Future Wife

By Wieart

218K 8.6K 58

Vita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pr... More

1. Dingin
2. Dilarang Pacaran
3. Anak diluar nikah
4. Harus cari pacar
5. Terinspirasi
6. Aneh
7. Maaf
9. Makan siang untuk papa
10. Manja-manja sama papa
11. Gebetan
12. Telponan sama gebetan
13. Ceroboh
14. Dia udah dewasa
15. Ketahuan
16. Dikurung
17. Gadis Pembangkang
18. Taktik Susan
19. Terpesona
20. Kok Tahu?
21. Papa Jangan Pergi
22. Mimpi Itu Seperti Nyata
23. Kiss
24. Berdebar-debar
25. Memperbaiki Dasi Raka
26. Calon Pendamping Hidup
27. Om Siapa?
28. Flashback
29. Mendadak Jadi Kakek
30. Sosok Ibu
31. Merindukanmu
32. Pamrih
33. Tak Bisa Memilih
34. Peran Pengganti
35. Syok Berat
36. Tanggung Jawab
37. Cemburu
38. Brengsek
39. Terbongkar
40. Diterima
41. Kamu Udah Tidur?
42. Menahan Diri
43. Awas Pelakor!
44. Cemburu dan Tersinggung
45. Egois (21+)
46. Terkuak Fakta
47. Extra Part
48. Extra Part
49. Extra Part
50. Extra Part

8. Cium Pipi

4.6K 207 2
By Wieart

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah sepatu membuat Vita mengalihkan perhatiannya. Wanita berusia tiga puluh tahun dengan pakaian formal masuk ke dalam rumah dan menghampiri Vita yang berada di ruang makan.

“Pak Raka ada dimana?” tanya Susan, sekretaris Raka.

“Ada di kamar,” sahut Vita.

“Oh oke,” sahut Susan dengan nada angkuh dan terdengar penuh permusuhan.

Setelah mengatakan itu Susan dengan seenaknya sendiri menaiki anak tangga menuju ke kamar Raka. Sontak Vita melongo dibuatnya.

“Siapa wanita itu?” gumam Vita dengan kening berkerut dalam.

“Jangan-jangan itu pacarnya papa,” ujar Vita sedetik kemudian.

Tak lama kemudian Raka turun bersama wanita itu. Tatapan mata Vita tak lepas menatap wanita di samping papanya itu. Raka duduk dikursinya, lalu wanita itu duduk di kursi yang berhadapan dengan Vita.

“Namanya Susan, dia sekretaris papa yang baru,” ujar Raka memperkenalkan wanita itu.

Vita mengangguk-anggukan kepalanya.

“Dia  Vita, anak saya,” ujar Raka hingga membuat Susan menatap Vita dengan tatapan tak percaya. Bos tampannya yang terlihat masih muda ternyata sudah memiliki anak gadis yang sudah dewasa.

Tadinya ia pikir anak bos tampannya masih anak-anak, sekitar enam sampai sepuluh tahun, tapi ternyata dugaannya salah besar. Anaknya sudah gadis bahkan sangat cantik.

Padahal tadi ia mengira kalau gadis itu adalah kekasih bos tampannya.
Wajah Susan langsung pucat pasi.

“Gawat,” batin wanita itu.

Vita menatap Susan dengan tatapan tidak suka, karena wanita itu sudah bersikap angkuh padanya tadi.

“Kamu sudah sarapan belum?” tanya Raka kepada Susan.

“Belum pak,” sahut Susan sedikit merasa senang lantaran Raka tampak perhatian padanya.

“Kalo begitu kita sarapan sama-sama,” ujar Raka hingga membuat Vita kesal.

Papanya itu tidak pernah menawarinya sarapan bersama, tapi kepada wanita itu papanya dengan ramah menawarinya sarapan bersama.

Vita merasa kesal seketika.

“Sini pak, saya yang ambilin,” ujar Susan yang bertingkah seperti istri pria itu.

“Terima kasih,” ujar Raka lalu pria itu menerima piring dari Susan.

“Aku nggak mau papa nikah sama wanita kayak dia,” batin Vita dengan tatapan tajam tertuju ke arah Susan.

“Hari ini kamu ke kampus nggak?” tanya Raka.

“Iya,” sahut Vita yang masih fokus menatap ke arah Susan yang mendadak salah tingkah.

“Kalo gitu papa anterin kamu.”

Setelah sarapan Raka masuk ke dalam mobilnya dan disusul Vita. Sementara itu Susan masuk ke dalam mobil Raka. Vita tampak kesal dengan kehadiran Susan di dalam mobil papanya. Terlihat dengan jelas kalau wanita itu menyukai papanya.

“Susan,” panggil Raka.

“Iya pak,” sahut Susan dengan riang.

“Kamu sedang apa?”

“Duduk pak,” sahut Susan dengan wajah polosnya.

“Iya saya tahu kamu lagi duduk, tapi kenapa duduk di mobil saya?”

“Kan bapak mau ke kantor, jadi saya mau ikut bapak sekalian,” sahut Susan.

“Siapa yang nyuruh kamu datang ke rumah saya?”

“Nggak ada pak, saya sendiri yang pengen dateng ke rumah bapak,” sahut Susan.

“Kamu datang ke rumah saya atas kemauan sendiri, jadi kamu juga harus pergi ke kantor sendiri,” ujar Raka dengan nada datar.

“Maksudnya bapak nggak mau bawa saya sekalian,” ujar Susan.

“Hm.”

Vita yang mendengar perkataan papanya langsung menyeringai lebar. Dengan terpaksa Susan keluar dari mobil dengan wajah cemberut. Tak lama kemudian mobil itu melaju kencang.

Vita di dalam mobil tersenyum bahagia. Ternyata papanya tidak mengizinkan wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan berada diantara mereka berdua.

“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?”

“Nggak ada apa-apa,” sahut Vita seraya mengulum senyum.

Tak terasa mobil sudah sampai di depan kampus. Vita membuka sabuk pengamannya lalu mencondongan tubuhnya ke arah papanya setelah itu tanpa Raka sadari gadis itu sudah mengecup pipinya dengan cepat.

“Papa nggak usah jemput, nanti aku pulang naik taksi,” ujar Vita seraya berlalu.

Raka menyentuh pipinya yang baru saja Vita cium, sudut bibirnya terangkat walau samar.

Vita berjalan seraya menepuk-nepuk pipinya yang memanas sebab jantungnya berdetak sangat kencang, ia tidak menyangka berhasil mencium pipi papanya seperti yang Rosa lakukan waktu itu.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan, berharap bisa meredakan detak jantungnya yang menggila. Rasanya sangat menegangkan sekaligus lega. Ini awal dari kedekatannya dengan Raka. Mulai hari ini ia harus sering mengajak bicara papanya sekalipun pembicaraannya tidak penting. Ataupun melakukan kontak fisik supaya kedekatan antara anak dan ayah terjalin erat.

“Vita!” Gea melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar.

Vita membalas lambaian tangan Gea seraya berlari kecil mendekati sahabatnya itu. Vita mengambil duduk di samping Gea yang sedang mengerjakan tugas.

“Rosa mana?” tanya Vita seraya mengedarkan pandangannya.

“Dia belum dateng, mungkin sebentar lagi,” sahut Gea yang masih sibuk dengan laptopnya.

Gea melihat wajah Vita memerah .

Dan gadis itu merasa curiga. “Elo demam?” tangan Gea terulur memegang dahi Vita untuk memeriksa suhu tubuh gadis itu.
Vita menggeleng kencang.

“Iya nggak panas, terus kenapa wajah lo merah?” tanya Gea.

“Hah! Wajahku merah?” Vita tampak terkejut.

“Iya, makanya gue megang jidat lo buat mastiin.”

“Aku nggak kenapa-napa kok,” ujar Vita seraya memegang kedua pipinya dengan tangan.

“Gue tahu!” pekik Gea hingga membuat Vita terkejut, jangan-jangan sahabatnya itu tahu kalau ia baru saja mencium pipi papa, tapi bukankah wajar mencium pipi ayah sendiri. Entah kenapa Vita seperti merasa melakukan hal yang salah.

“Tahu apa?”

“Pasti karena elo habis lari barusan, gue ini suka lupa kalo kulit lo itu terlalu putih, makanya gampang merona,” ujar Gea yang entah kenapa membuat Vita lega seketika.

Dari kejauhan Rosa berlari tergopoh-gopoh dan berhenti di depan Vita dan Gea.

“Tumben baru nyampe?” celetuk Gea.

“Gue nyasar,” ujar Rosa dengan nafas tersengal-sengal.

“Lah kok bisa?” celetuk Gea lagi.

“Gue bawa mobil sendiri, dan gue nyasar,” ujar Rosa.

“Dari rumah kamu ke sini kok bisa nyasar Ros?” tanya Vita tak habis pikir.

“Tiap hari kan gue dianterin sama pak Agus kalo nggak sama papa, jadi gue nggak pernah merhatiin jalan. Dan sialnya jalan yang gue hafal ditutup dan dialihin ke jalur lain, makanya gue nyasar,” ujar Rosa.

“Untung waktu itu elo nggak sok-sokan bawa mobil sendiri, kalo nggak gue sama Vita pasti ikut nyasar,” ujar Gea hingga membuat Rosa mendengus.

Gea mulai memasukkan laptopnya.

“Ta, gue sama Rosa ada kelas pagi, elo tunggu di sini. Nanti kalo udah selesai, kita ke kafe depan gue traktir,” ujar Gea.

“Oke,” sahut Vita seraya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar.

Dua pria duduk tak jauh dari Vita, terlihat dengan jelas kalau mereka berdua tertarik dengan gadis cantik itu. Namun mereka memilih mengamati Vita tanpa berani menyapa.

Tiba-tiba datang teman kedua pria itu lalu dia melihat apa yang sedang kedua temannya lihat.

“Siapa tuh cantik banget?” tanya Kevin kepada kedua temannya yang sudah kuliah di kampus ini cukup lama, sementara ia merupakan mahasiswa baru jadi tidak tahu apa-apa tentang Vita.

“Dia bidadari kampus,” sahut Dio.
Tiba-tiba Kevin yang merupakan playboy hendak mendekati Vita yang duduk seorang diri di bawah pohon. Namun baju Kevin sudah ditarik paksa oleh Dio agar tidak mendekati Vita.

“Elo kenapa?” tanya Kevin yang bingung karena temannya menghalanginya mendekati Vita, si bidadari kampus.

“Elo mau apa?” tanya Dio.

“Mau ngajak dia kenalan lah emang mau apa lagi?”

“Jangan deketin dia,” ujar Wildan, memperingatkan.

“Kenapa? Dia udah punya pacar ya?”
Dio dan Wildan kompak menggelengkan kepalanya.

“Berarti dia jomblo kan?” tanya Kevin memastikan.

Kedua temannya mengangguk dengan kompak.

“Terus apa masalahnya?”

“Masalahnya karena bokap cewek itu udah ngasih peraturan nggak tertulis sama semua pria di kampus ini, kalo ada yang berani deketin anaknya, maka dia akan berurusan langsung sama bokapnya, dan bisa dikeluarin dari kampus ini,” ujar Dio.

“Parah banget bokapnya, kasihan dong dia nggak pernah pacaran karena ulah bokapnya,” celetuk Kevin yang menatap iba ke arah Vita.

“Ya begitu lah, maklum punya anak kayak bidadari pasti bokapnya nggak mau anaknya disakitin sama cowok-cowok kayak elo,” ujar Wildan.

“Cantik sih cantik, tapi kalo resiko deketin dia gue dikeluarin dari kampus, mending gue nyari cewek lain aja,” ujar Kevin.

“Itu yang dilakuin semua mahasiswa di kampus ini, termasuk gue sama Wildan, ya nggak Wil?

“Hmm,” sahut Wildan.

                                                                              

Continue Reading

You'll Also Like

514K 21K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.6M 124K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
226K 12K 43
Jika ada yang bilang hidup lumayan membosankan, maka Yuza akan berteriak setuju dengan kencang. Namun ketika ada seorang om-om yang hadir dihidup Yu...
236K 12.3K 70
Gimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin...