359 - Cantik

222 70 18
                                    

.

.

Musibah terbesar orang berilmu, bukanlah kehilangan harta, melainkan ketika hatinya jauh dari Sang Pencipta.

.

.

***

Ponsel Yunan berbunyi. Yunan tersipu saat melihat panggilan video call. Ikon bunga daisy putih, adalah foto profil Raesha. Ini pasti bukan Raesha yang meneleponnya, melainkan bocah-bocah itu. Ishaq dan Ismail. Ishaq lebih tepatnya. Ismail hanya meramaikan saja. 

"Assalamu'alaikum, Om Yunaaan!!"

Duo bocah itu menyapa riang. Nampak keren dengan baju batik bermotif bulu burung merak. Raesha sengaja memesan baju batik anak lengan panjang dan dengan ujung baju melewati lutut, dipadukan dengan celana panjang putih. Baju pasangan, spesial untuk duo-i : Ismail dan Ishaq. 

"Wa'alaikumussalam. Duo jagoannya Om lagi di mana? Udah ditungguin, nih!" sahut Yunan dengan nada ceria yang sama. Masa-masa punya anak kecil, telah berlalu dalam hidupnya. Sekarang Raihan sudah tidak lucu lagi. Nyebelin iya, kadang-kadang. 

"Udah mau deket katanya, Om!" jawab Ismail.

"Dari tadi Eyang bilangnya udah mau sampe, tapi gak nyampe-nyampe," ceplos Ishaq.

"Emang udah mau nyampe! Kamunya aja yang gak sabaran, bocah!" timpal Erika yang muncul di layar. Niat betul sampai lututnya naik ke dudukan kursi demi bergabung dalam video call.

Yunan cekikikan. "Masya Allah. Ibu kelihatan sehat," ucapnya.

"Ibu! Kakinya jangan gitu! Nanti kursinya rusak! Ini 'kan mobil sewaan, Bu!" omel Raesha sembari geleng-geleng. Tak habis pikir dengan kelakuan ibunya sendiri.

Yunan tak bisa melihat Raesha, sebab Raesha tetap duduk di kursi baris tengah.

"Kalau yang punya mobil ini complain, kita beli aja mobilnya. Selesai," ceplos Adli, terdengar oleh Yunan, meski samar suaranya.

"Ya gak gitu konsepnya, Adli," ucap Raesha dengan suara bernada datar.

Yunan terkikik. Percakapan a la keluarga Danadyaksa yang dirindukannya. Absurd namun tetap terasa hangat. Setelah kepergian Yoga, Erika masih berusaha membawa keceriaan untuk keluarga tercintanya.

Elaine muncul di layar. Ia ikut bergabung di samping Erika, menaiki kursi mobil dengan lututnya. "Abii!!" serunya girang.

"Elaine! Masya Allah, putri Abi, jamiilah (cantik)!" sahut Yunan bahagia melihat putrinya yang kelihatan cantik dengan gamis dan jilbab putih mutiara.

"Iya, Om. Kak Elaine emang cantik. Terus, ini ada Ibuku yang paling cantiik sedunia!!" kata Ishaq sambil menghadapkan kamera ponsel ke arah ibunya.

Keduanya terdiam. Yunan dan Raesha. Raesha nampak cantik dan anggun dengan gamis berwarna emas yang lembut pendarnya. Hijab panjangnya berwarna senada, dengan ukiran berlubang motif bunga-bunga kecil di ujungnya. 

"K-Kakak, afwan. Anak-anak mengganggu. Aku sudah bilang, gak usah video call segala. Sebentar lagi juga ketemu. Tapi Ishaq kalau sudah ada maunya -- ," ucap Raesha berusaha menjelaskan.

"Iya gak apa-apa, Rae," sahut Yunan tersenyum. Berharap ia nampak tetap tenang di luar, meski deru jantung di dadanya berdetak liar, bicara berhadap-hadapan dengan Raesha, walaupun hanya melalui video call . Yunan merasa kesal, masih juga rasa ini sulit dikendalikan. Satu-satunya yang Yunan bisa lakukan, adalah mengontrol perilakunya. Jangan sampai terulang lagi insiden di lift waktu itu, dimana Yunan malah sengaja mempersilakan Raesha untuk masuk ke dalam lift yang ditumpanginya, padahal Raesha sudah menampakkan gelagat tidak ingin masuk ke dalam lift karena tidak ingin hanya berduaan saja di dalam lift bersama Yunan. Kejadian itu berefek besar terhadap hubungan spiritual Yunan dengan guru-gurunya, khususnya Syeikh Abdullah, dan juga hubungan Yunan dengan penciptanya. 

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang