"Happy Anniversary, Maliq!!! I love you so much!!"
"Maliq, kamu dimana? Bales dong!!"
"Maliq! Ih kemana sih?"
Dari ucapan selamat sampai ucapan yang terlihat jenuh telah Heni kirimkan beberapa kali via messenger pada Maliq. Namun kekasihnya itu belum juga membalasnya, jangankan membalas, membaca saja pun belum. Kemana kau Maliq? Pikir Heni dalam hati.
Iphone milik Heni bergetar. Tertera 2 messages di dalamnya. Heni segera membuka isi pesan itu, ooh, ternyata dari orang yang sedang ia tunggu. Maliq.
"Ya.. Happy anniv too!"
"Maaf baru ku balas. Aku baru kembali memegang handphone."
2 messages tersingkat dan tak berarti apa-apa yang Heni dapatkan. Biasanya, Maliq selalu mengiriminya messages yang menyenangkan dan membuatnya -kadang- tersenyum sendiri. Seperti saat baru pertama mereka jadian misalnya.
"Iya sayang, aku baru sampai rumah. Dengan selamat hehe.. Kamu tau gak? Tiba-tiba aku kangen lagi sama kamu lho. Coba kita tinggal serumah ya. Atau kita kayak Mario sama Venna aja yuk. Hihi."
Nah begitu messages yang sering membuat Heni tertawa sendiri. Guyonan Maliq yang tak henti-hentinya selalu saja membuat suasana tak kelihatan serius. Tetapi mengapa di saat hari penting seperti ini Maliq malah cuek dan tak menyenangkan seperti biasanya. You why, baby?
"Apa kita bisa ketemu?" Heni kembali mengirimi messages. Ia berharap kali ini Maliq merespon dengan baik dan tidak membuatnya kesal. Teruntuk hari ini saja.
35 menit berlalu. Iphone Heni tak lagi kembali bergetar. Belum ada tanda-tanda balasan dari Maliq atau Maliq yang tak ingin membalas? Ah, Maliq membuat gadisnya resah saja.
Heni menarik kursi di depan meja komputernya. Mungkin karena terlalu lama menunggu membuatnya jenuh, maka ia putuskan untuk berselancar di dunia internet. Ia berharap online akan membuatnya lupa sesaat akan perlakuan Maliq pada dirinya.
Media social Twitter menjadi tujuan utama gadis ini untuk menghibur diri. Berkali-kali ia scroll baik ke atas maupun ke bawah, namun tak ada isi timeline yang menarik. Tak ada mention masuk pula. Ini tambah membuat jenuh saja.
Heni meletakkan kedua tangannya diatas meja untuk menopang wajahnya yang terlihat kusut.
"ARGH!!" Desisnya sebal sambil menekan tombol enter sekeras mungkin.
Rasanya sebentar lagi Heni akan mengamuk dengan membanting kasar keyboard komputernya, atau mungkin ia akan sekaligus menghancurkan komputernya untuk melampiaskan kekesalannya ini. Maliq harus bertanggung jawab!
You have new notifications!
Mata Heni langsung tertuju ke arah Iphone bercase putih miliknya. Layar Iphone itu menyala dengan pemberitahuan popup tertera. Ada sebuah messages dikirim seseorang lewat Line untuknya.
"Ya sayang.. Aku jemput kamu 1 jam lagi. Wait ya.."
Hati gadis berambut hitam panjang ini terasa mencolos. Pesan yang baru di terimanya terasa mencabik-cabik hatinya. Sejak kapan Heni mempunyai janji pada Maliq yang akan menjemputnya pukul 1 siang nanti? Kapan? Apa Maliq sedang memiliki janji dengan orang lain? Apa harus memanggilnya menggunakan kata 'sayang'?
"Apa?" Heni membalasnya singkat. Ia ingin tau apa yang akan Maliq katakan.
Beberapa menit kemudian Maliq membalas -dengan singkat-. "Maaf aku salah kirim."
Ini sudah kelewatan. Jadi maksudnya Maliq salah kirim pesan pada Heni lalu pesan itu di tujukan untuk gadis lain? Maliq selingkuh? Maliq mengkhianati Heni? Semua pikiran itu berkecamuk dalam pikiran dan hati Heni.
"Kamu ingin menjemput siapa? Kenapa mesti pakai sayang-sayangan?" Heni kembali membalas. Namun kali ini Maliq tak membalas lagi. Mengapa Maliq berubah seperti ini?
Heni bangun dari duduknya semula di depan komputer. Emosinya akan meledak sebentar lagi jika saja Maliq tak memberi keterangan yang jelas akan messages di Line itu.
Setengah jam berlalu. Heni sudah siap menyusul atau bahkan akan memergoki kekasihnya itu. Heni mengaktifkan GPS di Iphonenya. Tampaknya ia akan melacak keberadaan Maliq lewat GPS. Nah, kebetulan GPS di handphone Maliq aktif. Tandanya pemuda itu benar-benar pergi. Lokasinya mengarah ke arah Soekarno Hatta International Airport. Sedang apa Maliq menuju bandara?
Heni langsung menuju ke mobil sport biru miliknya. Ia akan menyusul Maliq. Sekarang juga, kecepatan 200km/perjam sedang menjadi titik acuannya untuk segera sampai. Apa gadis ini tak takut mati? Apa ia rela menghabisi nyawanya demi orang yang telah memberikannya harapan palsu?
Tampak di area parkir ada sebuah motor cagiva baru terparkir dengan orangnya yang sudah berlalu. Itu Maliq. Ya, ia benar ke bandara. Mau apa sih pemuda ini?
Heni langsung keluar dari mobilnya, berjalan membuntuti Maliq secara diam-diam. Langkah Maliq menuju barisan orang-orang yang sedang melakukan boarding past. Heni masih setia menguntit kekasihnya itu dari belakang, memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Sampai pada akhirnya, Maliq bertemu dengan seorang gadis dengan tinggi badan semampai dan berambut pirang. Hidungnya mancung dan berkulit putih. Bila di tebak, gadis ini seperti turis. Lantas apa hubungannya dengan Maliq?
"Annastasia.. How are you?" Ucap Maliq tersenyum riang.
Gadis yang disapa oleh Maliq begitu terlihat senang, ia langsung memeluk Maliq, hmmm.. Cukup mesra.
"I miss you so much, Maliq!" Tukas gadis itu dengan nada suara manja.
Pemandangan di depannya membuat kedua mata Heni memanas. Emosinya seperti sudah tak bisa lagi di tahan. Heni lantas menghampiri Maliq dan Annastasia itu.
"Maliq!" Pekik Heni cukup keras yang langsung membuat Annastasia melepaskan pelukannya pada Maliq.
"Heni?" Ucap Maliq berjengit kaget.
"Who's she, Maliq?" Tanya Annastasia pada Maliq sambil memandang Heni tak suka.
"Jadi ini alasannya? Ini alasan kamu nolak ketemuan?" Sergap Heni langsung mengutarakan pertanyaan yang menghigapi perasaannya.
"Kata siapa aku menolak?" Balas Maliq yang sepertinya tidak mau kalah. Sementara Annastasia hanya menatapi mereka dengan kebingungan.
Heni mengerutkan keningnya. Ia mendengus kesal. Maliq mulai pintar membalikkan pembicaraan. "Kamu memang gak menolak. Tapi kamu bohong!"
"Siapa sih yang bohong?" Tukas Maliq kesal.
Cairan bening mengalir dari kedua mata hitam pekat milik Heni. Ooh, inikah yang seharusnya di dapatkan seorang kekasih di saat hari jadi mereka? Sebuah kebohongan dan penolakan?
"Maliq, kita harus pulang. I'm so tired." Ucap Annastasia dengan mencoba berbahasa Indonesia meski dengan logat barat yang kental.
Maliq terpaku diam pada tempatnya berpijak. Heni masih menangis. Mereka saling memandang dengan pandangan yang lirih. Rasanya pemuda itu ingin sekali menghapus butiran air mata yang jatuh membasahi kedua pipi gadisnya. Namun apa daya, lengan Maliq sudah di gelayuti manja oleh Annastasia.
"Annastasia, can you give me a time?" Kata Maliq mencoba memberi pengertian pada Annastasia.
"For what?" Jawab Annastasia dengan malas.
" I would like to talk with my girlfriend. Please understand." Annastasia mengangguk pasrah. Gadis bule itu mulai merenggangkan pelukan tangannya pada Maliq.
Maliq pun langsung menarik tangan Heni menjauh dari keramaian dan tentu saja Annastasia. Mereka ingin berbicara serius sepertinya. Tentu hanya berdua.
"Ada yang perlu aku bicarakan." Heni mengangguk, artinya ia mempersilahkan pemudanya untuk memulai membuka pembicaraan.
"Aku harap kamu mengerti." Kata Maliq ragu-ragu.
Heni menghela nafas. Apa susahnya sih berbicara seperti biasa saja. Maliq terlalu bertele-tele.
"Mau tidak kita akhiri hubungan ini?" Tanya Maliq santai dan langsung membuat Heni terperangah.
"Maksud kamu?"
"Ya. Hubungan kita sampai disini saja. Bagaimana?" Aku tidak menginginkan perkataan ini, Maliq. Teriak Heni dalam hati.
"Why?" Tanya Heni dengan suara yang nyaris tak terdengar. Air mata mulai menggenang kembali menjadi suatu waduk.
Maliq memegang kedua lengan Heni, berusaha untuk menguatkan. Mereka kembali bertatapan. Maliq menghela nafas mencoba mengungkapkan alasan yang membuatnya mengambil keputusan seperti ini.
"Aku lebih nyaman saat kita jadi teman. Teman dekat. Itu lebih asik menurutku. 2 tahun terakhir kita pendekatan rasanya berbeda saat kita memulai hubungan ini. Kamu lebih tepat menjadi temanku."
"Alasan basi, Maliq!" Sela Heni cepat memotong pembicaraan Maliq.
"Tapi begitu kenyataannya." Ucap Maliq terlihat tegas.
Heni menggigit bibir bawahnya kesal. Semua perasaan bercampur menjadi satu dalam pikiran dan hatinya. Maliq memutuskannya saat anniversary? Apa karena gadis itu?
"Pasti karena gadis itu." Kata Heni sambil mengelap kasar air mata yang berjatuhan.
"Bukan. Ini murni keinginanku."
Heni kembali menghela nafasnya. Sekali lagi ia menguatkan diri untuk tidak terlihat lemah di depan kekasihnya.. Um, beberapa detik sekarang menjadi mantan kekasih.
"It's okay." Heni berusaha terlihat tegar.
Maliq tersenyum melihat Heni yang sepertinya baik-baik saja. Padahal ia tidak tau bahwa sebenarnya jika pulang nanti Heni akan menggalau ria dikamarnya atau menghabiskan tissue sebanyak-banyaknya untuk menangisi dirinya.
"Kita masih bisa berteman." Ucap Maliq tenang.
Heni tersenyum tipis kemudian berkata, "Ya."
"Mau ku antar pulang?" Maliq menawarkan tumpangan.
"Hmm.. Okay, Maliq! Kita hanya berteman, kan, sekarang? Nah yasudah, perhatian dari seorang teman dilarang terlalu jauh. Aku sekarang hanya temanmu dan gadis itu? Anggap saja ya calon pacarmu. Jadi.."
"Aku dan Annastasia gak pacaran." Sela Maliq memotong pembicaraan Heni.
Gadis itu memandang ke arah Maliq gemas. Sekarang memang belum pacaran, tapi kedepannya siapa yang tau, Mas! Batin Heni berteriak.
"Ya sepertinya akan." Maliq mendengus kesal, kekeuh sekali sih gadis ini menafsir dirinya sampai sejauh itu.
"Jadi tolong jangan membuat suasana menjadi canggung. Lagipula aku kemari bawa mobil, kok! So, tenang saja." Sambung Heni lagi.
"Jadi kamu menolak?" Tanya Maliq memastikan. Heni mengangguk cepat.
"Aku permisi." Heni langsung mengambil langkah seribu untuk menghindari mantan kekasihnya ini. Sementara Maliq hanya bisa memandangi punggung Heni yang mulai menjauh. Tersirat rasa bersalah pada diri Maliq. Namun laki-laki sejati tidak akan mengubah keputusan yang sudah diambilnya, bukan?
~~~
Whooo, sudah ku update lagi, maaf yak ngaret hehe ini chapter terakhir untuk edisi Special Part. Semoga suka ya.. Ayodong komentar hehe tanpa vote tak apalah. Kalian lebih suka couple yang mana nih? Tulis ya di komentar guysss, makasih❤