikir, kalau ternyata ada Kak Yunan di rumah ini, dia rasanya ingin angkat kaki saja.

"Kak Yunan tidak ada. Kak Arisa datang mewakili Kak Yunan," Ilyasa yang menjelaskan.

"Oh," ucap Raesha, antara lega dan sedih. Dia sedikit berharap bertemu Kak Yunan, padahal itu bisa jadi buruk untuk mereka berdua.

"Tante Rae, nanti malam aku bobok sama Tante ya," kata Raihan menarik gamis Raesha.

"ENAK AJA! Tante cantikmu itu nanti malam bobok sama Om!!" protes Ilyasa segera.

"Oppa!!" jerit Raesha dengan muka semerah kepiting rebus.

Yoga yang pertama kali tertawa, disusul yang lainnya. Benar-benar, Ilyasa. Kelakuan bucinnya menyerupai Yoga. Sekarang rambut gondrongnya pun otw rambut Yoga.

.

.

***


Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 429K 57
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
4.7M 283K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
162K 8.8K 35
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
53.1K 8.7K 9
Pernikahan rahasia antara seorang laki-laki biasa dan gadis kaya, pernikahan yang dimulai karena keinginan dari orang tua si gadis. Ammar Alfatih, pr...