Everything I Didn't Say

By besson5sos

28.6K 1.2K 59

"I'm dating with a boy who had bullied me?" Violin Colvelin adalah seorang gadis berusia 17. Dia memiliki hid... More

Prolog
1 - "See ya bitch!" -
2 - "Hey, how's your finger?" -
3 - "Who's Luke?" -
4 - "Your room is so lovely, Violin!" -
5 - "We'll never be friends, okay?" -
6 - "I know im such a dick, sorry," -
7 - "Luke, what the hell are you doing?" -
8 - "We can settle this, Violin," -
9 - "Where have you been?" -
10 - "You'll never understand," -
11 - "I thought we're only friends," -
12 - "I dont trust me either," -
13 - "No im kidding," -
14 - "Shit!" -
Part 15 - "Come get in bed babe." -
Part 16 - "Damn you're fucking hot!" -
Part 17 - "Truth or Dare?" -
Part 18 - "I bet it'd feel good when i kissed you other places" -
Part 19 - "I mean, are you ready to get drunk?" -
Part 20 - "Bitch i gotta go!" -
Part 21 - "So.. would you come.. come.." -
Part 22 - "Damn i fucking would," -
Part 23 - "We're okay now?" -
Part 24 - "I dont have any condoms," -
Part 25 - "She.. she is.. she is die!" -
Part 26 - "We're just a normal couple," -
Part 27 - "Why did you wake me up like this?" -
Part 28 - "Gosh! Buddy, are you still smoking?" -
Part 29 - "Let's go to your room!" -
Part 30 - "Why dont we go for camping" -
Part 31 - "Let's have a party gurl!" -
Part 32 - "Well i hope so but let's forget the past "-
Part 33 - "Fuck! Just let me go!" -
Part 35 - "Ugh cold and.. and.. other," -
Part 36 - "Fuck it!" -
Part 37 - "Wanna play fifa?" -
Part 38 - "We're taking the long way home" -
Part 39 - What? My mum?" -
Part 40 - "I-I did, no Calum did" -
Part 41 - "I hope that'll be better soon I love you Violin." -
Part 42 - "Shit Violin that's your mum" -
Part 43 - "Calm down Violin," -
Part 44 - "I love you Luke i swear," -
Part 45 - "Ugh Luke," -
Part 46 - "What? Now?" -
Part 47 - "I love you more," -
Part 48 - "Dont leave please," -
Part 49 - "No i can't Cal" -
Part 50 -"It's been a long time i didnt feel your touch."-
Part 51 - "Oh Violin, i miss you so much!" -
Part 52 // April 12
Part 53 // May 16
Part 54 // June 10
Part 55 // July 23
Part 56 // The day
Part 57 -"I love you, Violin,"-
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62

Part 34 - "Wait, you guys break up?" -

449 23 1
By besson5sos

VIOLIN'SPOV:

"You're not Calum, you are really smart!" Aku tertawa sambil berjalan disamping Calum menuju ke depan kampus, ke parkiran tepatnya.

Tiba-tiba saat aku dan Calum sedang berjalan. Kami terhenti oleh Luke yang berdiri di depan kami menghalangi jalan kami. Well, thats kinda annoying. Dia melihatku dengan tatapan yang sinis. Apa yang dia lakukan disana? Dia tidak perlu jealous atau semacamnya karena dia bukan siapa-siapa aku lagi.

"Luke?" Ucapku sambil mengangkat salah satu alisku. "What are you doing here?"

"Aku rasa aku yang harus menanyakan mu," Dia melihatku sebelum dia melihat Calum dan kembali melihatku. Aku dan Calum hanya terdiam. "Where are you going?"

"I think it's none of your business," Jawabku dengan semua rasa kesalku. "Im not your fucking girlfriend, anymore."

"Wait, you guys break up?" Tanya Calum.

"Ugh, kinda like that," Jawabku sambil memegang keningku karena aku sedang tidak mau membahas ini.

"If we're not, why are you taking her? You held her, didn't you Calum?" Aku mendengar suara amarah yang ada di diri Luke dan dia mulai mengeluarkannya.

"Thats kind of fortune. Im glad-" omongan Calum terpotong oleh Luke yang mendekat ke arahnya dengan tiba-tiba dan meremas kerah kemejanya.

"What do you mean fortune?" Ucap Luke kepada Calum.

Aku harus memisahkan mereka berdua sebelum mereka bertengkar dan membuat keributan disini. Aku segera menghentikannya dan mendorong Luke ke belakang. Dia hampir terjatuh tapi syukurlah tidak.

"Well, cmon Calum!" Aku menarik tangan Calum melewati Luke dan segera menuju ke mobil Calum.

LUKE'S POV:

Sekarang semuanya telah berubah sedikit demi sedikit. Aku tahu aku sudah tidak bersama Violin tapi aku masih merasa jealous ketika Calum mendekatinya. Aku bahkan masih menganggap Violin sebagai pacaraku tapi Violin sudah benar-benar melupakanku. Aku harap suatu saat dia akan tahu betapa buruknya Calum dibandingku dan kemudian dia akan menyesali perbuatannya.

Aku sampai di rumah dan aku segera menuju dapur untuk melihat-lihat apakah ada makanan di sini. Aku tidak melihat adanya makanan, well aku mengambil vodka yang ada di lemari lalu aku membuka tutupnya. Lalu aku minum. Aku membawa botol vodka ini menuju ke atas, ke kamarku tepatnya. Lalu aku mengambil McBookku dan melihat Michael sudah me-skype ku. Ada perlu apa dia? Lalu aku me-skype nya balik.

Michael mengangkatku. Dia sedang berada di kamarnya, itu ketara dengan adanya bantal di belakangnya.

"Hei Moichael!!" Sapaku dengan aksen Australia yang aku punya.

"Lukey, whats up?" Sapa Michael. Woow dia sudah berganti warna rambut menjadi merah. Thats cool!

Aku meminum vodkaku lagi, "You know, i just broke up. Well, who cares?" Jelasku, dan Michael hanya tersenyum dan tertawa sedikit seperti dia tidak peduli. "Red? Oh thats cool?" Aku meminum vodkaku lagi.

"Thank you man!" Dia tersenyum sambil merapihkan rambutnya. "I care, why did you break up?"

Aku rasa ada yang salah dari Michael. Kenapa Michael begitu baik denganku? Aku rasa dia benci dengan Violin, lalu mengapa dia menjadi peduli denganku dan Violin? Baiklah, ini aneh.

"Fucking shitty Stephanie you know," aku tersenyum sambil memutar bola mataku. "She might be Calum right now."

"What? Calum?" Michael terlihat kaget, seperti apa yang sudah aku duga.

Aku menjelaskan semua tentang Stephanie kepada Michael. Dan Michael terlihat respect padaku. Well, dia menjadi baik sekarang. Aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini, tapi aku tidak bertanya soal itu. Aku tidak ingin menghancurkan saat-saat ini.

Setelah Skype Michael, aku merasa ada yang tidak enak. Aku tiba-tiba khawatir dengan Violin. Entah kenapa tapi aku bisa tahu kalau dia sedang ada di rumah Calum dan aku merasa tidak enak. Aku duga Calum melakukan sesuatu yang aku tidak ingin terjadi pada Violin. Tapi, aku sudah bukan siapa-siapa Violin. Apa hakku melarang Violin untuk melakukan sesuatu kepada orang lain.

Well, baiklah aku akan menyelinap ke rumah Calum. Jika aku ketahuan oleh Violin. Yeah dia boleh bilang aku memata-matainya.

VIOLIN'S POV:

Calum mengajakku ke kamarnya yang hanya ada di lantai bawah. Kami duduk di atas tempat tidur Calum dan membuka buku Matematika kami. Pertama kami serius belajar Matematika, namun lama-kelamaan Calum mulai berbicara padaku tentang sesuatu yang tidak terlalu penting. Tapi itu cukup menghiburku.

"So do you have a plan for holiday?" Tanya Calum sambil melihatku. Menatap dalam ke dalam mataku.

"No, i think i just stay at home and play with Catlin since Luke and I broke up," Jelasku sambil membolak-balik halaman dari buku Matematika.

"Well, im here if you need to talk or stuff," Ucap Calum. Aku melihatnya, kurang baik apanya Calum? Berarti Luke hanya pembohong. Dia bilang Calum lebih buruk darinya. Well, dia harus makan perkataannya. "Since you know, Luke wont hear you."

Aku tertawa kecil, "Thank you Calum," Aku kembali melihat buku Matematika dan membolak-balik halamannya, tidak tahu apa yang harus aku pelajari.

Calum menyentuh pipiku dengan jarinya, memaksaku untuk melihatnya. Lalu aku melihat matanya yang cokelat. Aku cukup bingung dengan apa yang sedang dia lakukan, "You gotta see how care i am to you, Violin,"

Baiklah sekarang aku takut, aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan. Dari tatapannya dia terlihat sangat menatap tajam ke dalam mataku. "What?" Aku menaikan salah satu alisku.

"Luke's such a dick, you know him right? And im not like that, you must trust me," Aku hanya melihatnya masih dengan perasaan bingung. Aku tahu Luke memang seperti itu, tapi aku juga tidak menyangka kalau Calum temennya sendiri, bilang seperti itu juga. Tapi ini juga bukan peluang Calum untuk mendekatiku dan memilikkiku, maksudku kalau dia suka denganku.

Calum mengambil daguku lalu memaksaku mendekat ke arahnya. Aku melihat matanya yang melihat bibirku, dan lalu melihat mataku. What the hell? Is he trying to kiss me?

"No no Calum," Aku menggelengkan kepalaku. Berusaha menyudahi ini sebelum terlanjur. Aku tidak ingin berciuman dengan Calum. Aku masih tidak siap, seperti aku masih mempunyai Luke.

"Cmon, just once Violin," Tangannya masih ada di daguku dan dia masih melihat ke dalam mataku.

Aku berusaha melepaskan diri tapi, Calum memaksaku tetap di dekatnya. "No Calum, just no!"

Tangan Calum turun ke leherku dan dia mendorongku ke belakang hingga aku terjatuh di tempat tidurnya. Dia berada di atasku. Aku tahu kenapa dia mendorongku. Dia berusaha membuatku dalam posisi tiduran agar dia mudah menciumku? Oh shit! Aku melihatnya mendekat ke arahku. Aku berusaha menghindar tapi tidak bisa. Calum mencium bibirku, tapi aku merasa tidak suka dengan ciumannya. Aku tidak tahu mengapa.

Tiba-tiba pintu kamar Calum terbuka. "FUCK OFF OF HER, YOU DICK!" Seseorang menarik dia menjauh dari dariku. Setelah Calum tidak berada di atasku, lalu aku bangun dan melihat ternyata orang itu adalah Luke. Sykurlah, tapi mau apa dia kesini?

Calum terjatuh di tembok dekat pintu keluar, "Fuck you Luke!" Calum berusaha berdiri dan Luke menarik kerah bajunya membantu dia berdiri.

Setelah Calum berdiri, Luke masih menahan Calum di tembok sambil masih memegangi kerah bajunya. "Dont try to fucking steal Violin!"

"If i dont, who else wanna steal her? You? She doesnt like you," Calum tersenyum licik dan itu membuat Luke tambah kesal. Lalu dia memukul pipi Calum dengan tangannya.

Aku kaget saat Luke memukul Calum. Aku tidak percaya Luke begitu kesal dengan Calum jika Calum berbicara tentangku. Luke masih mencintaiku? Tapi aku masih tidak percaya dengannya sejak aku mendengar Stephanie berbicara.

Aku melihat darah yang mengalir dari mulut Calum. Pasti Luke memukulnya dengan keras. "Dont ever say that!"

"She's mine, soon," Calum masih sempat tersenyum licik. Luke memukulnya untuk kedua kalinya. Ini sudah keterlaluan aku harus berbuat sesuatu.

"Dont!" Aku baru ingin beranjak dari tempat tidur sebelum Calum tiba-tiba memukul Luke balik di dagunya. Dan Luke terjatuh.

Calum terlihat sangat kesal dan dia tidak mau kalah, jadi Calum menghampiri Luke yang masih terjatuh di lantai dan memukul pipinya dan memukulnya dekat mata. Aku bisa lihat bibir Luke berdarah banyak. Darahya mengalir sangat deras. Pasti dia sedang menggigit bibirnya seperti yang biasa dia lakukan ketika Calum memukul dagunya.

"Stop guys stop!" Aku turun dari kasur dan mendorong Calum menjauh dari Luke. "What the fuck are you guys doing?" Aku melihat ke arah mereka berdua sebelum aku membantu Luke untuk berdiri. Luke berdiri dengan luka yang cukup parah, mulutnya terus mengeluarkan darah dan aku melihat dia tidak bisa membuka mata kirinya karena tadi Calum memukul mengenai mata kirinya. "Oh my god, you're not alright." Aku masih memegang kedua tanganku dan melihat ke matanya yang mulai membiru.

"As you alright so am i," Dia melihatku dengan hanya menggunakan mata kanannya.

"No you're not," Aku menggelengkan kepalaku. "Mulutmu terus mengeluarkan darah, ayo cepat kita kerumahku Luke!" Ajakku. Aku cukup panik sekarang ini. Aku tahu ini salahku dan sebaiknya aku yang bertanggung jawab atas Luke, jadi aku harus membawanya ke rumahku untuk aku obati.

Calum hanya melihatku di pinggir pintu sambil mengelap darah dari mulutnya. Aku mengambil tasku dan segera menarik tangan Luke keluar dari kamar tanpa mengucapkan apa-apa kepada Calum. Calum terlihat baik-baik saja, maksudku dia hanya berdarah sedikit. Jadi, aku lebih mementingkan Luke.

Aku melepaskan tangan Luke untuk membiarkan dia masuk ke dalam mobil. Aku tidak percaya ini terjadi. Mereka berdua memperebutkanku sampai mereka terluka. Ini di luar akal pikiran. Apa pentingnya aku di dalam hidup Calum? Kalau Luke, tentu aku penting karena dia mencintaiku karena ada apanya. Well, aku melakukan ini bukan karena aku masih cinta dengan Luke. Aku harus bertanggung jawab atas ini semua.

Kami akhirnya sampai di depan rumahku. Luke memarkirkan mobilnya di depan rumahku. Rumahku terlihat sepi, pasti tidak ada orang di rumah. Aku keluar dari mobil saat Luke juga keluar dari mobil. Aku menyuruh Luke untuk tetap mengikutiku, aku segera berjalan ke pintu rumah, mengambil kunci yang ada di bawah keset lalu membuka pintu itu dengan kuncinya. Aku melihat Luke masih memegangi luka di bibirnya.

Aku segera menuju ke dapur, "Luke kau harus duduk!" Perintahku. Selama tidak ada bangku di sini, Luke bebas duduk dimana saja selagi aku mengambil barang-barang untuk mengobati Luke.

Aku mengambil sebuah baskom kecil yang diisi air hangat, handuk kecil, kapas, alkohol dan baskom berisi es batu. Lalu aku kembali ke Luke dan aku lihat dia duduk di atas meja. Aku menaruh baskom yang berisi air hangat itu disamping Luke.

"Violin, you dont need to do this," Ucapnya dengan nada yang putus asa atau semacamnya.

Aku merendam handuk kecil kedalam baskom berisi air hangat, "Ssssttt," Aku tidak mau mendengar tentang penyesalannya. Aku hanya ingin dia diam.

"But you hate me, arent you?" Aku meletakkan handuk panas itu ke mata kiri Luke, tanpa memberikan jawaban. "Aw, ah. Easy please."

"Oh im sorry," Aku mengelap mata Luke dengan handuk panas itu lebih lembut.

Terjadi keheningan yang mana membuat suasana sangat awkward. Aku meletakkan handuk itu kembali ke baskom dan melihat mata Luke yang sekarang sudah bisa di buka.

"Thanks," Dia tersenyum. Aku juga membalas senyumannya, karena aku senang akhirnya aku berhasil.

Aku melihat bibirnya masih mengeluarkan darah. Aku lupa dengan itu. "Gosh!" Dengan refleks aku mengelap bibirnya dengan tanganku, aku tahu ini seharusnya tidak boleh karena kemungkinan tanganku mengandung kuman.

"Aw," Luke mengambil tanganku yang sedang mengelap bibirnya.

Aku segera melepaskan tanganku secepatnya dari bibir Luke. Luke juga melepaskan tanganku. Aku melihat tanganku penuh darah karena tangan Luke memegang tanganku dan jarinku juga penih dengan darah.

"Oh im sorry again, Luke," Aku segera mengambil kapas dan membasahkan kapas dengan air lalu mengelap darah yang ada di seikitar mulut Luke dan bibirnya. "Remember, i do this because of responsibility. Not beacuse of anything else."

Luke tidak menjawab samapi aku melapaskan kapas dari bibirnya. Aku mengambil es batu "You dont need to apologize, it's not your fault," Ucap Luke.

Aku menaruh es batu di bibirnya yang terluka, agar darahnya membeku. "Yes it is," Aku tetap menaruh es batu di bibirnya. "You both fought each other because of me." Luke tidak merespon hingga tangannya mengambil tanganku yang sedang mengobati bibirnya dengan es batu. Lalu dia mengambil es batunya dari tanganku dan menaruh es batu itu ke dalam baskom.

"No it doesnt," Luke memegang kedua tanganku sekarang. "It's my fault, i was there. I shouldn't be there. I supposed to let you with Calum, because.. you know the reason."

Aku menunduk melihat ke bawah, ke arah tangan Luke yang penuh darah sedang memegang tanganku. Lalu aku melihat ke Luke untuk memberi jawaban. "Well, i agreed but, i dont- i dont-"

"It's totally my fault," Luke memotong omonganku. Dia terlihat lebih sedih dibanding yang aku pernah lihat. "Im sorry, aku sudah begitu menyakitimu belakangan ini. Aku tidak menginginkan kita untuk balikan, karena aku tahu kau pasti tidak mau. Aku hanya ingin bilang kalau Calum cowok terburuk yang mungkin kau pernah temui."

Aku terdiam tidak mau membalas perkataannya. Aku merunduk lagi untuk memikirkan apakah itu benar. Tapi itu bisa jadi benar, itu terbukti betapa memaksanya Calum ingin menciumku. Tapi disisi lain, dia juga sangat baik dan sangat peduli denganku. Aku juga tidak pernah melihat dia merokok atau meminum alkohol. Aku masih ragu tentang itu.

"Let's clean your hands!" Kataku. Luke melepaskan tanganku, meninggalkan noda darah di sekujur lenganku.

Aku mengambil kembali baskom berisi air yang mungkin sekarang sudah tidak panas. Pertama aku membersihkan lenganku dulu dari noda darah Luke, kemudian aku memeras handuk kecilnya lalu mengeluskannya ke lengan Luke yang masih penuh darah. Aku tidak berbicara saat itu, suasana saangat canggung. Setelah itu, aku kembali meletakkan handuk kecil ke dalam baskom dan memindahkan baskom itu ke wastafel.

"Thank you for looking after me," Mendengar ada suara Luke di belakang aku segera berbalik dan melihatnya sudah berdiri di belakangku.

"it's just responsibility," Aku tersenyum. "Not anyhting else."

"I know," Ucap Luke dengan tersenyum. Tapi saat tersenyum, bibirnya berdarah lagi. Aku rasa lukanya belum benar-benar pulih. "Ah!" Dia langsung mengelap darah yang keluar dengan tangannya.

"Dont!" Aku segera mengambil es batu yang ada di kuklas dan memberikannya ke Luke. Dan aku menyuruhnya untuk tetap memegang es batunya di bibirnya yang terluka. Lalu aku mengambil kapas dan alkohol yang masih ada di meja tempat Luke duduk dan segera mengelap darahnya itu. "Oh god, dont smile too wide. Your wound hasn't fully recovered."

"Fuck! ah it fucking hurts," Aku memintanya untuk tetap memegangi kapas di bibirnya sementara aku memberikan alkohol ke kapas untuk memulihkan lukanya.

"Itu belum sepenuhnya," Aku menyingkirkan tangan Luke dari bibirnya. "Dont swear and dont talk." Aku perlahan menempatkan kapas itu ke arah lukanya.

"AH FUCK!" Aku tahu Luke kesakitan. Aku tahu betapa sakitnya saat luka diobatin dengan alkohol.

"Ssssttt dont talk!" Kataku. Lalu aku melanjutkan mengoleska alkohol dengan kapas ke luka di bibirnya.

"Ahh god Violin," Tangan Luke memegang lenganku yang sedang mengobati bibirnya. "AHH!" Tangan Luke memeras tanganku. Well, genggamanya sangat erat dan aku juga merasa kesakitan karena genggamannya.

"FUCK THAT LIPS!" Lalu dia menciumku dengan kasar.

Well he's hot so i respond what he did to me. Sambil menciumku dia mendorongku ke belakang dan akhirnya aku menyentuh tembok kamar. Aku memainkan rambutnya seperti yang biasa aku lakukan tapi tidak sekarang.

Luke mengambil kedua tanganku dengan kedua tangannya lalu dia menaruh di tembok di atas kepalaku. Genggaman tangannya sangat kuat sampai membuat lenganku sakit. Tapi sakit itu tidak terasa karena ciumannya.

Sekarang aku tidak bisa kabur. Tanganku seperti di ikat dengan tangannya Luke. Aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang selain menikmati apa yang diberikan oleh Luke. Luke menurunkan tangannya ke pinggangku, dia membawaku ke arah tempat tidur lalu mendorongku hingga aku jatuh ke tempat tidurku. Seperti apa yang dia lakukan saat di sofa tadi.

"Violin, hey!" Luke memanggilku. Aku segera sadar dari semua ingatan yang berkecamuk di pikiranku. "Are we done yet?"

"Yeah done," Aku tersenyum puas karena lukanya sudah tida mengeluarkan darah lagi. Aku segera membuang kapas di tempat sampah dan meletakkan alkhol di lemari.

Apa yang tadi aku pikirkan? Aku berusaha melupakan semua kenangan itu dari pikiranku tapi aku selalu teringat lagi. Apa yang dapat membuat semua ingatanku hilang? Terutama ingatan tentang Luke.

"Violin," Luke memanggilku. Setiap dia berbicara sesuatu kepadaku, aku selalu ingat beberapa kejadian saat aku bersamanya. Aku benci itu. Aku ingin seluruh ingatanku hilang. "Violin!"

"Just go Luke," Aku berbalik melihat Luke. "Just go home."

"What happen-" Dia berusaha mendekatiku. Tapi aku memotongnya.

"Go Luke! Stay away from me!" Aku berteriak. Untung saja dirumah ini hanya ada aku dan keluargaku tidak ada dirumah. "Ini hanya karena aku bertanggung jawab Luke, sekarang pergi!"

Luke tidak mengucapkan apa-apa lalu aku melihat dia berjalan menuju ke pintu depan lalu menghilang saat pintu itu tertutup.

Sangat rumit bagiku melupakan setiap detik dari momen aku bersama Luke. Tapi aku harus melupakan itu.

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 316K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.βžβ–«not an...
942K 44K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
13.3M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...