GaReNdra (SELESAI)

Par TintaBiru26

466K 45.2K 8.2K

Katanya, anak sulung bahunya harus kuat. Katanya, anak bungsu harus jadi penutup yang berbakat. Lantas, anak... Plus

1. awal
2. Tokoh
3. tak berpihak
4. Gara-gara Gara
5. Hargai aku
6. Tidak tahu terimakasih
7. Tolong mengerti
8. Nyebelin
9. Sakit
10. Tolong aku mama
11. Periksa
12. Benar atau bohong?
13. Lihat aku disini
14. Hasil lab?
15. Teman baru
16. berubah?
17. Pingsan?
18. teror
19. salah aku?
20. Kemoterapi atau Radioterapi?
21. Bolehkah aku iri?
22. Jangan Sakit
23. Sakit sendiri
24. bukan salahku
25. Pertolongan
26. Di rawat?
27. Pulang
29. efek kemo
30. Apa ini?
31. Ancaman?
32. Ternyata...
33. Mama, Revano disini
34. Aneh
35. Aku lelah
36. Info
36. terasa nyata
37. Bingung.
38. Papa Jahat
39. Terbongkar?
40. Putus
41. Nyata-nya.
42. pengorbanan
43. Anak tengah
44. UGD
45. Stuck
45. Janggal
46. Perubahan
47. Siapa?
48. Sandera
Help me
49. Dimana?
50. Saudara
51. Tau sesuatu?
52. Hanya melanjutkan
53. Ngaret
53. Kecewa
53. Terungkap
54. Antara hidup dan mati
55. Mati otak
56. Mati
.....
tak berjudul
57. 2 pangeran tidur
Spesial chapter | 1
Baca dulu yukk

28. Kemoterapi

6K 685 60
Par TintaBiru26

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Terlihat sepasang kekasih tengah melangkah secara bersamaan dan saling bergandeng tangan.

Secercah senyuman terpatri di wajah si lelaki. Sudah lama ia tidak bergandengan dengan gadisnya.

"Oh ya Re,"

"Heum?"

"Dekat cafe'sam ada pasar malam. Kita kesana yuk?" ajak si gadis. Ellina.

Revano, lelaki dengan rona wajah pucat itu terdiam. Namun setelahnya---

"Kapan?"

---bertanya.

"Malam ini. Yuk kita kesana, udah lama kita gak jalan bareng."

Lagi, Revano terdiam. Sore ini, jadwal kemoterapi-nya.

"Re, yuk?"

"Gak bisa besok malam aja Ell? Hari ini aku ada urusan."

Ellina melepaskan genggaman tangan Revano. Gadis itu memberenggut.

"Gua mau nya sekarang! Lagian penting banget urusan lo dari pada gua?"

"Gak gitu, tapi aku benar-benar gak bisa. Gimana kalo...." Revano menggantungkan ucapannya.

'Sesekali, bolos kemo gak bikin gua mati kan?'

"Lo mau temenin atau enggak? Kalau enggak, gua ajak teman gua yang lain yang bisa gua andelin."

Revano masih terdiam. Menimbang-nimbang apa yang akan ia lakukan. Menemani Ellina atau pergi kemoterapi.

'Sampai kamu mencoba kabur dari kemoterapi, Abang akan bilang ke  orang tua kamu untuk menarik paksa kamu ke rumah sakit lalu kamu di suntik mati.'

Revano bergidik ngeri saat ucapan Shandy waktu ia mencoba bolos kemo, terngiang-ngiang di telinga.

"Okey, gua pergi sama teman gua aja kalau gitu."

"Maaf," lirih Revano.

Ellina berdecak setelah itu ia melangkahkan kakinya meninggalkan Revano.

"Ell, aku antar kamu pulang."

Revano mengejar langkah Ellina yang terbilang cepat.

*****

"Hah..."

Gadis yang tengah memainkan ponselnya di halte, itu mengalihkan pandangan saat seseorang duduk di sebelahnya.

"Andra?"

Orang itu---Andra, tersenyum lebar menunjukkan jejeran gigi rapihnya.

"Hai."

"Oh hai." Gadis itu tersenyum seraya membenarkan posisi duduknya.

"Belum pulang?" tanya Andra. Gadis itu menggeleng.

"Belum, masih nunggu jemputan. Lo sendiri belum pulang?"

Kali ini, Andra yang menggeleng.

"Kenapa? Bukannya jemputan lo udah datang?"

"Nunggu kak Gara. Dia masih ada urusan di dalam."

Gadis itu hanya manggut-manggut.

"Umm...An?"

"Ya?"

"Lo..." Andra menggantungkan ucapannya. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat guna mengusir rasa gugup.

"Kenapa?"

"Malam ini lo sibuk gak?"

"Enggak sih. Ada apa?"

"Gua mau minta tolong boleh?"

Anya, gadis itu tampak berfikir.

"Apa?"

"Sebenarnya ini bukan minta tolong sih. Tapi, gua gak tau ini apa. Cuma, gua pengen ajak lo jalan. Apa lo mau?"

"Hah?"

"Iya, kita jalan berdua malam ini apa lo mau?"

"Ndra..."

"Kenapa?

Anya terdiam, ada apa dengan Andra? Kenapa tiba-tiba begini?

"Mungkin ini terlalu ngedadak. Cuma gua bingung harus minta temani siapa lagi. Kak Gara? Mana mau dia. Revano? Gak mungkin."

"Kenapa?"

"Gak tau. Akhir-akhir ini, dia sering banget ngehindar. Aneh banget. Padahal gua gak berbuat salah apa-apa. " Kepala Andra tertunduk. Mengingat perilaku aneh kakak keduanya itu.

"Yakin lo gak berbuat salah? Maksud gua, mungkin lo ada salah tapi lo gak sadar, makanya dia begitu?"

Andra mengangkat bahu nya, "Gak tau. Kalau pun iya gua ada salah sama dia, seharusnya cuma gua yang dia hindari dan juga dia diami. Tapi, kak Gara juga di perlakukan seperti itu. Menurut gua, dia begini bukan kesalahan dari gua maupun kak Gara. Dia kayak gitu, karena...dia berubah mungkin?"

"Gua bener-bener gak tau. Pokoknya sikap dia akhir-akhir ini beda banget. Dia sering ngelamun, dia sering menyendiri, kalau di tanya dia jawab seadaanya. Bahkan di rumah dia jarang banget kumpul."

Hening.

Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

'Lo kenapa Re?' batin Anya.

"Jadi, gimana? Lo bisa?"

*****

Saat ini, Andra tengah berada di pasar malam bersama Anya. Ya, Gadis itu mau-mau saja di ajak Andra. Menurut nya, kita boleh berteman dengan siapa saja bukan?

Tidak hanya Andra dan Anya. Tetapi juga Ellina dan Gara. Keempatnya kini tengah menaiki bersama biang Lala.

"Sebenarnya aku takut ketinggian." Lirih Ellina, tidak lebih tepatnya berbisik di telinga Gara.

"Jangan takut, kan ada aku." Gara menggenggam lembut tangan Ellina yang terasa dingin. Benar, gadis itu takut ketinggian.

"An, foto berdua yuk? Mumpung lagi di atas nih."

Anya menurut saja, ia tersenyum ke arah kamera. Membiarkan Andra merangkul pundaknya.

Oh ya, saat ini. Posisi mereka tengah berada di atas.

"Kak aku takut." wajah Ellina sudah berubah pias. Gara semakin menarik Ellina untuk di rangkulanya.

"Syutt, ada aku Ell. Jangan takut."

"Kak foto berempat yuk? Buat kenang-kenangan." Ajak Andra yang terduduk di kursi sebelah bersama Anya.

Gara ikut saja.

Ckrek.

Ckrek.

Beberapa kali, Andra mengambil gambar mereka. Ia tersenyum setelah melihat slide demi slide foto mereka.

Ada yang begitu Andra suka, yaitu foto candid yang kebetulan Andra ambil. Di foto itu, ada Anya yang tengah tersenyum tulus ke arahnya. Ada Ellina dan Gara saling merangkul satu sama lain dengan wajah yang begitu dekat dan di hiasi bintang-bintang di belakangnya.

Tidak terasa, biang Lala yang Mereka, naikin sudah berada di bawah.

"Huaaa, lega banget gua. Tau gak tadi gau deg-degan banget. Untung ada kak Gara yang nenangin, coba kalo enggak? Copot jantung gua."

"Gak usah lebay." Gara mengacak gemas rambut Ellina. Sontak gadis itu memberenggut seraya merengek. Tawa Gara menguar.

"Habis ini kita naik apa lagi?" tanya Andra.

Hampir semua wahana mereka coba. Saat ini mereka tengah berada di salah satu pendatang yang sedang menjajakan dagangannya.

Ya, setelah lelah selama hampir dua jam mereka berkeliling area pasar malam. Mencoba wahana yang ada. Bermain bersama, bercanda bersama dan tertawa bersama. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan bersama sebelum pulang kerumah masing-masing.

Mereka memilih memakan siomay. Terkecuali Andra. Lelaki itu memilih memakan salad buah. Mengingat siomay dengan bumbu kacang itu pantangan bagi penyakit paru-paru yang di deritanya.

"Hahaha..." Tawa Ellina paling keras terdengar saat melihat hasil foto yang Andra ambil. Menurutnya ada satu yang benar-benar lucu, yaitu ekspresi Gara yang ketakutan ketika berada di dalam 'Rumah hantu'

"Please itu lucu banget. Ndra, kirim ke gua ya?"

"Oke kak."

"Enggak! Apaan sih lo. Hapus ya foto itu." Gara tidak terima, menurutnya ekspresi itu benar-benar tidak lucu yang ada menyebalkan.

"Ini lucu loh kak. Iya kan An?"

Anya hanya manggut-manggut seraya tersenyum tipis. Entahlah, perasaan sedikit tidak tenang.

"Enggak! Hapus atau gua habisin semua stok susu pisang lo di rumah?"

"Bodo, gua bisa beli lagi wlee.." Andra menjulurkan lidahnya, menjauhkan ponselnya dari jangkauan Gara. Tentu saja dengan bantuan Ellina. Tawa Andra dan Ellina menguar. Sementara Gara? Lelaki itu memberenggut kesal.

Jangan tanya Anya. Gadis itu justru terdiam. Teringat akan satu sosok yang sedari tadi terbayang.

"Kabuurr..." Ellina berlari membawa ponsel Andra seraya tertawa terbahak-bahak. Gara dengan cepat mengejar Ellina.

"Hahahaha," Andra tertawa keras, bahkan lelaki itu sampai memukuli meja.

Tanpa mereka ketahui, satu saudaranya tengah meringis di atas brankar rumah sakit dengan tangan yang tertempel selang infusan.

"Sakit ya Re?"

"Huum, tapi hanya sedikit."

Saat ini, Revano tengah melakukan kemoterapi nya. Yang entah, sudah keberapa kali. Intinya, ini bukan yang pertama.

Nyatanya, walau pun ia sudah mencoba terbiasa dengan kemoterapi tetapi rasa sakitnya tidak biasa. Ia selalu saja merasa kesakitan, terlebih seluruh tubuhnya berasa seperti di tusuk oleh belati tajam.

"Kamu sendiri lagi, om Laskar sama Tante Nilam kemana?"

"Nanti mereka datang." jawab Revano serak.

"Kamu selalu berbicara seperti itu Revano. Tapi nyatanya mereka gak datang kan?"

"Anak mereka bukan cuma aku bang, tapi juga Gara dan Andra. Mereka juga masih butuh perhatian lebih dari mama dan papa."

"Tapi kamu jauh lebih membutuhkan perhatian mereka Revano."

Revano menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Mencoba menahan sakit yang kian menusuk.

"M-mama papa juga perhatian kok bang. Mama papa selalu nemenin aku kemoterapi."

"Abang tidak pernah lihat. Yang ada, kamu selalu ngusir Abang untuk tidak menemani kamu disini dengan alasan orang tua kamu datang. Tapi nyatanya, saat Abang kembali kesini orang tua kamu tidak datang kan?"

"Mereka pergi, sebelum Abang datang."

"Kamu selalu berbicara seperti itu Revano. Apa hari ini juga mereka begitu?"

"Bang...sakit."

Shandy menghela nafas. Setelahnya mencoba menenangkan Revano. Lelaki itu tidak boleh banyak pikiran, kalau Revano banyak pikiran Yang ada kemoterapi nya bisa gagal.

"Tahan sebentar ya Re. Enggak lama kok, cuma lima belas menit."

Revano tidak menyahut, efek obat kemoterapi nya kian memasuki lebih dalam tubuhnya. Dan itu sakitnya kian bertambah. Sampai Revano memejamkan matanya, kakinya saling bergesekan.

'Tuhan sakit'

*****

Kemoterapi yang Revano jalani sudah berakhir sejak 20 menit yang lalu. Saat ini, Revano tengah beristirahat di ruangan yang telah di sediakan.

Revano meremas kuat area perut atasnya. Wajahnya terlihat pucat pasi.

'Mama, Revano ingin di temani mama disini.'

"Kakak sendiri?"

Revano terkejut saat suara seseorang menginterupsi. Ia segera menoleh ke arah kirinya. Di sana, seorang anak kecil tengah terbaring dengan selang infusan yang tertempel di tangannya. Sama seperti Revano.

Revano mengangguk kecil seraya tersenyum.

"Kasihan kakak itu mba, dia sendirian. tidak ada temannya. Apa boleh Leon menjadi temannya mba?" Bocah itu menatap seorang wanita yang tengah berdiri di sebelah brankarnya.

"Coba, Leon tanya sama kakaknya. Apa kakaknya mau berteman dengan Leon?"

Leon, bocah itu menatap Revano dengan raut wajah takut, namun pandangannya menatap Revano dengan harapan Revano dapat menerimanya menjadi teman.

Revano mengangguk kecil. "Boleh."

"Yeayy...Akhirnya Leon punya teman di rumah sakit selain mba. Leon seneng banget mba. Mama papa harus tahu." Bocah itu dengan cepat menyambar ponsel yang berada di tangan wanita yang bocah itu panggil 'Mba'

"Mama...papa...Leon punya teman baru. Mama sama papa mau kenalan gak? Teman baru Leon, udah kakak-kakak. Ganteng sekali, tapi sepertinya kakak ganteng sedang sakit. Apa kakak ganteng sakit seperti Leon juga ma? Pa?"

Bocah itu, mengirimkan video singkat  ke kedua orangtuanya. Membuat si mba tersenyum hangat, baru kali ini ia melihat anak majikannya antusias seperti itu.

Bahu Leon merosot, ia mengubah posisinya menjadi duduk. Menghadap Revano.

"Tapi Leon sakit, apa kakak masih mau berteman dengan Leon?"

Revano tersenyum, "Kakak juga sakit. Lihat ini, tangan kakak di infus sama seperti kamu." Revano menunjukkan tangannya yang di infus.

"Leon sakit kanker hati, apa kakak juga sama seperti Leon?"

Revano terdiam, merasakan denyut aneh yang menjalar di area dadanya.

'K-kanker hati?' 





























Bersambung........





















Note : Aku gak tau proses kemoterapi itu seperti apa. Ini aku ngasal ya guys. Jadi maafin aku, aku bukan ahli kedokteran 🙏 sekali lagi aku minta maaf🙏

Btw, gimana dengan chapter ini?

Masih nyambung gak sih?

Maafin yaa baru bisa up, kemarin-kemarin ada kendala:)

Maafin juga, kalo makin kesini alurnya makin gak jelas🙏

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

We're (NOT) Brother Par hihihaha

Roman pour Adolescents

37.5K 2.2K 25
"Lo maunya apa, sih, Bang?" "Lo mati." ***** "U-udah gu-e kabulin, B-bang." "Bangun, anjing!" ***** Hanya sepenggal kisah antara Jeyfano laki-laki ya...
36.1K 3K 47
- Pelangi memang muncul setelah hujan, tapi tidak setiap hujan memunculkan pelangi - Mereka kira kebahagiaan adalah milik setiap manusia, tapi ternya...
11.7K 1.1K 18
"Di setiap kesulitan pasti ada peluang" Heeseung
10.2K 1.2K 8
Jungkook memang hanya tertarik pada laki-laki. Tapi jatuh cinta? Ia belum pernah. Sampai kakak perempuannya mengenalkan Jungkook pada Taehyung, kekas...