222 - Ilyasa Pulang

241 92 32
                                    

.

.

"Tante cantikmu itu nanti malam bobok sama Om!!"

.

.

***

Pintu masuk terminal kedatangan internasional ramai sejak pagi. Beberapa spanduk ucapan selamat datang, dengan foto terbaru Ilyasa di sana, terpampang lebar, dipegangi oleh beberapa fans berat Ilyasa yang kini sudah bergelar sarjana ilmu agama dari Kairo.

Marhaba, Oppa Ilyasa! Selamat datang di tanah air!

Welcome, Oppa! We miss u so much! Kami menantikan tayangan dakwah Ustaz Ilyasa!

Demikian beberapa tulisan spanduk itu.

"Gimana kesan-kesannya, sebagai fans garis kerasnya da'i Oppa Ilyasa, sehubungan rencana kedatangan Oppa siang ini di bandara Soetta?" tanya salah satu wartawati pada seorang gadis berhijab seleher.

"Aaaaak!! Aku excited bangeets! Dari semalem susah tidur, ciin!" remaja itu jejeritan.

"Kamu udah lihat Oppa versi terbaru yang waktu itu tayang dari asrama mahasiswa di Kairo?" tanya wartawati berambut pendek itu, sambil menyodorkan mic.

"Iyaa! Aku syok pas liat Oppa rambutnya kok jadi gondrong gitu!!" remaja yang gerak-geriknya bagai cacing kepanasan itu, kini menutup muka.

"Menurutmu, cakep mana, Oppa yang rambut pendek atau gondrong kayak sekarang?"

"FIX cakepan sekarang! Oh My God! No debat! Oppa jadi kayak ... apa, ya? Anggota geng motor atau bad boy gitu. Astaghfirullah maafin aku, Oppa! Maaf, calon istrinya Oppa!" ucap gadis itu yang kembali menutup muka merahnya.

Sang wartawati tak sanggup menahan tawanya. "Ada isu, Oppa akan melangsungkan akad nikah dan resepsi malam ini juga. Gimana komentar kamu?"

Yang ditanya kini mengelus dada. "Yah yang namanya jodoh, mau gimana lagi, ya? Kalo aja aku bisa milih, aku maunya ya Oppa sama aku. Tapi nyatanya Oppa naksirnya sama yang lain. Meski hati ini agak terluka, namun di sisi lain aku bahagia juga, sih. Karena Oppa bakal nikah sama wanita pujaan dia sejak lama. So sweet banget, ya. Dari sejak di-khitbah sampai sekarang, sudah empat tahun. Gak pernah ada isu miring. Keduanya tetap saling setia. Ya Allah. Aku mau, dong yang kayak Oppa gitu. Amin." Gadis itu mengusap wajah. Beneran berdo'a ternyata.

.

.

Petugas bandara mengecek data pribadi Ilyasa, lalu mencocokkan foto Ilyasa di paspornya, dengan Ilyasa asli. Di foto, rambut Ilyasa masih pendek, tapi ini jelas adalah orang yang sama.

"Korean?" tanya pria berseragam itu ragu.

Ilyasa menggeleng dengan senyum di bibirnya. "No. Indonesian," jawabnya bangga.

.

.

Raesha berdiri dengan postur gugup. Jemarinya dimain-mainkannya sendiri sejak tadi. Matanya liar mencari sosok pria yang berharga baginya.

Lalu mereka bertemu juga akhirnya. Langkah Ilyasa terhenti sekian detik, sebelum keduanya menitikkan air mata dan saling menghampiri, memupus jarak.

Saat jarak keduanya kurang dari semeter, Ilyasa nampak menahan diri.

"Pengin meluk kamu, tapi belum halal," kata Ilyasa dengan suara bergetar. Keduanya tertawa kaku.

"Aku kangen," ucap Raesha menyeka air matanya dengan tisu yang sudah dia siapkan. Sudah tahu akan ada banjir air mata di perjumpaan mereka setelah terpisah empat tahun. Raesha sempat khawatir, Ilyasa akan kepincut gadis Kairo di sana, lalu membatalkan rencana pernikahan mereka. Tapi rupanya Allah menjaga hati Ilyasa untuknya seorang.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang