241 - Makar

287 95 25
                                    

.

.

"A-Ada apa ya, Pak? Anak saya bikin ulah apa lagi?"

"Adli memprovokasi teman-temannya untuk demo dan makar terhadap Kepala Sekolah dan Guru Fiqih."

.

.

***

Dua orang siswi berhijab SMU Islam Tunas Bangsa, saling berbisik di kantin. Tatapan mereka tertuju pada salah satu pentolan sekolah, bukan lantaran prestasi pendidikannya, tapi karena terkenal sering membuat ulah.

"Yang itu! Yang lagi ngangkat tangan! Yang mukanya putih cakep, agak kayak bule gitu!" bisik salah satunya, jelas-jelas menampakkan dirinya naksir berat pada laki-laki yang ditunjuknya diam-diam.

"Ooh! Itu namanya Kak Adli Pratama! Putra konglomerat CEO Danadyaksa Corp. Masa' kamu gak kenal?"

"Oh ya? Aku mau nembak dia!"

"Serius? Good luck, deh. Adli selalu nolak tiap ada yang nembak dia."

"K-Kenapa gitu? Apa seleranya ketinggian?"

"Gak tau lah. Mungkin dia emang gak pacaran, kali."

"Yah trus gimana nih kelanjutan niatku? Aku jadi nembak dia gak ya?"

"Terserah. Asal siap ditolak aja, sih."

Jawaban itu membuat wajah siswi yang naksir Adli, kini meringis tak percaya diri.

Di ujung kantin, beberapa anak laki-laki gengnya Adli, duduk santai dengan kaki naik sebelah ke ujung kursi.

"Dli, kamu gak asik banget, sih? Tiap diajak hang out, gak pernah mau ikutan. Padahal kemarin anak-anak pada ketemuan sama anak SMU putri Kusuma Indah. Beuuh cantik-cantiiik pada. Ya Allah. Jauh lebih cantik dibandingin siswi SMA kita pokoknya. Nyesel deh kamu gak ikutan," kata salah satu dari mereka.

"Si Hanim jadian sama salah satu dari siswi SMA putri yang kemarin janjian bareng kita, lho!" timpal anak lainnya.

"Ah bosen! Anak-anak perempuan itu terlalu gampang buat dideketin! Belum kusosor, mereka udah nyosor duluan! Gak seru! Pacaran juga ternyata gak asik. Gitu-gitu aja. Yang ada, uang jajanku diporotin sama mereka. Perempuan pada mata duitan," omel Adli sambil menggigit cilok.

"Sombong bat sih kamu, Dli! Makanya punya tampang jangan keliwat ganteng gitu, lah! Susah sendiri 'kan jadinya?"

"Ah rese! Tampang dari sananya udah begini! Mau gimana lagi?" sahut Adli berdiri dari kursinya dan berkacak pinggang.

"Sombong sombong sssombong!" maki teman Adli, membuat Adli tertawa ngakak.

Mendadak terdengar suara sapi dari kejauhan.

"Apa itu?" tanya Adli pada teman-temannya.

"Sapi, lah! 'Kan udah mau hari raya kurban. Gak liat kalender?"

"Bukan gitu. Sapi itu kok suaranya kayak sedih banget gitu? Aku mau cek dulu!" Adli berlari ke arah belakang masjid. Hewan kurban ditempatkan di sana.

"Woi!! Ngapain liatin sapi?? Ada siswi bening dari SMA putri, kamu gak mau liat! Giliran sapi diliatin!" teriak salah satu teman Adli yang akhirnya menyusul Adli.

Adli terkejut saat melihat ada seekor sapi baru yang dimasukkan ke kandang dengan cara ditendang dengan kaki, oleh seorang penjaga hewan kurban.

"Hey Pak! Jangan kayak gitu lah masukin sapinya!! Biasa aja! Gak perlu ditendang, 'kan?" protes Adli dari luar kandang.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang