Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

By pangeran_naga

374K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... More

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 04
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57

Bagian 35

5.8K 385 128
By pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Setelah beberapa hari berlalu, Aszlee dan Zahira mulai bisa merelakan kepergian anak mereka. Walaupun begitu, mereka berdua sama-sama belum bisa mengikhlaskan kejadian itu sepenuhnya. Siang hari Zahira selesai melakukan aktivitasnya di kampus. Ia meminta kepada Wati untuk mengantarkannya ke kantor suaminya.

"Bisa anterin aku ke kantor abang gak?"

"Sorry, banget Aira. Aku harus pulang cepat."

"Aku yang anterin kamu." tawar Ethan yang tiba-tiba muncul dihadapan keduanya.

"Enggak usah deh,"

Zahira tidak mau jika kejadian waktu itu terulang kembali, ia pun menolak tawaran dari Ethan.

"Aira! Suami kamu gak akan tau kalau aku yang anterin kamu. 'Kan aku nganterin kamu sampai ke depan aja. Gak langsung masuk kok."

Sejenak Zahira berpikir, memang pria itu akan mengantarkannya sampai di depan sana. Tetapi ada perempuan iblis yang pastinya selalu membuat rencana untuknya, supaya dia dan Aszlee bertengkar.

"Ya udah deh! Tapi kamu jangan macam-macam ya."

"Aira! Kamu kenal aku 'kan. Aku gak mungkin aneh-aneh sama kamu."

"Aku duluan ya," ucap Wati.

Perempuan itu langsung pergi, Ethan segera mengantarkan Zahira. Sebenarnya ia sangat tidak suka ketika saat wanita itu membahas tentang Aszlee. Namun untuk mendapatkan hati Zahira lagi, Ethan harus berpura-pura menyukai suami dari mantannya itu.

Sebelum mereka sampai di depan kantor tersebut. Zahira sudah menghentikan Ethan.

"Stop, stop! Di sini aja."

"Lho, kok di sini? Gak sampai di depan?"

"Enggak! Di sini aja," sebelum Zahira keluar ia berterima kasih kepada pria itu. "Makasih ya udah dianterin."

"Sama-sama ..."

Selanjutnya Zahira berjalan menuju kantor suaminya, ia tidak mau kejadian yang lalu terulang lagi. Hanya karena kesalahpahaman, ia harus bertengkar dengan pasangannya.

Zahira sangat senang, baru kali ini ia masuk ke dalam kantor tanpa adanya Bella. Wanita itu berjalan menuju ruangan Aszlee sambil melemparkan senyuman kepada para karyawan yang menyapa dirinya.

"Selamat datang, bu!"

"Iya ...," balas Zahira.

Namun saat dia membuka pintu, Aszlee sama sekali tidak ada di sana. Ruangan itu kosong tanpa orang.

"Abang ke mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Apa dia meeting?"

Zahira kembali keluar untuk mencari tahu dimana keberadaan suaminya.

"Mbak, hari ini bapak ada meeting di luar?"

"Kurang tau, bu! Coba tanya bu, Bella. Seluruh kegiatan kantor pak Aszlee dia pasti tau."

"Baiklah! Terimakasih ..."

Mendengar nama itu saja ia sudah terbakar emosi. Apalagi harus mengobrol dengan wanita itu. Zahira tau kemana ia harus bertanya, ia pun menuju ruangan mertuanya. Alhasil, ternyata suaminya sedang ada di sana mengobrol dengan Ferry.

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..."

"Sayang!"

Aszlee langsung beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri wanita itu dan merangkul pinggang Zahira. Mereka duduk di hadapan Ferry.

"Gimana Aira? Udah sehat?"

"Udah ayah. Tadi juga udah ke kampus."

"Alhamdulillah ..."

"Kenapa pulang gak kasih tau abang?"

"Sengaja! Mau buat surprise," jawab Zahira. "Aira pikir abang tadi pergi ke luar. Ternyata disini."

"Iya ... Ada beberapa pekerjaan yang perlu abang bicarakan sama ayah."

"Ayah sama abang mau minum? Biar Aira buatin."

"Boleh!" ucap Aszlee.

"Ya udah! Aira buatin dulu ya."

Aszlee tersenyum lebar kepada istrinya itu.

"As."

"Iya ayah."

"Istri kamu mau buatin minum lho."

"As, tau! Sana buatin minum yang paling enak," ucap Aszlee, menatap Zahira.

"Iya ..."

Beberapa menit wanita itu masih duduk di sana membuat Aszlee heran.

"Katanya buat minuman. Kok masih di sini?"

"Gimana dia mau pergi. Tangannya aja kamu kunci," gumam Ferry.

Aszlee tersenyum memperlihatkan gigi rapinya.

"Hehehe ... Sorry."

Ferry menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak laki-lakinya itu. Setelah itu Aszlee melepaskan genggamannya dan Zahira berlalu pergi dari tempat itu.

"Kamu beruntung mendapatkan Aira. Dia sangat sopan sama kamu," ucap Ferry.

"Iya ayah! As, sangat beruntung mendapatkan Aira."

"Semoga istri kamu hamil lagi ya."

"Aamiin ..."

Suasana dibelakang sedikit ramai ada beberapa karyawan perempuan di sana. Mata Zahira tertuju pada salah satu wanita yang selalu mengganggunya, yaitu Bella. Ia tidak mau gara-gara terlalu fokus kepada Bella minuman untuk suami dan mertuanya malah lama dibuat. Namun saat wanita itu sedang mengaduk kopi, Bella menghampirinya.

"Kamu belum sadar juga dengan ucapan ku yang kemaren."

Tidak ada jawaban dari Zahira ia tidak mau membuat keributan di tempat itu. Akan malu rasanya jika istri dari bos berbuat keributan di sana.

"Hei ... Wanita pembawa sial," ucap Bella, menyenggol lengan Zahira.

Zahira menghembuskan nafasnya. Ia masih mencoba fokus membuat minuman tanpa terpancing emosi oleh Bella. Namun sekilas Zahira menatap Bella dengan ekor matanya.

"Jangan ganggu aku, Bella. Aku mohon."

"Kenapa? Kamu gak suka aku bilang wanita pembawa sial."

"Semua wanita tidak akan suka dengan perkataan kamu itu," balas Zahira.

"Tapi harusnya kata itu cukup cocok untuk kamu ... Kemaren orang tua kamu meninggal, dan sekarang kamu kehilangan anak kamu." sejenak Bella menghentikan perkataannya. "As, gak cocok sama kamu. Kamu itu penyakitan. Kasih anak aja gak bisa."

"Jangan bahas anak aku, Bella. Aku gak suka."

"Kenyataannya seperti itu Aira. Kamu itu gak pantes dijadikan anak, istri dan seorang ibu! Makanya orang tua kamu meninggal dan kamu juga keguguran. Mungkin sebentar lagi, kamu akan kehilangan Aszlee."

Bella mendekati telinga wanita itu.

"Jadi janda muda tanpa keluarga."

Zahira masih mencoba untuk menahan emosi. Walaupun perkataan yang dilontarkan oleh Bella begitu sangat menyakiti hatinya.

"Awas aku mau pergi."

"Aku belum selesai ngomong." Bella menahan lengan wanita itu.

"Jangan ganggu aku bisa gak?" tatapan Zahira begitu tajam.

"Sebelum kamu melepaskan Aszlee. Aku akan selalu mengganggu kamu."

Zahira tersenyum manis. "Kamu gak malu mengejar laki-laki yang sudah punya istri?" tanyanya. "Harga dirimu kamu di mana? Aku rasa psk di luaran sana lebih berharga dibandingkan kamu."

Jleb!

Kata-kata yang dikeluarkan oleh Zahira begitu sangat dalam hingga menusuk hatinya. Bella mengambil dua cangkir kopi tersebut dan menuangkannya kearah kedua lengan Zahira. Wanita itu langsung kepanasan.

"Aw!"

"Kamu gila! Kamu mau bunuh aku."

Sudah pasti beberapa orang di sana langsung tertuju pada mereka berdua.

"Kamu pikir kamu siapa. Seenaknya kamu membandingkan aku dengan psk," ucap Bella mendorong tubuh Zahira.

Zahira yang belum sehat seutuhnya langsung terjatuh di lantai. Ia tidak bisa menyeimbangkan kondisi tubuhnya. Beberapa karyawan langsung membantu wanita itu untuk kembali berdiri.

"Bella kamu stres. Istri bos lho ini," ucap salah satu karyawan.

"Kalau dia istri bos kenapa? Aku gak takut."

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah Zahira.

"Kurang ajar!"

Plak!

Zahira membalas tamparan itu.

"Sudah, bu! Jangan di lawan."

"Kalian jangan ikut campur. Ini bukan urusan kalian," ucap Bella.

Bella mencoba menarik kerudung Zahira. Untung saja beberapa karyawan di sana menahan aksinya.

"Sadar Bella. Kamu udah terlalu melewati batas," ucap karyawan lainnya.

"Kamu jangan ikut campur," bentak wanita itu.

"Zahira kamu harus ingat. Kamu itu gak sempurna. Aszlee gak cocok buat kamu, kamu itu gak bisa mengandung. Kamu bukan wanita sempurna."

"Dia lebih gak cocok sama perempuan seperti kamu," balas Zahira.

Kini keduanya sedang dilerai oleh beberapa perempuan di sini. Mereka tidak mau jika keributan itu terus berlanjut.

"Kamu harus malu. Masih muda udah jadi pelakor. Kerjaan ini masih kurang buat kamu?"

"Sialan kamu Zahira."

Plak!

Plak!

Secara bergantian Bella menampar wajah Zahira. Akibat cincin yang dipakai oleh wanita itu. Sudut bibir Zahira mengeluarkan bercak darah.

"Lepasin!" ucap Zahira.

"Sabar, bu! Jangan diladeni."

"Lepasin tangan aku."

Zahira berhasil melepaskan sebelah tangannya. Ia langsung menampar wanita itu.

Plak!

Setelah mendaratkan tamparan, Zahira menarik rambut Bella yang tergerai.

"Aw!"

"Lepasin rambut aku Zahira."

"Sakit? Ini yang aku rasain tadi."

Bella menginjak kaki Zahira. Membuat wanita itu melepaskan rambut Bella.

"Udah Bella! Kamu harus sadar, pak Aszlee bisa marah besar sama kamu."

"Aku gak peduli. Yang penting perempuan pembawa sial ini harus aku bunuh."

"Kamu perempuan pembawa sial. Makanya sampai sekarang kamu gak bisa dapatin suami aku."

"Lepasin aku," bentak Bella.

Bella dan Zahira terus berontak untuk dilepaskan. Supaya mereka lebih leluasa untuk melakukan pertengkaran itu. Salah satu seorang karyawan ternyata memanggil Aszlee dan memberitahu tentang perkelahian itu.

Bella berhasil terlepas, ia menarik Zahira ke sudut ruangan. Di sana ia melakukan kekerasan terhadap wanita itu. Zahira yang notabenenya baru keluar dari rumah sakit sama sekali tidak terlalu banyak memiliki tenaga.

"BELLA!" teriak seorang pria.

Aszlee, rahangnya mengeras saat mengetahui istrinya terkulai lemas. Para karyawan sampai ketakutan melihat pria itu. Ferry sampai tidak bisa menahan pergerakan dari anak prianya itu. Aszlee menghampiri keduanya.

"Kamu berani kasar sama istri aku?"

Plak!

Semua orang kaget, mereka tidak percaya di depan mata mereka sendiri seorang pria menampar wanita.

"As ... Kamu!" ucap Bella sambil mengelus wajahnya.

Sakit sudah pasti dirasakan oleh wanita itu. Karena seorang pria bertenaga kuat menampar wajahnya. Saat Aszlee hendak melakukannya lagi, Zahira menahan lengannya.

"Abang jangan. Bella perempuan," lirihnya.

"Kalian!"

Kini Aszlee menatap tajam kearah karyawan yang di sana.

"Kalian membiarkan istri saya dipukuli?"

Para wanita-wanita itu terdiam menundukkan kepala. Mereka sangat takut melihat ekspresi wajah dari Aszlee Sansekerta.

"Enam bulan ke depan gaji kalian saya potong!"

Semuanya menatap pria itu. Bagaimana bisa Aszlee dengan seenaknya mengatakan hal tersebut, sedangkan para karyawan sudah berusaha untuk melerai pertengkaran antara Zahira dan Bella.

Aszlee memutar badannya menghadap istrinya.

"YANG TIDAK SENANG BISA KELUAR DARI SEKARANG!" bentaknya.

Kemudian ia menggendong Zahira, Aszlee membawa wanita itu keluar dari dalam sana.

"As!" lirih Ferry, saat ia dilewati anaknya. Namun pria paruh baya itu diabaikan oleh Aszlee.

"Bella! Silahkan angkat kaki kamu dari kantor saya. Semua barang-barang kamu akan diantarkan oleh kurir hari ini juga. Kamu tidak perlu membereskannya."

"Om!" Bella menghampiri pria itu. Ia mencoba menggenggam tangan Ferry.

"KELUAR!" bentak Ferry.

Bella sampai kaget, orang yang selama ini selalu meringankan kesusahannya sekarang malah membencinya.

"Om, Bella minta maaf."

"Satpam! Bawa Bella keluar dari sini."

"Baik, pak."

Alhasil, atas perbuatannya sendiri. Wanita itu dipecat secara tidak hormat. Suasana mulai hening, bagaimana dengan nasib karyawan yang gajinya dipotong?

"Semuanya boleh bekerja seperti biasa!"

"Pak! Bagaimana dengan ucapan pak Aszlee tadi?"

"Baik ... Untuk semuanya, jangan khawatir. Anak saya lagi emosi, apa yang dia ucapkan tadi tidak benar."

"Maaf, pak! Sebenarnya kami sudah mencoba untuk menghentikan Bella. Tapi tidak bisa."

"Tidak apa-apa. Untuk yang tadi jangan dipikirkan."

"Jadi maksud bapak gaji kami tetap berjalan seperti biasanya?" tanya karyawan lainnya.

Ferry tidak menjawab, sekilas dia memejamkan matanya dan keluar dari sana. Para karyawan mulai merasa lega, hampir saja mereka kehilangan pekerjaan hanya karena Bella. Ferry menuju ruangan Aszlee. Di sana ia melihat anaknya sedang mengobati menantunya.

Ia tidak jadi masuk, ia memberikan ruang untuk pasangan suami istri itu mengobrol lebih dalam lagi.

"Abang kenapa nangis?" tanya Zahira melihat air mata suaminya menetes.

"Untuk kesekian kalian abang gagal menjaga kamu."

Aszlee fokus mengobati luka pada wajah Zahira.

"Secara fisik Aira gak kenapa-kenapa. Tapi Aira sakit hati sama ucapan Bella."

"Secara fisik gak kenapa-kenapa. Terus ini apa? Kamu sampai berdarah. Abang gagal jadi suami kamu."

"Abang sama sekali gak gagal."

Zahira mengusap air mata pada wajah Aszlee.

"Tapi Aira kecewa sama abang."

Aszlee menatap istrinya dengan sayu.

"Kenapa?" tanyanya. "Karena abang tidak bisa menjaga kamu? Abang minta maaf."

Air mata Aszlee terus menetes, ia benar-benar menyesal karena tidak bisa menjaga wanita itu dengan sangat baik.

"Bukan karena itu, bang."

Kembali Zahira menghapus air mata suaminya yang mengalir.

"Aira kecewa sama abang. Di depan Aira abang kasar sama perempuan."

"Abang minta maaf. Abang gak sadar melakukan itu, abang sakit hati kalau kamu dikasari oleh orang lain."

"Abang harusnya minta maaf sama Bella. Abang gak sadar, dia pasti kesakitan."

"Maafin abang, Aira. Abang beneran khilaf."

Lagi-lagi Aszlee menangis, bukan karena telah menampar wanita itu. Ia lebih menyesali karena tidak bisa menjaga istrinya.

"Abang udah, jangan nangis lagi."

Aszlee memeluk Zahira begitu kuat.

"Papa, mama, maafin As ... As, udah mengingkari janji As sama papa."

Air mata Zahira ikut mengalir saat pria itu menyebut orangtuanya. Ia teringat dengan kedua orangtuanya.

"As, udah gagal jadi suami buat anak kalian! As, beneran minta maaf."

"Abang udah jangan nangis lagi ya. Ini bukan salah abang."

Kini suasana malah terbalik, Zahira lah yang sekarang mencoba menenangkan suaminya. Ia tidak mau pria itu merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi. Zahira mengulurkan tangannya mengelus rambut Aszlee.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Continue Reading

You'll Also Like

7K 665 28
FOLLOW SEBELUM BACA "Huwaaaaa gue gak mau pacaran sama kudanil nyebelin" Syifa. "Syif gue sayang sama lo...lo mau gak jadi pacar gue?" Arfan. JANGAN...
227K 36.5K 46
Nagi Seishiro x f!Reader Nagi Seishiro x Itoshi [Name] "Gi pacaran yuk!" -[Name]. "Males ah repot, mending maen ml" -Nagi. !ᴅɪꜱᴄʟᴀɪᴍᴇʀ! All character...
6.7M 336K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 75.2K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...