Future Wife

By Wieart

218K 8.6K 58

Vita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pr... More

1. Dingin
2. Dilarang Pacaran
3. Anak diluar nikah
4. Harus cari pacar
5. Terinspirasi
6. Aneh
7. Maaf
8. Cium Pipi
9. Makan siang untuk papa
10. Manja-manja sama papa
11. Gebetan
13. Ceroboh
14. Dia udah dewasa
15. Ketahuan
16. Dikurung
17. Gadis Pembangkang
18. Taktik Susan
19. Terpesona
20. Kok Tahu?
21. Papa Jangan Pergi
22. Mimpi Itu Seperti Nyata
23. Kiss
24. Berdebar-debar
25. Memperbaiki Dasi Raka
26. Calon Pendamping Hidup
27. Om Siapa?
28. Flashback
29. Mendadak Jadi Kakek
30. Sosok Ibu
31. Merindukanmu
32. Pamrih
33. Tak Bisa Memilih
34. Peran Pengganti
35. Syok Berat
36. Tanggung Jawab
37. Cemburu
38. Brengsek
39. Terbongkar
40. Diterima
41. Kamu Udah Tidur?
42. Menahan Diri
43. Awas Pelakor!
44. Cemburu dan Tersinggung
45. Egois (21+)
46. Terkuak Fakta
47. Extra Part
48. Extra Part
49. Extra Part
50. Extra Part

12. Telponan sama gebetan

3.1K 150 2
By Wieart

Vita menatap ke arah pria itu dan ternyata pria itu terlihat membawa nampan seraya berjalan ke arahnya.

Sesampainya di depan mereka, Boy meletakkan es krim di depan Vita beserta kertas bertuliskan nomor ponselnya.

“Es krim spesial buat Vita, dan  itu nomor ponsel gue, jangan lupa hubungi gue,” ujar Boy, lalu pria itu pergi kembali ke tempatnya bekerja.

“Kak! Gue nggak dikasih es krim?!” teriak Gea.

“Sini ambil sendiri!” teriaknya.

Saat Vita hendak masuk ke dalam mobil Yoga, tiba-tiba Boy berlari mendekat.

“Gue anterin elo pulang,” ujar Boy dengan nafas putus-putus lantaran berlari cukup kencang supaya bisa mengejar Vita.

Vita tampak terkejut dan bingung.

“Maaf kak, bukannya Vita nggak mau dianterin pulang sama kak Boy, tapi ada satu alasan yang bikin Vita nggak  bisa dianterin sama kak Boy,” ujar Gea. 

Kening Boy berkerut. “Apa?”

“Nanti deh kak, gue ceritain, sekarang gue mau balik ke kampus lagi,” ujar Gea.

“Maaf ya kak, mungkin lain kali,” ujar Vita seraya tersenyum.

“Iya nggak pa-pa,” sahut Boy sedikit kecewa.

Sesampainya di kampus, buru-buru Vita turun dari mobil Yoga sebelum papanya menjemputnya.

Dan benar saja, sesaat setelah mobil Yoga berjalan, mobil papanya mendekat. Sontak Vita merapikan pakaiannya dan pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Gadis itu masuk ke dalam mobil papanya dengan santai. Entah kenapa hasrat untuk tersenyum begitu kuat apalagi saat mengingat senyum Boy yang sangat manis. Tak terasa gadis itu mengulum bibirnya saking bahagianya. Ini kali pertama baginya didekati oleh seorang pria. Mau tak mau hatinya mulai berbunga-bunga.

“Kenapa kamu senyum-senyum?” tanya Raka yang ternyata diam-diam mengamati gadis itu.

“Aku inget kejadian lucu di kampus tadi,” sahut Vita yang terpaksa berbohong supaya papanya tidak mengetahui kalau ia sedang didekati oleh seorang pria.

“Kejadian apa?”

“Emm… itu Gea tadi jatoh di depan pak dosen,” sahut Vita menceritakan kejadian yang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu.

“Kamu nggak bohong kan?” tanya Raka yang sesekali melirik ke arah Vita.

“Nggak pa, itu beneran, Vita nggak bohong,” sahut Vita begitu meyakinkan.

“Maafin aku pa, kejadiannya emang beneran tapi udah terjadi lama,” batin Vita yang tak bermaksud membohongi papanya, hanya saja ia terpaksa melakukannya supaya ia bisa hidup normal seperti teman-temannya yang memiliki pacar.

Raka tampak percaya dengan perkataan Vita barusan.

***

Setelah makan malam Vita langsung pergi ke kamarnya. Sementara Raka langsung pergi ke ruang kerjanya. Tak berapa lama bibi datang sambil membawa kopi.

“Pak, ini kopinya,” ujar bibi seraya meletakkan kopi tersebut di meja.

“Vita mana? Kenapa bukan dia yang bawa kopinya?”

“Non Vita langsung masuk ke kamarnya pak, mungkin non Vita kecapekan,” ujar bibi.

“Kecapekan?”

Kening Raka berkerut.

Sementara di kamarnya Vita sedang galau hendak menghubungi Boy, pasalnya ia bingung harus berbicara apa dengan pria itu. Karena ia tidak pernah memulai topik terlebih dahulu.

Ponsel sudah ia pegang, tinggal menekan satu tombol saja supaya terhubung ke ponsel Boy. Tapi rasanya sangat sulit untuk melakukannya. Jantungnya berdetak kencang saking gugupnya.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan bersiap untuk mendengar suara merdu pria bernama Boy yang tadi siang ia temui di kafe Koala.

Klik.

Tombol telah Vita tekan dan tak berapa lama terdengar suara seorang pria.

“Halo,” sapa pria itu.

“Ini Vita ya?”

“Iya kak,” sahut Vita sambil menggigit bibir bawahnya.

“Gue udah lama nunggu telfon dari elo,” ujar Boy.

“Maaf kak,” sahut Vita merasa bersalah.

“Iya nggak pa-pa, santai aja, toh sekarang elo udah nelfon gue,” ujar Boy dan terdengar suara tawa yang sangat renyah keluar dari mulut pria itu.

“Sekali lagi maaf ya kak.”

“Iya Vita nggak pa-pa, gue musti bilang berapa kali supaya elo percaya?”

“Iya aku percaya,” sahut Vita seraya mengulum senyum.

“Gue udah tahu semuanya dari Gea kalo bokap lo terlalu overprotektif,” ujar Boy.

“Yang sabar ya, gue yakin bokap lo bakal ngizinin lo buat pacaran.”

“Iya kak, aku juga lagi berusaha bikin papa nggak terlalu kaku sama aku,” ujar Vita.

Vita tampak menceritakan semuanya kepada pria itu dengan santai dan tanpa beban. Bahkan Boy dapat membuat Vita tertawa lepas setelah mendengar lelucon yang Boy katakan kepada gadis cantik itu.

Tak terasa Vita menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol dengan pria itu. Bahkan sampai larut malam.

Raka yang keluar dari ruang kerjanya hendak pergi ke kamarnya tanpa sengaja ia mendengar suara Vita yang masih terjaga di tengah malam. Suara tawa gadis itu menarik perhatiannya. Lalu ia teringat dengan perkataan gadis itu kalau salah satu sahabatnya terjatuh di kampus dan menurut Vita kejadian itu sangat lucu, Raka berpikir kalau Vita sedang menceritakan kejadian itu kepada salah satu sahabatnya yang lain, entah siapa nama gadis itu, ia tidak begitu memikirkannya.

Pria itu hendak menyuruh Vita tidur, namun sesaat kemudian ia ingat kalau Vita bukan anak kecil lagi. Bahkan gadis itu sudah lulus kuliah. Akhirnya Raka mengurungkan niatnya dan memilih kembali ke kamarnya.

“Hahaha… kamu lucu banget,” ujar Vita seraya menghapus air yang keluar dari sudut matanya lantaran terlalu banyak tertawa.

“Masa sih?”

“Iya,” sahut Vita lalu tak lama kemudian gadis itu menguap hingga terdengar oleh Boy.

“Kayaknya kita ngobrol terlalu lama makanya nggak terasa udah larut malem, sorry ya udah ganggu waktu tidurnya,” ujar Boy.

“Iya nggak pa-pa,” sahut Vita malu-malu.

“Gimana kalo besok gue jemput elo di kampus, kita lanjut ngobrol di kafe gue?”

Vita menggigit bibirnya. “Boleh.”

“Kalo gitu good night semoga mimpi indah,” ujar Boy dengan suara lirih namun terdengar merdu.

“Iya,” sahut Vita dan setelah sambungan telfon terputus Vita meletakkan ponselnya lalu berjingkrak-jingkrak heboh di atas tempat tidur saking senangnya.

Setelah lelah berjingkrak-jingkrak gadis itu lantas menjatuhkan diri di atas tempat tidur yang sangat empuk sambil menahan diri untuk tidak berteriak kencang.

Besok adalah momen pertama kalinya ia di jemput oleh seorang pria selain papanya. Vita mulai memikirkan baju apa yang akan ia pakai besok untuk bertemu dengan Boy. Tentu saja ia tidak boleh sembarangan memakai baju, karena ia harus tampil mempesona di depan pria pertama yang akan menjemputnya selain papa setelah dua puluh dua tahun.

Gadis itu segera bangun dari tidurnya berlari kecil menuju ke work in closet miliknya dan mulai memilih baju, sepatu, tas dan aksesoris yang akan dia kenakan besok. Tidak hanya itu, gadis itu juga mulai memilih parfum mana yang akan ia pakai besok.

Saking lamanya memilih sampai-sampai gadis itu tidak sadar sudah tengah malam. Setelah semuanya beres kini giliran mata gadis itu yang tidak bisa terpejam saking antusiasnya menanti hari esok.

“Nggak sabar ketemu kak Boy besok,” ujar Vita sambil senyum-senyum sendiri.

Semenit dua menit hingga berjam-jam lamanya mata Vita tak kunjung terpejam. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat subuh barulah gadis itu terlelap.

                                                                                                                                                              

Continue Reading

You'll Also Like

2M 71.7K 73
Bukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.
188K 9.8K 43
Budayakan 👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇 👉 FOLLOW 👉 VOTE 👉 COMMENT SEBELUM LANJUT MEMBACA..... Tidak ada seora...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.7M 288K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...