TURUN RANJANG : 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓮𝔁...

By AlienMoomin

2.6M 183K 4.1K

Mana mungkin pria yang dulunya Naza hormati sebagai kakak ipar, kini harus Naza layani sebagai suami. _______... More

Awalan
01. Arti Pernikahan
02. Kemelut Janji
03. Sepotong Roti
04. Batas Kita
05. (Bukan) Sepasang
06. Tangisan Malam
07. Permintaan Kecil
08. Belum Usai
09. L'appel du vide
10. Marmer Hitam
11. Acara Keluarga
12. Prahara Pekerjaan
13. Perkara Masakan
14. Rumah Impian
15. Aroma Nasi Goreng
16. Kejutan Temu
17. Satu Almamater
18. Tidur Bersama
19. Terlanjur
20. Amplop Putih
21. Koper dan Masa Lalu
22. Hati Manusia
23. Tamu (Tak) Diundang
24. Syarat Kebahagiaan
25. Hukum Dunia
26. Cara Kerja Hati
27. Kokohnya Sebuah Rumah
28. Keraguan & Keyakinan
29. Seandainya Kita Bisa Bahagia
30. Parameter Kebahagiaan
31. Kenapa bukan Dia
33. Pilihan
34. Pulang dengan Kedewasaan
35. Rumah Seharusnya
36. Dongeng Sepatu
37. Ketakutan Akan Masa Depan
38. Waktu yang Tepat untuk Jatuh Cinta
39. Berdua Lebih, Baik!
40. Hari Bersamamu
41. Masa Lalu Kita
42. Akhir Skenario Tuhan
Akhiran
Sequel/Spin-off
Intip aku, dong!
Apa kabar, Natha?
AU Abang Leon
Sisi lain dari kisah Alby dan Naza.

32. Kenyataan yang Tak Bisa Kita Hindari

42.3K 3.7K 83
By AlienMoomin

“Kenyataan tetap menjadi kenyataan, tak peduli kita menghindar atau tidak.”

— ° ° ° —

Alby sudah kehabisan akal untuk mencari Leon. Dia meremat rambutnya dengan frustrasi. Setiap orang yang ditemui, tak luput menjadi sasaran Alby untuk menanyakan keberadaan Leon. Setiap tempat juga sudah dia jamah untuk mencari keberadaan bayi berusia satu tahun itu. Namun, sampai sekarang Leon masih belum diketahui keberadaannya.

Alby pandangi sekeliling taman yang kini dia pijaki. Hawa dingin sudah mulai terasa dan langit mulai kelabu. Berbagai macam pertanyaan hinggap di kepalanya. Bagaimana keadaan Leon saat ini? Apa dia juga kedinginan atau parahnya bayi itu tengah menangis ketakutan? Alby tak mampu membayangkan bagaimana bayi sekecil Leon bisa bertahan sendirian di tempat luas seperti ini.

Saat melihat Harsa berlari sambil menggelengkan kepalanya, Alby kembali memijat pelipisnya. Dia yakin, Harsa pun gagal untuk menemukan Leon.

Sorry, By. Gak ada satu orang pun yang lihat Leon,” ucap Harsa. Harsa sudah mencari Leon di setiap penjuru lokasi acara aman, tapi tak ada satu orang pun yang melihat keberadaan bayi gembul itu.

“Mencari satu bayi aja, kenapa gak ada becus sama sekali!” Alby benar-benar tak bisa menahan dirinya lagi. Sejak Naza meneleponnya dan memberi tahu bahwa Leon hilang, Alby sudah tak bisa lagi untuk berpikir jernih. Begitu banyak pikiran buruk yang kini hinggap di kepalanya. Begitu banyak asumsi-asumsi gila yang menghantui kepalanya.

Bagaimana jika Leon diculik atau dia berlari sendirian ke tengah jalan. Membayangkannya saja, membuat jantung Alby berdetak tak karuan. Namun, kemana lagi dia harus mencari putranya itu.

Padahal, Leon satu-satunya yang dia punya. Satu-satunya kenangan dari Zia yang dia miliki. Satu-satunya alasan Alby bisa bertahan tanpa Zia. Jika bisa tawar-menawar dengan nasib dan takdir, bahkan Alby rela untuk menukar nyawanya untuk Leon.

“By, di taman ini gak ada satu CCTV satu pun,” ucap Reksa. Dia begitu terengah-engah setelah berlari bolak-balik mencari pos penjaga taman ini. Tapi, hasilnya nihil. Taman ini tak memiliki kamera pengawas satu pun. Dia pun tak bisa mengandalkan CCTV jalanan yang membelakangi area taman.

Tak berselang lama, Mako juga datang dengan wajah panik. Dia berlari sekuat tenaga untuk mendekati Alby. “By, polisi belum bisa menerima laporan Leon hilang sebelum 24 jam,” ucapnya.

Alby mengepalkan tangannya penuh emosi. Sampai-sampai urat-urat di lengannya seakan mencuat keluar. “Keparat! Jadi mereka akan tidur dengan tenang dulu, baru mencari putraku! Begitu!”

Alby terus berteriak dengan penuh emosi. Alby tentu saja marah, tapi harus pada siapa dia melampiaskan amarahnya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Namun, pandangannya malah berakhir pada figur Naza yang duduk di sana. Dia dekati istrinya itu.

“Di mana Leon!”

Naza yang sejak tadi menangis di bangku taman, tersentak kaget saat Alby tiba-tiba membentaknya. Dia juga meringis kesakitan saat Alby mencengkeram bahunya dengan kuat.

“Kamu bawa Leon kemana?! Naza!” bentak Alby.

“M-maaf ... Ma-mas ... aku gak t-tahu,” cicit Naza di sela tangisannya. Sampai-sampai, ucapan Naza begitu terbata-bata. Dia sendiri tak tahu, di mana terakhir kali Leon berada.

“Bicara dengan benar, Naza!”

Naza sangat tak suka dibentak seperti itu. Apalagi oleh suaminya sendiri. Dia mendongak dengan wajah yang sudah berantakan karena tangisannya. Dengan kasar, dia hapus air mata itu menggunakan jemarinya sendiri. “Aku gak tahu Mas! Aku juga gak tahu di mana Leon! Aku nitipin Leon—”

“Apa?! Kamu apa?! Kamu nitipin Leon?!” Alby menyela ucapan Naza dengan cepat. “Naza, mas percayakan Leon ke kamu. Kamu yang harusnya jagain dia. Tapi, kamu malah nitipin dia ke orang lain! Seharian ini kamu ngapain?! Hah?!”teriaknya.

Naza langsung terdiam. Dia kembali menunduk dengan air mata yang kembali berjatuhan. Kenapa hatinya makin sakit dan sesak. Setiap kata yang Alby lontarkan benar-benar melukainya. Apalagi bentakan Alby membuat Naza benar-benar merasa telah gagal menjadi seorang ibu. Jika saja Naza tak teledor dengan menitipkan Leon pada orang lain, mungkin Leon takkan hilang seperti ini. Dia remat bajunya sendiri, menahan isak tangisnya yang akan pecah lagi.

Alby memalingkan wajah, emosinya makin tersulut saat melihat kedatangan Natha ke arahnya. Pria itu malah memberikan air minum untuk Naza di depan Alby.

“Za ... minum dulu,” ucap Natha.

Belum sempat botol minuman itu sampai ke tangan Naza, Alby lebih dulu menepisnya dengan kasar. Hingga botol yang terbuka itu terjatuh dan membasahi pakaian Natha.

Alby menunjuk-nunjuk wajah Natha dengan murka. “Jangan bilang, kamu asyik berduaan dengan keparat ini!” teriaknya.

Naza kembali menatap Alby sambil menggelengkan kepalanya samar. Menyangkal pun akan sangat sia-sia sekarang. Alby sudah sangat dikuasai oleh amarahnya.

“Gak perlu pake emosi, bisa?! Naza baru aja—” Ucapan Natha terpotong saat melihat Naza menggelengkan kepalanya seolah memberi isyarat agar Natha tak ikut campur dalam percekcokan Naza dan Alby.

Namun, Alby lebih cepat menarik kerah kemeja Natha. Tangannya juga sudah mengepal erat. Tak jauh berbeda dengan Natha yang juga siap melayangkan pukulannya.

Melihat Alby dan Natha yang sepertinya sudah siap untuk adu jontos, Mako segera menengahi kedua pria itu. Dia memegang bahu Alby dan mejauhkannya dari Natha. “Marah-marah di sini, gak ada gunanya. Kita cari cara lain untuk menemukan Leon,” ucapnya.

Tangan Mako ditepis kasar oleh Alby. Tiba-tiba, suasana malah berubah menjadi canggung. Semua orang terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

Tak lama, Raya dan Rizky datang. Sama, mereka berdua pun datang dengan tangan kosong. Mereka juga tak menemukan keberadaan Leon.

Raya dan Rizky benar-benar merasa bersalah. Karena keteledoran mereka berdua, Leon hilang. Jika Raya tak meninggalkan Leon sendirian di taman atau Rizky yang tidak sibuk dengan acaranya, mungkin takkan berakhir seperti sekarang.

“Za ... Maaf. Aku gak nemuin Leon,” ucap Raya. Namun, semua orang tetap diam. Tak ada yang merespon ucapan Raya.

Harsa begitu membenci kecanggungan ini. Dia menghembuskan napasnya dengan kasar. “Ya, sudahlah. Diam pun gak akan menghasilkan apa pun. Sekarang, kita berpencar lagi untuk mencari Leon, semoga saja ada orang baik yang menemukannya,” ucapnya.

Semua orang di sana setuju. Mereka semua masuk ke dalam mobil mereka masing-masing untuk mencari Leon di tempat lain. Begitu pun dengan Naza dan Alby, mereka berdua juga masuk ke dalam mobil meski dengan hati yang was-was dan gelisah.

Di kursi penumpang, Naza tak henti berdoa untuk keselamatan putranya. Sedangkan Alby, dia tak henti mengedarkan pandangannya kesana-kemari, berharap dia akan menemukan seseorang yang tengah menggendong Leon.

Sibuk mencari keberadaan Leon, sampai-sampai Alby tak fokus pada jalan yang dia lalui.

“Mas, awas!” Naza berteriak.

Refleks, Alby langsung menginjak pedal rem dengan sekuat tenaga. Bahkan, suara gesekan dari karet ban dan aspal jalan hingga menusuk telinga mereka. Alby terkejut saat menyadari mobilnya hampir saja menambrak seorang pejalan kaki yang tengah menyebrang jalan.

“Hati-hati, Mas. Pelan-pelan aja bawa mobilnya. Kamu juga harus tetap tenang,” ucap Naza.

“Tenang?! Putraku hilang dan kamu nyuruh aku tenang?! Mikir, Za!” teriak Alby.

“Kalau kita celaka atau malah mencelakai orang lain, gak ada gunanya, Mas! Malah nambah masalah!” balas Naza.

Alby menoleh, menatap Naza yang duduk di sampingnya. “Kamu gak ngerti, Za!”

“Aku ngerti, Mas! Sama, aku juga mengkhawatirkan Leon. Aku juga gak mau Leon kenapa-kenapa!” sahut Naza tak kalah mengebu-gebu. Naza sangat mengerti perasaan Alby. Naza juga seorang ibu yang tak mau kehilangan putranya.

“Enggak, Za. Kamu gak ngerti betapa berharganya Leon untuk aku. Betapa besarnya perjuangan Zia untuk melahirkan Leon. Kamu gak akan pernah ngerti, karena kamu gak pernah melahirkan Leon!”

Bibir Naza langsung mengatup sempurna. Dia terbetrik karena ucapan Alby. Sampai-sampai, Naza tak mampu untuk berucap lagi. Pupil matanya bergetar, dia tak sanggup menatap mata Alby. Naza memalingkan wajah. Sekuat tenaga dia berusaha untuk menyembunyikan air matanya yang mungkin takkan pernah berarti bagi Alby.

Tenyata, Alby memang benar. Sedalam apa pun Naza menyayangi Leon, sekuat apapun Naza berusaha untuk menjadi seorang ibu untuk Leon, Naza bukanlah perempuan yang melahirkan Leon.

— ° ° ° —

Continue Reading

You'll Also Like

264K 13.5K 30
Tanisha Veena, terpaksa harus menikah dengan Arion Edgar Danendra demi janin yang sedang dikandungnya. Menjadi wanita yang akan melahirkan pewaris ke...
945K 14.5K 10
You are My Ice Boss. Dinginmu mampu menghangatkan hati... Untuk kesekian kalinya Andinni (24 tahun) kembali gagal mendapatkan pekerjaan karena penamp...
1.6M 154K 27
"Mas kenapa nggak bilang aku cantik?" Daffa yang sedang mengeluarkan pakaian dari mesin cuci berhenti sejenak, melirik Aira dan bertanya, "kenapa ema...
1.9M 139K 56
~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yan...