Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

Door pangeran_naga

373K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... Meer

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 04
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57

Bagian 20

6.4K 503 22
Door pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Zahira sangat kesal kepada Bella, gara-gara wanita itu ia sampai tidak bisa mengontrol diri dan menceritakan kisah percintaannya dengan suaminya kepada orang lain. Sepanjang perjalanan menuju ruangan suaminya, ia terus memasang raut wajah yang sangat datar.

Kekesalannya terhadap Bella membuat iya enggan untuk tersenyum. Wanita itu sudah merusak suasana hatinya saat ini.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?"

"Ini Aira abang."

Tidak ada jawaban darinya lagi, namun pintu langsung terbuka. Secepat kilat, Aszlee menarik lengan Zahira untuk segera masuk ke dalam ruangan.

"Pelan-pelan, bang."

"Kenapa kamu pulang gak telpon abang?"

"Aira gak mau nyusahin abang."

"Tapi abang suka kalau kamu nyusahin abang."

Kini Zahira yang mengambil alih, ia menarik lengan pria itu untuk duduk di sofa.

"Abang makan dulu. Aira udah beliin makanan."

"Enggak mau," Aszlee menggelengkan kepalanya. "Peluk!"

"Kok peluk. Makan dulu."

"Peluk sambil makan. Cepat!" Aszlee tersenyum, kini ia sudah merenggangkan kedua tangannya.

Zahira tidak mau menuruti permintaan dari laki-laki itu. Ia lebih mementingkan diri untuk memberikan suaminya makan.

"Makan dulu, jangan bandel."

Baru saja Zahira meletakkan bungkusan makanan itu di meja. Aszlee malah mendorong tubuh istrinya hingga terbaring di sofa.

"Abang mau ngapain?" tanya Zahira.

"Cium," lirihnya.

"Ini kantor, bang. Nanti ada yang lihat."

"Ssst ... Diam sayang."

Aszlee semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah istrinya. Saat ia hendak berhasil mendapatkan ciuman itu, pintu pun tiba-tiba terbuka dan keduanya langsung duduk.

"Ayah," ucap keduanya.

Di sana sudah ada seorang pria yang berdiri menyaksikan kejadian tersebut. Sejenak Ferry tersenyum setelah melihat posisi kedua anaknya tadi.

"Sorry ... Ayah salah ruangan," ucap pria paruh baya itu, padahal iya memang hendak bertemu dengan anaknya.

Ferry segera keluar lagi. Namun hanya beberapa detik saja ia kembali masuk ke dalam.

"Aszlee!"

"Iya ayah."

"Kantor! Ini kantor!"

Ferry kembali keluar dari dalam ruangan. Aszlee dan Zahira merasa malu setelah kejadian itu hampir di lihat oleh orangtuanya. Zahira segera berdiri, menyipitkan matanya menatap suaminya. Wanita itu begitu malu setelah kejadian tersebut.

"Kenapa?" tanya Aszlee.

"Malu tau. Abang sih, ayah 'kan jadi lihat."

"Biasa aja kali. Lagian ayah pasti ngerti."

"Makan cepat, Aira mau pulang."

"Pulang apa? Sini duduk."

"Enggak mau," tolak Zahira.

"Cepat ke sini."

"Enggak mau abang. Ini kantor, tahan dulu."

"Zahira Mariska! Sini sayang."

Wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Heh, melawan?"

"Enggak, bang."

"Ya udah ayo sini."

"Gak mau, Aira di sini aja."

"Beneran membantah?" Aszlee segera berdiri.

"Iya, iya. Jangan marah Aira ke situ."

Aszlee kembali duduk sambil tersenyum, ia berhasil mengerjai wanita itu.

"Tapi jangan ngapa-ngapain ya."

"Iya!"

Akhirnya Zahira kembali memberanikan diri untuk mendekati suaminya. Ia langsung duduk di sana, dan benar saja Aszlee kembali mendorong tubuh wanita itu.

"Bang."

"Ssst ... Diam."

Kembali pria itu melancarkan aksinya, lagi-lagi keinginannya itu batal ketika pintu kembali terbuka.

"Aszlee!"

Panggil seseorang, keduanya langsung menatap kearah wanita itu. Aszlee berdecak kesal karena ia sangat menginginkan kecupan dari istrinya. Namun aksinya gagal lagi.

Zahira mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh dari dirinya. Ia juga tersenyum kepada suaminya. Wanita itu sangat senang karena sudah lepas dari seorang Aszlee.

"Untung kakak yang masuk kalau orang lain 'kan jadi gak enak di lihat. Kamu itu manajer di sini," ucap Dara yang langsung duduk di sofa. "Harus jaga sikap."

Zahira tersenyum simpul menatap kakak iparnya itu. Lain dengan Aszlee, wajahnya begitu datar. Ia benar-benar tidak suka dengan keadaan yang tidak berpihak kepadanya hari ini.

"Kalau sempat yang lihat ayah. Mungkin kamu akan dimarahin."

"Mmm ... Tadi ayah juga udah sempet lihat, kak," ungkap Zahira.

Plak!

Aszlee menepuk jidatnya, bagaimana bisa wanita itu terlalu polos mengatakan hal tersebut.

"Ngapain kamu bilang sih."

"Keceplosan," gumam Zahira.

"Kakak ngapain di sini?"

"Kakak mau ketemu sama kamu."

"Mau ketemu, As? Mau apa? Berantem?"

"Berantem lah. Massa enggak."

Plak!

Tanpa aba-aba pria itu mendapatkan tamparan kecil di wajahnya.

"Lagi!" ucap Dara, dan.

Plak!

Untuk kedua kalinya pria itu mendapatkan tamparan di wajahnya. Zahira merasa aneh dengan kelakuan kedua kakak beradik itu.

"Sayang! Kakak nampar abang."

"Diiih ... Tau juga kamu manja sama istri?" tanya Dara saat adik laki-lakinya itu tiba-tiba memeluk Zahira.

"Lepasin, malu. Ada kakak."

"Enggak mau Aira."

"Lepasin. Makan dulu cepat."

Zahira menyiapkan makanan itu kepada suaminya.

"Kakak mau makan?"

"Enggak. Kamu kasih aja buat suami kamu ini."

"Suapin," ucap Aszlee.

"Malu, bang. Ada kakak."

"Enggak apa-apa kok sayang," ucap Dara memandang Zahira.

Zahira segera menyuapi suaminya itu. Ia merasa sangat canggung harus beradegan romantis dengan suaminya di depan kakak iparnya sendiri.

"Kakak ngapain ke sini?"

"Kakak udah bilang 'kan. Kakak kangen sama kamu! Semenjak kamu nikah kamu jadi lupa sama kakak," ucap Dara. "Mentang-mentang udah ada perempuan lain selain kakak."

Zahira tersenyum simpul menatap iparnya itu. Wanita itu baru tau ternyata kedua kakak beradik tersebut begitu sangat dekat. Tidak seperti pada umumnya ketika kakak beradik perempuan dan laki-laki pasti akan ada rasa canggung. Tetapi Aszlee dan Dara sama sekali tidak seperti itu.

"Kakak sama bang, Hady?"

"Iya."

"Terus dia di mana?"

"Lagi di ruangan ayah. Mungkin ada sesuatu yang mereka bicarakan."

"Buka mulut, Aaaa ...," perintah Zahira.

Wanita itu sudah seperti memiliki bayi saja. Menyuapi seseorang yang sedang mengobrol. Zahira sebenarnya tidak suka seperti itu, sangat tidak baik jika makan sambil mengobrol.

"Kandungan kakak gimana? Sehat?"

"Alhamdulillah ..."

"Kakak hamil?" tanya Zahira.

"Iya! Baru beberapa Minggu."

Zahira meletakkan piring itu, sejenak ia mengelus perut Dara yang masih datar itu.

"Pegang aja terus biar menular," ucap Aszlee.

"Emangnya udah siap punya anak?" tanya Dara.

"Siap dong, kak. As, pengen punya anak enam."

"Enam ... Kamu aja yang mengandung jangan Aira," gumam Dara. "Itu sama saja kamu menyusahkan istri kamu."

"Tapi istri As gak masalah kok, kak."

"Kamu jangan terlalu ikuti kata-kata, As. Gak baik."

Zahira sedikit menahan senyumnya saat Dara memperingatinya seperti itu. Ia benar-benar ingin tertawa melihat kelakuan kakak beradik tersebut.

"Kakak beneran gak mau makan?"

"Enggak sayang."

"Lagi!" pinta Aszlee.

Kembali Zahira menyuapi suaminya itu. Dara sangat senang melihat keromantisan tersebut. Akhirnya ia bisa melihat adik laki-lakinya itu di urus oleh seorang perempuan yang benar-benar tepat.

"Aira masih lama kuliah?"

"Sebentar lagi selesai, kak."

"Sebentar lagi selesai. Kenapa gak tunggu Aira selesai kuliah baru kalian program anak?" tanya Dara kepada adiknya.

"Enggak mau, kak! As, pengen punya anak sekarang. Lagian Aira juga gak masalah kok."

"Enggak masalah? Emangnya kamu udah bicarakan ini semua sama dia?"

"Kak ... Aira gak masalah, lagian gak baik juga di tunda-tunda gitu," ucapnya sambil tersenyum.

"Bunda gak salah pilihin kamu istri seperti Aira 'kan?"

"Enggak ... As, seneng dapat istri yang baik banget."

"Iiih, jangan di rangkul. Malu tau ada kakak."

Aszlee kembali melepaskan pelukannya pada wanita itu.

"Dia gak usil sama kamu 'kan?"

"Bener kata kakak. Abang usil banget, sering ngerjain Aira."

"Enggak ngerjain sayang. Tapi lebih tepatnya manja sama kamu."

"Apa kakak bilang. Dia ini memang jahil orangnya. Tengil banget, kayak anak kecil."

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

Pintu terbuka, di sana sudah ada Hady yang berdiri tetapi tidak langsung masuk ke sana.

"Sayang! Ayo pulang!"

"Bang, enggak makan?" tanya Aszlee.

Hady masuk ke dalam setelah di tawarkan makanan untuk dirinya. Tetapi ia tidak langsung duduk.

"Enggak usah, As. Kami pulang aja, pengen istirahat dulu."

"Ya udah, kalau gitu kakak pulang dulu ya," ucapnya.

"Kakak sama abang hati-hati ya."

"Iya ..."

Kedua pasangan suami istri itu meninggal Aszlee dan Zahira di dalam ruangan. Mereka segera pulang ke rumah setelah lelahnya bekerja di kantor. Aszlee menatap sinis kearah istrinya membuat wanita itu merasa heran.

"Kenapa?"

"Hati-hati ya kak, abang," ucap Aszlee tiba-tiba.

"Abang kenapa sih?"

"Ngapain tadi ngomongnya lembut gitu sama bang, Hady."

"Loh, terus Aira harus ngomong gimana. Dara sama Hady hati-hati ya. Gitu?" tanya Zahira.

"Bukan gitu, tapi kamu tadi ngomongnya lembut banget di depan bang, Hady."

"Abang cemburu sama bang, Hady?"

"Iya lah!"

"Ngapain cemburu. Ada-ada aja."

"Emangnya abang salah cemburu?"

"Gak salah abang. Tapi ngapain harus sama bang Hady cemburunya. Aneh banget, dia itu ipar kita lho."

"Sama aja, pokoknya abang cemburu."

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?" tanya Aszlee.

"Bella!"

"Masuk!"

Saat wanita itu masuk ke dalam ruangan, raut wajah Zahira menjadi datar. Ia masih belum terima atas apa yang di ucapkan oleh Bella kepadanya tadi.

"As, aku mau ngomongin sesuatu nih."

Aszlee beranjak dari tempat duduknya dan menuju kursinya kerjanya. Begitu juga dengan Bella, ia langsung duduk di kursi tepat di hadapan Aszlee. Sekilas wanita itu juga melirik kearah Zahira, ia memutar bola mata malas. Ingin sekali rasanya Bella mengajak wanita itu bertengkar. Karena ia begitu membenci Zahira yang telah menikah dengan Aszlee.

Aszlee dan Bella mengobrol tentang perusahaan. Zahira sungguh tidak menyukai itu. Apalagi saat Bella memberikannya kepalan tangan dari arah belakang menyisakan jari tengahnya.

"Sengaja banget 'kan," batin Zahira. "Kalau vas bunga ini di lempar berdarah gak ya. Kan plastik."

Ya, wanita itu terlalu kesal melihat kedekatan suaminya dengan Bella. Membuat ia malah berpikiran akan melemparkan vas bunga kepada Bella.

Hampir satu jam sudah berlalu, Zahira mulai tidak tahan lagi. Ia beranjak dari tempat duduknya. Wanita itu tidak menyukai Aszlee yang terlalu mengobrol banyak dengan Bella walaupun itu hanya sebuah pekerjaan saja. Ia tahu, Bella sekarang sedang mencoba untuk membuatnya emosi. Itu sebabnya Zahira lebih baik pergi dari tempat itu.

"Mau kemana?" tanya Aszlee saat Zahira hendak membuka pintu.

"Mau pulang."

"Jangan!" larang Aszlee. "Tunggu abang."

"Abang sibuk kerja. Aira mau pulang aja."

"Jangan membantah bisa gak?"

"Kalian ini aneh ya. Baru juga nikah udah ribut," ucap Bella.

Sekilas wanita itu memandang Zahira dengan menampilkan senyum miringnya.

"Aira mau pulang. Abang lanjut kerja aja."

"Heh!" kini Aszlee menunjuk kearah wanita itu. "Kamu melawan?"

"Enggak!" ucap wanita itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Itu barusan."

"Tapi Aira mau pulang. Mau istirahat, gerah di sini."

Aszlee langsung berdiri. "Beneran melawan!"

"Iya, iya, iya! Aira gak jadi pulang."

"Duduk!" perintah Aszlee.

"Enggak! Aira tunggu di luar."

"Ngapain tunggu di luar. Di sini aja," ucap Aszlee. "Kamu mau lihat siapa di luar. Suami kamu ada di sini."

"Panas bang di sini. Aira tunggu di luar aja."

"Massa sih, 'kan ada AC besar!" ucap Bella.

"Panas apanya Aira. Abang bilang cepat duduk."

"Gak mau. Aira tunggu di lobi."

"Owh, beneran melawan ya."

Saat pria itu hendak melangkah. Lagi-lagi Zahira merasa takut melihat tatapan dari suaminya.

"Iya ... Ahh, ribet banget."

"Kamu yang ribet bukan abang."

Tidak ada lagi sahutan dari Zahira, wanita itu berdecak kesal. Dengan terpaksa ia pun harus menuruti perintah dari suaminya. Aszlee kembali duduk di tempatnya, ia melanjutkan pembicaraan tentang perusahaan dengan Bella. Sedangkan di sofa, Zahira sedang menatap mereka dengan tatapan yang begitu penuh kebencian.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

10.8K 461 11
Ketika menikah karena cinta? No, ketika nikah hanya dengan modal bismillah. Inilah kisah Alka dan Qiah yang menikah hanya dengan bismillah tanpa dida...
2.2M 112K 51
DILARANG PLAGIAT ⚠ assalamualaikum. ini cerita pertama aku .maaf ya kalo ada kesalahan dalam katanya. alur yang gk nyambung. tolong dimaklumi. CERIT...
Ikatan Chaenta Door iKAN

Algemene fictie

33K 4.7K 31
⛔Warning⛔ Cerita ini mengandung butiran debu yang membuat sesak, bawang yang membuat mata perih, dan zat adiktif bercandu. "Senyata apapun perasaan...
6.6M 334K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...