360 - Ikatan

251 69 10
                                    

.

.

Kelak jika jasad kita telah terkubur di bumi, cerita apa yang akan disambungkan orang-orang dari mulut ke mulut, tentang kita? 

.

.

***

"Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh," sapa Yunan melalui mikrofon yang disematkan di kerah gamis terusannya.

"Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh," sahut semua yang hadir.

"Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih, syukran, jazakumullah kheir, pada semua yang menyempatkan hadir pada acara yang sangat penting bagi kami sekeluarga, khususnya untuk putra-putri kami, Raihan dan Rayya. Pada siang hari ini, saya, Yunan Lham, mewakili putra sulung saya, Raihan Lham, berniat untuk menjajaki ikatan yang lebih kuat yakni ikatan pertunangan dengan putri dari Bapak Zhafran yang bernama Nadira Tsurayya, atau yang biasa dipanggil dengan sebutan 'Rayya'. Besar harapan kami sekeluarga, agar itikad baik kami dapat diterima oleh Rayya sekeluarga."

Yunan bicara dengan mikrofon kecil tersemat di kerah gamis putihnya. Raihan ada di samping Abinya. Duduk bersila di hadapan Yunan, Zhafran sebagai wali dari Rayya. Para undangan semua duduk lesehan, menghadap ke area panggung dari kayu yang hanya lebih tinggi satu anak tangga dibanding area duduk tamu. Suasana terasa khidmat, dengan suara percikan dari air kolam, melatari tiap hening yang tercipta di antara jeda.

Sementara di area akhwat, Rayya nampak sangat cantik dengan gaun putih berlapis payet, dan jilbab syar'i sutera putih. Rayya diapit oleh Arisa, Elaine dan Maryam. Di belakangnya, ada Erika, Haya dan Raesha.

"Alhamdulillah. Jazakumullah khairan katsiran, untuk Syeikh Yunan Lham sekeluarga. Bagi kami, niat baik Syeikh merupakan sebuah kehormatan yang tak ternilai. Dengan mengucap bismillahirrahmaanirrahiim, saya Zhafran sebagai wali dari putri saya yang bernama Nadira Tsurayya, menerima dengan tangan terbuka, putra Syeikh yang bernama Raihan Lham, untuk ditunangkan dengan putri kami. Kami berharap pertunangan ini kelak akan berlanjut dengan pernikahan, ikatan yang diridai Allah subhana wa ta'ala."

Kalimat hamdallah dan amin, terdengar digumamkan banyak orang.

Zhafran memasangkan cincin tunangan ke jari manis kiri Raihan. Sementara di tempat akhwat, Arisa memasangkan cincin ke jari manis kiri Rayya. Cincin Raihan terbuat dari perak dengan ukiran berbentuk sulur dengan ujung sebuah permata. Desain yang sama dengan cincin yang dikenakan Rayya, bedanya, cincin Rayya terbuat dari emas putih. Mereka memesannya dari jauh-jauh hari. Raihan yang memilih modelnya. Jika kedua cincin itu disatukan, motif sulur itu akan membentuk hati.

Do'a-do'a terlantun oleh seorang santri yang menjadi pembawa acara. Harapan-harapan kebaikan, agar ikatan Raihan dan Rayya sampai ke pernikahan yang barokah. Orang-orang mengaminkan, lalu tak lama makanan dibagikan. Makan a la majelis. Nampan dijejerkan dan dimakan lesehan bersama-sama. Menu nasi kebuli dan daging kambing, lengkap dengan acar dan sambal bikinan ibu-ibu majelis, nampak menggiurkan. Menggugah selera sekaligus menyemarakkan suasana. Orang-orang menyantap makanan, lalu beberapa sempat berfoto dengan Raihan. Di tempat akhwat, ibu-ibu majelis dan putri-putri mereka juga berebut foto bareng dengan Rayya. Minta dido'akan segala, supaya putri mereka ketemu jodohnya yg saleh seperti Raihan, katanya.

"Dipikir-pikir, aku dulu juga sama Ilyasa, berarti tunangan juga ya, Bu?" tanya Raesha nampak sedang berpikir.

"Ya iya lah. Tapi gak dirayain kayak gini. Ilyasa dulu buru-buru banget khitbah kamu. Dia udah keburu ketakutan kamu dilamar jadi istri kedua Kak Yu--"

Mulut Erika segera ditutup oleh tangan Raesha. 

"Ibu!!" jerit Raesha tertahan, dengan mata mendelik. Raesha mengecek keberadaan Kak Arisa. Untungnya Kak Arisa sedang sibuk mengobrol dengan saudaranya yang datang dari Jakarta dan Bandung.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang