Future Wife

By Wieart

218K 8.6K 58

Vita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pr... More

1. Dingin
2. Dilarang Pacaran
3. Anak diluar nikah
4. Harus cari pacar
5. Terinspirasi
6. Aneh
7. Maaf
8. Cium Pipi
9. Makan siang untuk papa
10. Manja-manja sama papa
11. Gebetan
12. Telponan sama gebetan
13. Ceroboh
14. Dia udah dewasa
15. Ketahuan
16. Dikurung
17. Gadis Pembangkang
18. Taktik Susan
19. Terpesona
20. Kok Tahu?
21. Papa Jangan Pergi
22. Mimpi Itu Seperti Nyata
23. Kiss
24. Berdebar-debar
25. Memperbaiki Dasi Raka
26. Calon Pendamping Hidup
27. Om Siapa?
28. Flashback
29. Mendadak Jadi Kakek
30. Sosok Ibu
31. Merindukanmu
32. Pamrih
33. Tak Bisa Memilih
34. Peran Pengganti
35. Syok Berat
36. Tanggung Jawab
37. Cemburu
38. Brengsek
40. Diterima
41. Kamu Udah Tidur?
42. Menahan Diri
43. Awas Pelakor!
44. Cemburu dan Tersinggung
45. Egois (21+)
46. Terkuak Fakta
47. Extra Part
48. Extra Part
49. Extra Part
50. Extra Part

39. Terbongkar

3.8K 167 2
By Wieart

Setelah mandi dan berganti pakaian Boy mendatangi rumah Vita sambil membawa hadiah untuk gadis itu.a Ia berharap gadis itu akan mengerti kenapa ia terlambat. Selama ini tidak ada orang yang ragu dengan semua ceritanya. Karena ia handal dalam mengarang cerita. Bahkan Gea yang merupakan sepupunya sendiri pun langsung percaya dengan perkataannya. Gadis itu juga tidak tahu kelakuan ia yang sebenarnya di luar sana. Termasuk seluruh keluarganya.

Mereka mengira kalau ia anak yang baik dan tidak suka pergi ke klub malam. Namun kenyataannya pria itu sangat suka pergi ke sana dan pulang ke apartemennya dalam keadaan mabuk. Itu salah satu alasan Boy lebih memilih tinggal di apartemen. Boy beralasan kalau ia ingin hidup mandiri, namun ternyata ada alasan lain dibaliknya. Boy tidak mau keluarganya tahu tingkahnya di luar sana.

"Permisi pak," sapa Boy dengan sopan kepada satpam di kediaman Hermawan.

"Ada yang bisa saya bantu den?"

"Apa Vita ada di rumah pak?"

"Ada den," sahut satpam tersebut.

"Bisa saya bertemu dengan Vita? Kebetulan saya mau memberikan hadiah buat dia," ujar Boy.

"Nama aden siapa?"

"Nama saya Boy pak," sahut Boy sopan.

"Sebentar den, saya tanya dulu," ujar pria paruh baya itu.

"Iya pak."

Tak lama kemudian pria paruh baya itu membukakan pintu gerbang.

"Silakan den," ujarnya.

"Makasih pak," ujar Boy sambil mengendarai mobilnya masuk ke dalam halaman kediaman Hermawan.

Boy turun dari mobilnya sambil membawa sebuah hadiah berupa sepatu untuk gadis itu. Tentu saja harga sepatu tersebut sangat mahal. Dan berupa buket bunga sebagai tanda permintaan maafnya karena telat datang ke acara wisuda gadis itu.

Sebelum masuk ke dalam, pria itu merapikan baju dan tatanan rambutnya di kaca spion mobilnya. Setelah dirasa cukup, pria itu berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke pintu rumah besar itu.

Sebelum bel pintu dipencet, ada seorang asisten rumah tangga yang lebih dulu membukakan pintu untuk Boy.

"Silakan masuk mas, udah ditunggu di dalam," ujar asisten rumah tangga itu.

"Iya bik," sahut Boy sopan.

Pria itu berjalan mengikuti wanita itu hingga sampai di ruang keluarga.

"Hei Boy! Akhirnya dateng juga. Kamu kemana aja? Kenapa nggak dateng ke kampus? Vita nungguin kamu tadi," ujar Arya seraya merangkul Boy yang baru datang.

"Maaf om, tadi ada masalah," sahut Boy.

"Maaf ya Vita," ujar pria itu sambil menatap wajah Vita dengan tatapan memelas.

"Iya nggak pa-pa kak," sahut Vita tersenyum tipis. Hingga membuat Raka mendengus kesal.

"Ayo duduk, nggak usah sungkan," ujar Arya menyambut baik kedatangan Boy.

"Iya om," sahut Boy lalu pria itu duduk di sofa di dekat Vita.

"Selamet ya, udah lulus. Maaf tadi nggak bisa dateng soalnya ada sedikit masalah," ujar Boy masih tak enak hati.

"Iya, nggak pa-pa kak," sahut Vita memaklumi. Tadi gadis itu sudah mendengar cerita dari Gea yang sempat bertemu dengan Boy di kampus.

"Ini aku bawain bunga sama hadiah buat kamu, semoga kamu suka," ujar Boy seraya menyerahkan bunga dan hadiah tersebut.

"Makasih kak, lain kali nggak usah repot-repot," sahut Vita.

"Nggak repot kok."

Lagi-lagi Raka mendengus kesal.

"Apa alasan kamu tidak datang tadi?" Bukan Arya yang bertanya, tapi Hermawan.

"Tadi mobil saya mogok, terus waktu saya naik ojek online, hadiah untuk Vita dijambret orang, sudah dikejar tapi hadiahnya gagal saya ambil. Jadi terpaksa saya ikhlasin dan beli hadiah lagi buat Vita," sahut Boy dengan lancarnya.

Hermawan tampak menganggukkan kepalanya.

"Tapi kak Boy nggak pa-pa kan?" Vita tampak khawatir.

"Aku nggak pa-pa," sahut Boy.

"Syukurlah," ujar Vita, mengembuskan nafas lega.

Wajah Raka sudah mengeras, muak dengan percakapan keduanya.

Diam-diam Susan mengamati wajah Raka yang duduk di sofa depan.

"Sabar ya mas Raka sayang, bentar lagi aku bakal cerai dari Arya," batin Susan begitu yakin kalau ekspresi kesal Raka disebabkan karena cemburu ia telah menikah dengan Arya.

"Apa kamu menyukai Vita?" tanya Hermawan tanpa basa-basi.

Boy terkejut namun pria itu langsung tersenyum senang.

"Kalo boleh jujur, saya memang menyukai Vita," ujar Boy.

"Udahlah, kalian langsung pacaran aja, aku yakin Vita juga suka sama kamu," ujar Arya mendukung penuh Vita berpacaran dengan Boy.

Raka mengepalkan tangannya dengan erat. Namun tidak bisa berbuat banyak lantaran Arya adalah ayah kandung gadis itu.

"Kalo gitu tolong jelaskan semua ini," ujar Hermawan seraya menyalakan laptop yang sudah tersedia di atas meja.

Pria itu mengutak-atik benda tersebut lalu memutarnya. Membiarkan semua orang yang ada di ruangan itu untuk melihat layar benda tersebut.

Di layar tersebut terdapat foto-foto dimana Boy sedang berada di dalam klub malam sedang memangku seorang wanita. Bukan hanya itu saja, Boy juga kedapatan pergi bersama wanita itu menuju ke sebuah apartemen. Dan keluar dari apartemen itu pada keesokan harinya dan langsung menuju ke kampus Vita.

Di depan kampus Boy bertemu dengan Gea dan tampak mengobrol. Setelah itu Boy pergi ke apartemennya terlebih dahulu lalu mampir membeli bunga.

"Apa ini semua?" tanya Arya geram.

Boy menggaruk belakang kepalanya, pria itu panik. Ternyata ada orang yang mengikutinya dari tadi malam. Kenapa ia sampai tidak tahu.

"Itu... Bukan... Seperti yang kalian lihat, ini salah paham. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama wanita itu, aku dijebak, Vita aku mohon percaya ya sama aku," ujar Boy ketakutan.

"Salah paham gimana?! Semuanya udah jelas!" Arya murka seketika. Ia memang brengsek tapi sebagai ayah ia juga tidak rela anaknya berpacaran dengan pria brengsek seperti pria itu.

"Jadi intinya kamu sudah berbohong kepada kami semua," ujar Hermawan semakin memantik emosi Arya.

"Kurang ajar!" Arya bangkit.

Bug!

Satu pukulan cukup kencang mengenai pipi Boy, dan yang mengejutkannya bukan Arya pelakunya, melainkan Raka. Sedari tadi pria itu sudah menahan emosi karena cemburu berat. Lalu ada kesempatan untuk memukul bocah ingusan itu, jadi mana mungkin ia lewatkan begitu saja.

"Aaaaaaa!" Vita berteriak saking terkejutnya.

Tubuh Boy tergeletak di lantai dengan darah mengalir di sudut bibirnya.

Arya mencengkram baju Boy dengan kencang, memaksa pria itu bangkit.

"Aku nggak akan biarin kamu deketin anakku, sampai kapanpun," ujar Arya penuh penekanan.

"Aku..."

Belum sempat Boy berbicara Arya sudah lebih dulu mendorong pria itu hingga kembali jatuh ke lantai.

"Tutup mulutmu! Dan pergi dari sini!" ujar Arya dengan nada tinggi. Belum menjadi kekasih anaknya saja dia sudah berani berselingkuh, pria brengsek macam apa dia.

Sebrengsek-brengseknya Arya, dia tidak pernah mendekati dua wanita sekaligus. Dan dengan bodohnya ia hampir menyerahkan putrinya kepada pria seperti itu.

"Om... Aku bisa jelasin semuanya," ujar Boy.

"Tidak ada yang perlu dijelasin lagi," ujar Hermawan lalu pria tua itu memutar rekaman suara Boy di klub malam bersama teman-temannya.

Suara Boy dan teman-temannya mengalun dengan lancarnya.

Semua yang ada di ruangan itu semakin terkejut. Vita menatap Boy dengan tatapan tak percaya.

"Aku nggak akan biarin kamu deketin Vita, ngerti kamu!" ujar Arya tegas.

Arya menyeret Boy dan mendorong pria itu keluar dari rumahnya. Tak lupa Arya juga melemparkan hadiah dan buket bunga yang pria itu bawa untuk Vita.

"Kalau sampai kamu masih berani mendekati Vita, saya tidak akan segan-segan menghancurkan bisnis dan hidupmu," bisik Raka sambil membantu Boy berdiri.

Wajah Boy tampak meremehkan. "Om suka sama Vita kan?" tanya Boy tiba-tiba. Ternyata sedari tadi pria itu mengetahui ekspresi Raka yang tampak tak suka saat ia berbicara dengan Vita. Tatapan Raka bukan seperti tatapan seorang ayah ke anak angkatnya, tapi seperti seorang pria ke wanita yang disukainya.

"Om udah tua, mending cari wanita yang seumuran sama om. Lagian apa om nggak malu suka sama anak angkat sendiri?" bisik Boy membalas perkataan Raka dengan sinisnya.

"Dengar baik-baik, aku bisa mengungkap sifat burukmu kepada keluargamu," bisik Raka sambil membersihkan debu di bahu Boy.

Boy melotot lebar. Jangan sampai keluarganya tahu sifatnya yang sebenarnya, bisa-bisa ia tidak akan mendapat warisan dari ayahnya.

Bisikan Raka benar-benar sangat mengerikan. Bagaimana pria itu tahu kelemahannya?

Ia bisa hidup tanpa Vita, tapi ia tidak bisa hidup tanpa warisan keluarganya. Alhasil Boy langsung mengambil barang-barangnya lalu pergi dengan cepat.












Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 73.8K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
76.3K 5.7K 29
Iris tidak menyangka bahwa dirinya akan memiliki kekasih seorang duda yang memiliki satu orang anak menggemaskan, yang sosoknya tidak sengaja diriny...
511K 20.9K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
395K 15.5K 39
"Sea, jadi bunda gue ya"ucap gea "Apa lo bilang Ra"ucap sea menatap Gea tidak percaya. *Ini kisah kehidupan gue Sea kalea gecilia sama sahabat gue G...