Future Wife

By Wieart

218K 8.6K 58

Vita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pr... More

1. Dingin
2. Dilarang Pacaran
3. Anak diluar nikah
4. Harus cari pacar
6. Aneh
7. Maaf
8. Cium Pipi
9. Makan siang untuk papa
10. Manja-manja sama papa
11. Gebetan
12. Telponan sama gebetan
13. Ceroboh
14. Dia udah dewasa
15. Ketahuan
16. Dikurung
17. Gadis Pembangkang
18. Taktik Susan
19. Terpesona
20. Kok Tahu?
21. Papa Jangan Pergi
22. Mimpi Itu Seperti Nyata
23. Kiss
24. Berdebar-debar
25. Memperbaiki Dasi Raka
26. Calon Pendamping Hidup
27. Om Siapa?
28. Flashback
29. Mendadak Jadi Kakek
30. Sosok Ibu
31. Merindukanmu
32. Pamrih
33. Tak Bisa Memilih
34. Peran Pengganti
35. Syok Berat
36. Tanggung Jawab
37. Cemburu
38. Brengsek
39. Terbongkar
40. Diterima
41. Kamu Udah Tidur?
42. Menahan Diri
43. Awas Pelakor!
44. Cemburu dan Tersinggung
45. Egois (21+)
46. Terkuak Fakta
47. Extra Part
48. Extra Part
49. Extra Part
50. Extra Part

5. Terinspirasi

4K 182 0
By Wieart

Seharian penuh Vita dan kedua sahabatnya bersenang-senang dengan berkeliling mall berburu baju dan make up. Dan akhirnya mereka telah tiba di kediaman Rosa yang tak kalah besar dari kediaman Vita.

Hari ini rencananya Vita dan Gea akan menginap di rumah Rosa. Lalu keesokan harinya mereka akan menginap di rumah Gea. Kini giliran Vita melemparkan tubuhnya ke atas ranjang Rosa yang empuk.

Semua barang belanjaan berserakan di lantai teronggok begitu saja. Ketiga gadis itu tampak lelah namun di bibir mereka tersungging senyum puas karena berhasil membeli barang yang mereka inginkan.

“Thanks Vit udah traktir baju sama make up,” ujar Gea seraya menolehkan kepalanya ke arah Vita yang tengah  berbaring.

“Sama-sama,” sahut Vita seraya tersenyum tulus.

“Kapan-kapan giliran gue yang traktir kalian di kafe biasa,” ujar Gea.

“Oke deal,” timpal Rosa dengan semangat.

“Aku mandi duluan ya,” ujar Vita seraya beranjak dari tempat tidur. Ia merasa badannya sangat lengket dan pegal-pegal lantaran seharian mengelilingi mall. Entah kenapa saat ia berada di dalam mall ia tidak merasa capek sama sekali, tapi setelah sampai di rumah rasa capek itu muncul dibarengi dengan pegal-pegal dibagian kaki. Kalau sudah begini ia akan pergi ke kamar mandi dan merendam seluruh tubuhnya dengan air hangat.

“Oke,” sahut Gea seraya mengacungkan jempolnya. Kebetulan sekali kalau begitu, lantaran Gea maupun Rosa masih malas beranjak dari tempat tidur.

Waktu makan malam pun tiba. Vita dan Gea berkumpul di meja makan bersama keluarga Rosa.

“Om denger dari Rosa katanya Vita udah lulus tahun ini, apa itu bener?” tanya Fadil ayah Rosa.

“Iya om,” sahut Vita seraya mengangguk pelan.

“Kapan wisudanya?” tanya Fadil.

“Kira-kira sebulan lagi om,” sahut Vita.

“Bagus itu,” ujar Fadil.

Rosa pura-pura sibuk dengan makanannya supaya tidak ditanya oleh papanya.

“Terus kamu kapan Ros?” tanya Fadil seraya menatap ke arah anaknya.

“Tuh kan,” batin Rosa tepat sasaran.

“Papa doain aja ya supaya Rosa lulus tahun depan, oke!”

“Papa selalu doain kamu supaya cepet lulus, tapi kamunya yang nggak pernah serius kuliah,” sahut Fadil miris.

Rosa tersenyum seraya memasang wajah tak berdosa.

“Kalo kamu kapan Gea?” tanya Fadil seraya menatap ke arah salah satu sahabat anaknya yang kini sedang menyantap makanannya dengan lahap.

“Hah! Apa  om?” tanya Gea lantaran gadis itu tidak begitu mendengar dengan jelas pertanyaan yang dilontarkan oleh Fadil.

“Kamu kapan nyusul Vita lulus kuliah?” tanya Fadil mengulangi pertanyaannya.

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”
Sontak Gea tersedak seketika. Dengan cepat ibu Rosa memberikan segelas air kepada gadis malang itu. Gea meminum segelas air itu sampai habis tak tersisa.

“Papa nggak usah nanya-nanya, ini waktunya makan. Kalo mau ngobrol nanti aja setelah makan,” ujar Tari memarahi suaminya karena membuat anak orang tersedak.

“Selamet gue,” batin Gea penuh syukur lantaran bisa lolos dari pertanyaan Fadil yang sangat menyeramkan itu. Ia saja tidak tahu pasti kapan ia lulus kuliah lantaran selalu berurusan dengan dosen killer yang selalu mengusirnya dari kelas. Dan membuatnya harus mengulang mata kuliah tahun depan.

Selesai makan malam, Vita dan Gea hendak menonton drama korea di kamar Rosa. Namun sang pemilik kamar belum juga datang, padahal gadis itu pamit mengambil cemilan untuk teman nonton drama korea. Tapi sudah setengah jam lebih gadis itu belum juga datang.

“Rosa lama banget sih,” ujar Gea yang mulai merasa kesal lantaran terlalu lama menunggu.

“Tuh bocah ngambil cemilannya ke Turki apa ya? Lama banget!”

“Yaudah aku ke bawah dulu, mau nyusul Rosa siapa tahu dia kerepotan bawa cemilannya,” ujar Vita seraya beranjak dari tempat tidur.

“Iya, buruan,” sahut Gea.

Vita menuruni tangga menuju ke arah dapur, namun langkahnya terhenti lantaran melihat Rosa duduk dipangkuan papanya.

“Pa, izinin ya,” mohon Rosa sambil memasang wajah memelas seraya menempelkan kedua telapak tangannya.

“Udahlah pa izinin Rosa bawa mobil sendiri,” ujar Tari yang duduk di samping suaminya.

“Pa please,” mohon Rosa dengan memasang wajah imutnya, gadis itu tahu betul kelemahan pria yang satu itu.

“Rosa udah bisa nyetir sendiri, masa Rosa masih dianter jemput terus sama papa atau sopir,” ujar Rosa.

“Papa tahu kan umur Rosa berapa sekarang?” tanya Rosa dengan nada yang sengaja dibuat seimut mungkin agar papanya luluh.

“Iya papa inget, tapi tingkah kamu yang manja kayak gini yang bikin papa kadang lupa kalo kamu itu udah gede,” ujar Fadil.

“Jadi papa izinin kan?” tanya Rosa antusias.

“Iya,” sahut Fadil dengan terpaksa seraya mengembuskan nafasnya dengan berat.

“Makasih pa, Rosa sayang banget sama papa,” ujar Rosa lalu gadis itu tak segan-segan mendaratkan bibirnya dipipi papanya.

Vita yang melihat dan mendengar pembicaraan antara anak dan ayah itu merasa sangat iri, seumur hidupnya ia belum pernah mengungkapkan rasa sayangnya kepada papanya secara langsung apalagi mendaratnya kecupan dipipi papanya seperti yang Rosa lakukan barusan.

“Oh jadi kayak gitu caranya ngerayu papa,” batin Vita yang memperhatikan diam-diam dari sudut ruangan. Gadis itu akan mencoba cara seperti itu untuk merayu papanya supaya ia bisa dekat seperti layaknya anak dan ayah pada umumnya.

Jujur saja ia juga ingin merasakan dimanja dan disayang oleh papanya. Ia tahu papanya sudah memanjakannya dengan uang, tapi bukan itu yang ia butuhkan. Ia hanya butuh sandaran saat ia lelah, pelukan hangat yang menenangkan dari seorang ayah dan juga kecupan dikening sebelum tidur. Hanya itu tidak lebih. Tapi tidak ada satu pun dari ketiganya yang papanya pernah lakukan. Jangankan memeluknya, melihatnya saja terlihat enggan.

“Kalo papa nggak mau meluk aku duluan, gimana kalo aku yang meluk papa duluan,” batin Vita tampak berpikir.

“Tapi papa serem,” batin Vita seraya mengembuskan nafas kasar.

“Kalo bukan aku yang mulai duluan, bisa jadi situasinya akan seperti ini selamanya,” batin Vita lagi.

Vita tidak mau selamanya dilarang pacaran, bahkan bisa jadi menikah dan hamil pun dilarang oleh papanya karena papanya takut ia akan meninggal saat melahirkan nanti seperti yang mama alami dahulu. Untuk itu Vita harus benar-benar membulatkan tekadnya supaya bisa dekat dan cair saat berada di dekat papanya.

Kalau hubungan mereka sudah cair maka ia akan lebih mudah meyakinkan papanya kalau ia sudah dewasa dan nasibnya berbeda dengan mamanya dimasa lalu. Jadi papanya tidak perlu khawatir berlebihan.
Melihat Rosa turun dari pangkuan papanya, buru-buru Vita menaiki anak tangga dan pura-pura baru turun.

“Eh Ta, sorry ya lama,” ujar Rosa saat mendapati Vita menuruni tangga.

“Nggak pa-pa santai aja,” sahut Vita seraya tersenyum.

“Paling Gea tuh yang lagi nahan kesel di kamar,” ujar Vita lagi.

“Oh iya gue lupa ada Gea, pasti dia udah nggak sabar makan cemilannya. kadang-kadang gue heran sama dia, perutnya dari karet atau apasih? Padahal baru makan nasi sepiring penuh, masih aja minta cemilan,” ujar Rosa seraya berjalan menuju ke arah dapur diikuti oleh Vita.

“Mumpung elo ada disini, gue mau minta tolong sama elo,” ujar Rosa yang tampak sangat bahagia.

“Minta tolong apa?” tanya Vita seraya mengerutkan keningnya.

“Bantuin bawa cemilan buat nyumpel mulut Gea yang bakalan ngomel-ngomel karena gue kelamaan,” sahut Rosa.

“Dengan senang hati,” sahut Vita.

“Ta, gue mau ngomong sesuatu sama elo, tapi elo jangan bilang-bilang sama Gea ya,” ujar Rosa sambil mengeluarkan beberapa cemilan dari lemari khusus cemilan miliknya yang tampak seperti minimarket pribadi.

Vita mendekat. “Iya, ayo cepet bilang,” ujar Vita.

Rosa mengulum bibirnya saking bahagianya.

“Gue udah diizinin sama papa buat bawa mobil sendiri,” ujar Rosa dengan hebohnya.

Keduanya heboh saking senangnya.

“Selamet ya,” ujar Vita tampak ikut bahagia mendengarnya.

“Tapi elo janji harus rahasiain ini dari Gea karena gue mau pamer sama Gea besok,” ujar Rosa tampak antusias.

“Oke,” sahut Vita seraya memberi gerakan seakan-akan menutup mulutnya rapat-rapat.


Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 13.2K 15
Aku seorang ayah yang tak tau menau tentang anakku..yang aku tau hanya bagaimana agar karirku makin menanjak dan membuktikan pada ibu anakku yang dul...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
236K 12.3K 70
Gimana gue nggak kesel coba? Ditengah sibuk-sibuknya ngurus tugas dari Dosen yang rasanya bikin kepala mau pecah, dengan kejamnya mama mau ngejodohin...
661K 12.4K 21
" Ya tuhan Niken, ML nya bukan seminggu 3X tapi sehari 3X..." " What? Sehari 3X? "