Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

By pangeran_naga

373K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... More

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 04
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57

Bagian 47

3.9K 365 18
By pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Sore hari tiba, Zahira pulang ke rumah dengan membawa makanan untuk suaminya. Wanita itu sangat senang, perempuan yang baru saja menyelamatkan dirinya dari Bella begitu sangat baik.

Baru saja ia masuk ke dalam rumah, wanita itu kasian melihat wajah lesu dari suaminya yang sedang menyandarkan badan di sandaran sofa. Sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Ia menghampiri Aszlee dan langsung mengelus kepala suaminya. Tidak lupa juga Zahira memberikan kecupan di kening pria itu.

"Sayang ... Udah pulang."

"Abang capek ya?"

"Iya ... Banyak kerjaan, tadi lima tempat abang pergi. Meeting di luar."

"Itu semua rejeki abang."

"Iya sayang, abang tau kok. Kamu dari mana aja? Tumben lama pulang!"

"Maafin Aira ya, bang. Aira telat pulang, abang malah sendirian di rumah."

"Abang tanya kamu dari mana. Malah minta maaf," ujar Aszlee.

"Abang tau gak, tadi Aira ketemu teman baru. Baik banget."

"Oh, ya! Bagus dong."

"Aira kayak pernah denger namanya. Tapi Aira lupa."

"Namanya siapa?" tanya Aszlee.

"Marissa."

"Marissa." Aszlee mengernyitkan dahinya.

"Sebentar!" Zahira mengambil ponselnya. "Tadi dia bawa Aira jalan-jalan. Beneran baik banget, baru ketemu udah serasa jadi keluarga."

"Ini orangnya."

Wanita itu memperlihatkan potonya bersama Marissa yang sempat ia dokumentasi saat mereka jalan-jalan tadi. Aszlee kaget, bagaimana bisa istrinya sekarang berteman dengan orang yang membuatnya berjauhan dengan saudara kembarnya.

"Abang gak suka kamu temenan sama dia!"

"Loh, kok gitu?" tanya Zahira. "Dia baik banget, bang."

"Tapi abang gak suka Aira."

"Alasan abang gak kasih izin Aira temenan sama dia apa?"

"Mmm ... Dari wajahnya gak memungkinkan kalau dia itu baik."

"Hahaha ..." Zahira tertawa. "Abang cukup jadi manajer perusahaan aja. Gak usah beralih menjadi peramal."

"Aira! Abang gak bercanda."

"Aira juga gak bercanda, bang."

"Kamu kalau dibilang batu banget."

"Abang juga gitu ... Batu!"

"Sayang ..." Aszlee mendekati perut Zahira. "Bilangin sama mama kamu. Ayah gak suka mama kamu berteman sama orang itu."

Zahira juga mengelus perutnya sendiri. "Bilang sama ayah kamu. Orang itu baik, tadi 'kan kita di ajak jalan-jalan sama tante itu."

Aszlee menatap sinis istrinya. Ia tidak menyukai jika Zahira harus berteman dengan wanita tersebut.

"Gak gitu juga lihatin Aira."

Zahira membawa pria itu ke dalam pelukannya. Sambil tetap mengelus rambut Aszlee.

"Abang tenang aja. Aira gak akan kenapa-kenapa kalau temenan sama dia," ucapnya. "Tadi aja Aira di selamatin sama Marissa."

"Di selamatin! Memangnya kamu kenapa?"

"Bella datang ke butik, bang. Aira di bawa ke tepi jalan, terus dia dorong Aira."

"Beneran?"

"Iya ..."

"Maafin abang sayang. Lagi-lagi abang gak ada di saat kamu butuhkan abang."

"Abang gak usah minta maaf. Lagian untung ada Marissa."

"Udah ya! Abang gak mau denger nama dia lagi."

Zahira heran, kenapa suaminya itu tidak menyukai teman barunya. Padahal ia sangat senang berteman dengan wanita itu. Karena kalau tidak ada Marissa, mungkin Zahira pasti sudah mendapatkan musibah karena ulah Bella.

***

Malam pun tiba, Aszlee baru saja dari luar karena membeli sesuatu yang dia mau. Laki-laki itu sedang mengalami masa ngidam, itu seperti perempuan saja banyak maunya.

"Abang pulang!"

Ia langsung menghampiri Zahira yang tengah duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Abang beli apa?"

"Abang beli mie goreng," jawabnya.

"Ngapain beli, Aira 'kan bisa masakin."

"Abang gak mau kamu repot."

Zahira sedikit menggelengkan kepalanya. Ia pun menyiapkan makanan itu kepada suaminya.

"Merah banget."

"Iya ... Abang pengen makan pedas. Kayaknya enak ini."

"Jangan!" larang wanita itu. "Aira masak yang baru aja."

"Pengen makan ini sayang."

"Ini namanya bukan makan mie abang. Tapi makan cabe."

"Abang pengen makan pedas."

"Gak boleh! Abang gak boleh makan ini."

"Pokoknya abang mau makan ini."

Zahira segera menyingkir makanan itu. Wanita itu bisa pastikan jika cabe yang ada di dalam mie tersebut sudah melebihi batas.

"Kok di ambil?"

"Jangan, bang! Pedas, nanti abang sakit perut."

"Mau itu sayang. Abang lapar!"

"Aira buatin mie goreng yang baru."

"Gak mau!" tolak Aszlee. "Abang mau itu."

"Jangan bandel ya. Aira buatin yang lain."

"Buatin aja, abang gak akan makan. Abang tidur."

Aszlee pun beranjak dari sofa, namun saat ia hendak melangkah pergi. Tangannya digenggam oleh wanita itu.

"Abang beneran lapar?"

"Iya ..."

"Abang mau ayam goreng."

"Mau mie goreng. Bukan ayam goreng."

"Aira buatin dulu."

"Enggak! Abang mau itu," ucap Aszlee.

"Ini kebanyakan cabe, bang!"

"Ya udah, abang tidur sekarang."

"Iya-iya! Abang makan aja mie ini."

Laki-laki itu kembali duduk di samping istrinya, Aszlee segera menyantap makanan tersebut. Bahkan ia sedikit menjauh dari Zahira supaya wanita itu tidak melarangnya.

"Jangan makan banyak!"

"Berisik! Orang lagi makan."

Beberapa menit sudah berlalu, pria itu sama sekali tidak merasakan pedas. Zahira sampai bengong melihat suaminya memakan mie goreng yang begitu terlihat sangat pedas.

"Enak," ucap Aszlee.

"Gak pedas, bang?" tanya Zahira.

"Enggak! Kamu mau?"

Zahira menggelengkan kepalanya, ia sedang hamil mana mungkin memakan makanan yang begitu terlihat sangat pedas.

***

Kini mereka sedang menonton televisi, di mana Zahira sedang menyaksikan acara kesukaannya yaitu drama Korea. Aszlee menggerak-gerakkan jari-jarinya pada telapak tangan Zahira. Wanita itu sudah tau apa yang dimaksud oleh suaminya, namun ia masih ingin tetap fokus menonton.

Beberapa menit sudah berlalu, Zahira mulai merasa gelisah dan melepaskan genggaman tangan Aszlee.

"Abang kenapa sih. Geli tau."

"Yuk!"

Hanya itu kata yang di lontarkan Aszlee kepadanya.

"Aira lagi nonton."

"Sebentar aja sayang."

"Abang selalu gitu. Kalau Aira lagi nonton pasti ganggu."

"Gimana gak ganggu sayang. Adegan-adegan yang kita liat aja, ya begitu."

Aszlee menunjuk kearah televisi, di mana tokoh seorang perempuan sedang berada di bawah pameran laki-laki.

"Hari ini libur aja ya."

"Please ... Gak kasihan sama abang?"

"Kasihan banget. Abang lucu."

"Ya udah, kalau kasihan. Berarti mau dong."

"Gendong."

Aszlee bersemangat, ia pun menggendong istrinya itu ala bridal style. Zahira tidak akan sanggup jika menolak permintaan suaminya. Wanita itu begitu berbakti kepada Aszlee. Walaupun pria itu sering membuatnya sakit hati.

Pada malam itu juga mereka pun melakukan ritual tersebut. Hingga tepat pada jam satu malam, keduanya masih sama-sama terbangun.

"Terimakasih ya sayang."

"Abang seneng?"

"Seneng banget," jawab Aszlee.

"Bahagia dong."

"Bahagia banget! Kenapa sih kamu nurut banget sama abang, padahal abang sering buat kamu kesel, sakit hati."

"Aira bukan wanita sempurna. Tapi Aira akan berusaha menjadi istri yang terbaik buat abang."

"Bukan wanita sempurna? Di mata abang kamu sempurna sayang. Kamu benar-benar bisa memenuhi kebutuhan abang."

"Kebutuhan abang? Aira 'kan gak pernah kasih apa-apa buat abang. Malahan abang yang udah memenuhi kebutuhan Aira."

"Ada sayang! Kebutuhan abang itu ya ini."

"Nakal," ucap Zahira memukul lengan Aszlee.

"Eh, beneran tau. Abang bahagia, seneng banget. Kalau kamu memberikan kebutuhan abang ini."

"Berarti gak sia-sia dong Aira memenuhi kebutuhan abang."

"Enggak pernah sia-sia. Abang suka, apalagi kamu gak pernah nolak."

"Enggak berani, bang ... Takut dosa!"

"Takut dosa atau enak?" Aszlee memainkan alis matanya.

"Takut dosa lah?"

"Yakin?"

"Yakin abang!"

"Yakin cuma itu?" Aszlee mencoba untuk memastikannya lagi.

Zahira menghembuskan nafasnya, ia tidak mau pria itu kecewa. Apalagi ia sangat jarang memuji suaminya setelah mereka melaksanakan ibadah tersebut.

"Iya, enak!"

"Jawabannya gak ikhlas."

"Iya, enak abang."

"Apa nya yang enak?"

"Ya itu."

"Itu apa?" tanya Aszlee.

Zahira sangat malu dengan pembahasan mereka itu. Sedangkan Aszlee biasa saja dengan tetap tersenyum menatap istrinya.

"Massa di perjelas lagi sih, bang."

"Iya dong ... Biar abang tau, enak karena apa. Abang belikan makan, abang pijitin kamu kalau lagi capek. Atau enak karena apa."

"Enak karena permainan abang."

Aszlee membulatkan matanya dan langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha ..."

"Abang, iiih ... Malu tau."

Zahira menutup wajahnya, sesegera mungkin Aszlee menyingkirkan kedua telapak tangan wanita itu.

"Emangnya permainan abang gimana?"

"Kan udah di jawab tadi, bang."

"Yang mana?"

"Iya abang ku sayang ... Permainan abang itu enak."

"Enak atau enak banget?"

"Tuh 'kan." Zahira mulai kesal.

"Diiih, tinggal di jawab doang. Ribet banget."

"Iya enak banget, makanya setiap abang minta Aira gak pernah nolak."

Aszlee tersenyum mendengar pengakuan istrinya itu. Ia sangat bahagia setelah berhasil mengerjai Zahira.

"Puas sekarang!"

"Tadi puas tapi sekarang abang pengen lagi."

"Ya ampun ... Kebiasaan nih, katanya cuma sebentar. Tapi minta berkali-kali."

"Tadi katanya enak kok malah komplain sih."

"Ya udah, ayo!"

"Beneran sayang?"

"Iya abang! Abang berhak atas Aira, terserah abang, Aira gak bisa nolak."

"Abang di atas lagi?" tanya Aszlee.

"Telinga abang udah mampet ya."

"Kan kamu yang bilang tadi. Abang berhak atas kamu. Berarti abang di atas nih!"

Plak!

Kembali Aszlee mendapatkan pukulan kecil pada lengannya. Tanpa berlama-lama lagi dan berhubungan dapat kesempatan, ia pun kembali mengambil haknya sebagai seorang suami dari Zahira Mariska.

***

Menjelang pagi hari, setelah mereka melakukan sholat subuh. Pria itu mendusel seperti anak kecil, tangannya sama sekali tidak berhenti mengelus perut Zahira.

"Kenapa lagi ini?"

"Sekali lagi ya. Cuacanya dingin banget."

"Sekali lagi ... Tadi malam tiga kali, bang."

"Satu kali lagi ya, biar genap. Gak baik ganjil."

"Bukannya gak baik. Tapi itu kemauan abang."

"Emangnya kamu gak mau?" tanya Aszlee.

"Enggak!"

"Gak takut dosa?"

"Ahhh ... Abang selalu gitu, nakut-nakutin Aira. Kan jadi susah nolak nih."

"Coba diulangi yang tadi."

"Yang mana?" tanya Zahira.

"Ahhh!" lirih Aszlee.

"Ngapain di ulangi coba. Tadi malam 'kan abang udah denger sepuas abang."

"Tapi abang pengen denger pagi ini lagi."

"Gak mau," tolak Zahira.

"Ya udah. Kalau mau dosa."

"Enggak gitu abang."

"Cepetan. Sekali aja."

"Abang!"

"Aira ...," balas Aszlee.

"Ahhh ...," lirih Zahira tiba-tiba.

Pria itu memeluk Zahira dengan sangat erat. Ia sangat senang karena wanita itu selalu menuruti permintaannya.

"Mau ya sayang. Dingin banget nih."

"Ya udah, pelukan aja."

"Massa pelukan!"

"Katanya dingin," gumam Zahira.

Aszlee melepaskan pelukannya, ia beranjak dari tempat duduknya.

"Abang mau kemana?"

"Mau ke toilet!"

"Ngapain ke toilet?"

"Menurut kamu," jawab Aszlee.

"Abang kok gitu sih. Gak baik tau! Kan ada Aira."

"Kamu 'kan gak mau."

"Gak boleh ke toilet. Abang di sini."

"Dikasih nih."

"Iya ..."

"Gak iklhas."

"Iya abang ku, sayang. Katanya mau ibadah. Ayo sini!"

Senyum Aszlee merekah, ia langsung menghampiri istrinya dan pagi itu mereka kembali melanjutkan ibadah lainnya.

***

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, keduanya sama melakukan aktivitas masing-masing. Zahira baru sampai di butiknya. Ia sangat percaya semua ini adalah rejeki anaknya. Butiknya pada hari ini begitu sangat ramai.

"Aira ..."

"Iya, Intan ..."

"Temen kamu yang kemaren datang. Dia ada di ruangan kamu."

"Owh ... Makasih ya," ucapnya sambil sekilas memegang tangan gadis itu.

Zahira segera masuk ke dalam ruangan. Entah mengapa ia begitu sangat senang berteman dengan Marissa.

"Hai ..."

Keduanya saling berpelukan.

"Tumben pagi-pagi gini udah datang."

"Iya ... Itu temen-temen aku. Aku sengaja bawa mereka ke sini," ungkap Marissa.

"Serius?"

"Iya, dong."

"Baik banget ih."

"Hehehe ... Biasa aja kali,"

Ceklek!

Pintu ruangan itu terbuka. Aszlee terdiam kaku saat melihat seorang wanita yang ia kenal sedang mengobrol dengan istrinya.

"Abang sini."

Aszlee segera masuk menghampiri kedua wanita itu.

"Ini temen Aira. Namanya Marissa. Baik banget tau."

Aszlee sedikit menampilkan senyuman kecilnya.

"Abang tau gak kenapa toko Aira ramai?"

"Kenapa?"

"Karena Marissa, abang. Dia baik banget, kemaren udah nolongin Aira. Sekarang dia bawa temen-temennya belanja di sini."

"Ini dompet kamu tadi ketinggalan di mobil abang," ucap Aszlee.

"Owh, iya! Aira sampai lupa."

"Abang pergi dulu ya."

"Eh, tunggu-tunggu ... Kenalan dulu."

"Hai ... Aszlee," ucapnya.

"Marissa ...," balas wanita itu.

Sebelum Aszlee pergi, ia mencium kening istrinya di hadapan orang lain. Ia ingin membuktikan bahwa ia sudah bahagia setelah apa yang terjadi diantara dia dan wanita itu.

"Itu bang, Aszlee. Suami aku."

"Kalian cocok ya. Kamu baik, suami kamu juga ramah."

"Kamu juga baik tau," balas Zahira.

Zahira seperti orang bodoh di antara Aszlee dan Marissa. Wanita itu sama sekali tidak curiga terhadap kedua orang tersebut. Terlalu baik, itulah Zahira. Tidak ada pikiran buruk yang melintas di pikirannya tentang orang lain.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 67.4K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.3M 111K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
10.8K 461 11
Ketika menikah karena cinta? No, ketika nikah hanya dengan modal bismillah. Inilah kisah Alka dan Qiah yang menikah hanya dengan bismillah tanpa dida...
733K 63.2K 44
Story 1 [Sebagian chapter sudah dihapus. Klik link di bio untuk pemesanan novel] Hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan. _...