Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

By pangeran_naga

373K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... More

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 04
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 57

Bagian 56

3.5K 302 17
By pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Sudah satu Minggu sepulangnya Aszlee dan Zahira dari luar negeri. Wanita itu semakin curiga terhadap suaminya. Pasalnya, setiap jangka waktu dua hari, Aszlee pasti pergi ke luar negeri. Entah apa yang dia lakukan di sana sehingga harus pulang pergi dalam setiap Minggu.

Dalam satu Minggu ini saja, Aszlee sudah tiga kali pergi. Begitu juga dengan hari ini, Aszlee libur kerja. Tanpa meminta bantuan wanita itu, ia menyiapkan barang-barangnya terlebih dahulu.

"Abang mau pergi lagi?"

"Iya!"

"Sebenarnya abang ngapain ke italia. Selalu ke sana ... Aira jadi curiga sama abang."

"Curiga sama suami itu dosa," ucap Aszlee. "Senyum cepat."

"Enggak! Aira gak mau."

"Cepat senyum Aira."

"Abang ngapain sih? Setiap kali abang mau pergi keluar negeri, pasti abang ambil poto Aira sambil senyum. Maksudnya apa coba."

"Aira cepat senyum. Abang buru-buru."

"Kali ini Aira gak mau senyum sama abang."

"Jangan membantah Aira!"

"Kenapa kalau Aira nolak? Abang juga nolak Aira 'kan. Selama satu Minggu ini abang sama sekali gak pernah sentuh Aira lagi."

"Cepat senyum!" perintah Aszlee.

Deg!

Zahira meletakkan telapak tangannya pada dadanya sendiri.

"Kamu kenapa?" tanya Aszlee.

"Gak tau, bang! Tiba-tiba aja jantung Aira berdetak kencang."

Tuuut ... Tuuut ... Tuuut ...

Pria itu mendapatkan telepon dari seseorang. Ia pun segera mengangkat telepon tersebut. Lagi, dia menghindari wanita itu. Kali ini Zahira harus menuntaskan rasa penasarannya, ia pun mencoba lebih dekat dengan suaminya yang sedang berbicara melalui telepon bersama seseorang.

Air matanya menetes saat pria itu berkata sayang kepada seseorang yang ada dibalik telepon tersebut. Betapa kagetnya Aszlee ketika ia berbalik badan dan melihat ada seorang wanita berdiri di sana.

"Zahira," lirih pria itu.

"Jadi abang keluar negeri karena abang punya istri?"

"Bukan! Tadi itu temen abang?"

"Temen abang! Aira udah denger sendiri, abang panggil dia istri."

"Aira ... Kamu harus ngertiin abang. Kamu jangan salah paham dulu."

"Abang jahat. Aira benci sama abang."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Bunda! Bunda! Tolongin Aira, Aira gak mau tinggal sama abang."

Wanita itu teriak, ia sangat histeris setelah mengetahui kelakuan Aszlee di belakangnya. Zahira tidak percaya, ternyata orang yang ia cintai bermain dibelakangnya.

"Aira kamu senyum ya. Jangan nangis."

"Abang suruh Aira senyum?"

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah pria itu. Zahira benar-benar emosi, amarahnya meningkat. Ia tidak menyangka jika pria yang ia banggakan ternyata mempunyai hati busuk.

"Zahira!" bentak Aszlee.

Wanita itu terdiam, ia sangat takut jika ada orang yang membentaknya.

"Hapus air mata kamu."

"Abang," lirih Zahira.

"Hapus cepat!"

Tatapan pria itu begitu tajam. Tidak mau membuat Aszlee semakin naik emosi, wanita itu menuruti perkataan suaminya.

"Sekarang kamu senyum."

"Aira gak mau."

"Senyum cepat."

Mau tidak mau Zahira harus tersenyum.

Zahira merasa aneh dengan sikap Aszlee, saat pria itu hendak pergi ke luar negeri tepatnya di Italia. Pasti Aszlee akan meminta dirinya untuk di poto sambil tersenyum. Pria itu kembali berangkat ke luar negeri. Sedangkan Zahira segera menuju rumah Astrid, ia akan menceritakan tentang keburukan suaminya itu.

***

Sesampainya di rumah Astrid, tepat sekali wanita itu sedang duduk santai di sofa. Zahira menghampiri mertuanya dengan berurai air mata.

"Sayang! Kamu kenapa?"

"Abang bunda."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Kenapa sama, As?"

"Dia pergi lagi ke luar negeri?"

"Seperti yang dia bilang Aira ... Dia ada kerjaan."

"Enggak bunda! Aira udah tau semuanya, kenapa dalam jangka waktu dua hari abang ke luar negeri."

"Kamu tau apa tentang, As?" tanya Astrid.

"Karena dia punya istri di sana."

"Aira! Kamu ngomong apa sayang, yang jelas kalau bicara."

Astrid menatap wajah menantunya itu. Sekilas ia mengusap air mata Zahira.

"Tadi Aira denger dia ngomong sama istrinya. Dia juga panggil wanita itu dengan sebutan istri."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

Astrid menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia merasa gagal mendidik Aszlee untuk menjadi anak yang baik. Sejenak ia meletakkan telapak tangannya pada dadanya. Ia merasakan sesak setelah mendengarkan pengakuan dari menantunya.

"Bunda kenapa?"

"Bunda minta maaf sama kamu. Bunda udah gagal mendidik As untuk menjadi suami yang baik."

"Enggak! Ini bukan salah bunda. Aira gak pernah salahin bunda."

"Sekarang kamu mau apa setelah tau semua ini?" tanay Astrid.

"Aira bingung bunda. Aira belum bisa berpikir."

Malam hari tiba, Zahira masih berdiam diri di dalam kamar. Karena malam ini ia menginap di rumah Astrid. Ia sama sekali tidak pulang setelah ke rumah setelah mengetahui suaminya memiliki istri lain.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, wanita itu tidak mau membukanya. Saat ini ia hanya ingin sendiri tanpa diganggu oleh siapapun. Beberapa detik kemudian pintu terbuka.

"Aira ... Kamu gak makan?"

Tidak ada jawaban dari Zahira. Ia begitu stres memikirkan bagaimana hubungannya dengan Aszlee selanjutnya.

"Pikirin anak kamu sayang."

Masih sama seperti tadi, wanita itu tetap saja terdiam. Dara juga ikut melihat keadaan Zahira saat ini. Ia begitu kasian melihat adik iparnya tersebut.

"Aira sayang. Makan yuk," ajaknya.

"Dari tadi dia gak mau ngomong," lirih Astrid.

Tatapan Zahira begitu kosong, ia sama sekali tidak menyadari ada orang-orang yang berada disekelilingnya.

"Aira ... Kamu gak kasian sama bayi kamu? Dia pasti kelaparan."

"Anakku," lirih Zahira sambil memegang perutnya.

"Ayo makan! Bunda udah siapin."

"Capek," lirih Zahira. "Kenapa abang jahat."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Udah-udah. Kalau As pulang, bunda akan ngomong sama dia."

Dara pun berlalu pergi menuju dapur, tidak butuh waktu lama ia kembali membawakan makanan untuk wanita itu. Astrid dan Dara menemani Zahira. Setelah makan beberapa suapan, wanita itu langsung berbaring. Wajahnya sangat pucat membuat kedua wanita itu mulai khawatir.

"Dia gak apa-apa 'kan bunda?"

"Enggak ... Badannya gak panas kok," jawab Astrid.

Semalaman wanita paruh baya itu menemani menantunya. Ia begitu khawatir dengan keadaan Zahira. Disisi lain, Astrid juga memikirkan tentang kelakuan Aszlee. Laki-laki yang ia besarkan menjadi anak baik-baik. Namun malah membuat seorang wanita hamil menangis.

Astrid juga mencoba untuk menghubungi Aszlee. Tetap saja, ponsel pria itu tidak aktif. Berkali-kali ia mencoba menelpon laki-laki itu. Berkali-kali juga Astrid berdecak kesal, karena Aszlee sama sekali tidak ada kabar.

***

Satu hari telah berlalu, wanita itu jatuh sakit. Ia terus menyebut nama Aszlee, suami yang paling ia cintai. Selama wanita itu sakit, Dara dan Astrid sama sekali tidak pernah bekerja. Mereka benar-benar takut dengan keadaan Zahira saat ini. Apalagi perempuan itu tidak mau di ajak berobat.

Di saat mereka sedang berada di dalam kamar menemani Zahira. Terdengar suara bel dari luar, Dara segera membukakan pintu siapa sebenarnya yang datang ke rumah mereka.

"Ayah."

Ferry tersenyum menatap anak perempuannya itu.

"Ayo masuk," ajak Dara.

"Ayah denger Aira sakit?" tanya Ferry.

"Iya ayah! Dia gak mau ke rumah sakit."

"Kenapa?"

"Dia terus nyebut nama, As."

"Ayah juga heran kenapa anak itu berulah. Ayah beneran bingung sama sikap As yang sekarang."

Saat Ferry dan Dara hendak masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba pintu kembali terbuka menampilkan dua orang yang berdiri di depan pintu.

"As ...," lirih Ferry dan Dara.

Keduanya segera menghampiri laki-laki itu.

"Untung kamu pulang, As. Aira terus memanggil nama kamu. Dia lagi sakit," ucap Dara.

"Sakit? Sakit apa?" tanya pria itu.

"Dia demam. Dia gak mau minum obat," jelas Dara. "Siapa ini?" tanya Dara menunjuk kearah seorang perempuan.

"Mmm ... Istri, As."

Dara dan Ferry membulatkan mata mendengar pengakuan dari laki-laki itu.

"Michelle!" lanjutnya.

Bugh!

Tanpa aba-aba, pria itu mendapatkan pukulan pada wajahnya. Terlihat ujung bibirnya sedikit mengeluarkan noda darah.

"Mas, gak apa-apa?" tanya wanita itu.

"Enggak," jawabnya.

"Kamu berani bawa perempuan ini ke sini," ucap Ferry.

Plak!

Lagi-lagi ia mendapat pukulan dari ayahnya. Tidak hanya dari Ferry, Aszlee juga mendapat tamparan dari Dara.

"Jadi bener yang dibilang Aira, kalau kamu punya istri lagi."

Plak!

Mendengar keributan di luar, Astrid penasaran. Ia segera beranjak dari atas ranjang, betapa senangnya wanita itu saat melihat anaknya sudah datang.

"As, Ayo cepat. Aira pengen ketemu sama kamu."

Bugh!

Kembali pria itu mendapatkan pukulan dari orangtuanya membuat Astrid heran.

"Kamu ... Ngapain kamu pukul anak aku. Aku yang memberinya makan, kamu jangan seenaknya melakukan dia seperti itu."

"Astrid ... Kamu tanya anak kamu ini, apa yang udah di perbuat sama Aira."

"Dara," lirih Astrid.

"Dara mau ke kamar. Dara gak mau stres, nanti berakibat sama kandungan Dara."

Ia langsung berlalu masuk ke dalam kamarnya. Dara tidak mau jika ia mengalami stres dan kembali keguguran seperti dulu.

"Kamu siapa?" tanya Astrid.

"Michelle, bunda."

"Bunda ...," lirih wanita itu mengernyitkan dahinya.

"Istri, As."

"Apa kamu bilang?" tanya Astrid.

Pria itu dan perempuan tersebut terdiam.

"Istri kamu."

Plak!

Astrid memundurkan tubuhnya setelah menampar pipi Aszlee, apa yang baru saja ia denger seperti mimpi buruk baginya.

"Abang."

Terdengar suara perempuan, mereka menoleh kearah suara itu. Dan ternyata Zahira sudah berdiri di sana.

"Kenapa bunda tampar abang?"

"Aira, sayang kamu ke kamar aja ya. Kamu lagi sakit."

"Abang gak apa-apa 'kan?"

"Jangan sentuh aku Zahira," larang Aszlee.

Bugh!

Emosi Ferry mulai meningkat, ia sudah tidak tau lagi kenapa anaknya itu berkelakuan seperti hal demikian. Ia sangat kecewa kepada Aszlee karena sudah berani bersikap seperti itu di depan dirinya.

"Ayah jangan pukul abang. Nanti abang kesakitan."

"Zahira ..."

Perempuan itu memandang seorang wanita yang sedang berdiri di samping suaminya.

"Kamu siapa?"

"Aku, Michelle! Istrinya, mas."

"Jadi kamu istrinya, abang."

"Kita pulang ke rumah ya. Aku yang akan merawat kamu," ucap wanita itu.

"Ke rumah. Rumah siapa?"

"Rumah kamu sama, As," jawabnya.

"Kamu mau aku tinggal serumah dengan kalian? Jangan harap."

Wanita itu kembali masuk ke dalam kamar, setelah mengambil barang-barangnya. Zahira mendorong tubuh Aszlee dan Michelle. Dalam keadaan sakit ia pergi entah kemana, Astrid mengusir Aszlee dan wanita itu dari rumahnya.

Mereka semua sangat panik, Zahira sedang dalam keadaan sakit tapi dia pergi meninggalkan rumah tersebut. Semua orang mencoba untuk menghubungi dirinya, namun tidak bisa juga. Zahira sangat kecewa kepada laki-laki itu. Ia sudah terlalu cinta kepada Aszlee, sekarang yang dia dapatkan hanyalah sakit dari suaminya sendiri.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Continue Reading

You'll Also Like

7K 655 28
FOLLOW SEBELUM BACA "Huwaaaaa gue gak mau pacaran sama kudanil nyebelin" Syifa. "Syif gue sayang sama lo...lo mau gak jadi pacar gue?" Arfan. JANGAN...
1.1M 52.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.2M 112K 51
DILARANG PLAGIAT ⚠ assalamualaikum. ini cerita pertama aku .maaf ya kalo ada kesalahan dalam katanya. alur yang gk nyambung. tolong dimaklumi. CERIT...
Forever Yours By sf

Teen Fiction

9.7K 2.1K 30
Keenan memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tahun terakhir masa SMA-nya, setelah bertahun-tahun menetap di negeri asal papanya. Di balik segala...