Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

By pangeran_naga

373K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... More

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 04
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57

Bagian 13

8.8K 772 34
By pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Aszlee dan Zahira sedang berada dalam perjalanan menuju rumah orang tua Zahira. Selama di perjalanan itu, Zahira sama sekali tidak berbicara dengan Aszlee. Ia tidak menyukai jika suaminya membela Tania, apalagi saat Aszlee tidak percaya kepada dirinya.

Hitungan menit sudah berlalu, pasangan pengantin baru itu akhirnya sampai di rumah tersebut.

"Abang, Aira gak suka ya abang belain perempuan itu lagi."

"Kamu ngomong apa?"

"Abang 'kan larang Aira deket sama Ethan, jadi Aira gak mau kalau abang belain perempuan itu seperti tadi."

"Abang gak belain dia Aira. Abang cuma heran aja, motif dia melakukan hal itu apa? Kalian aja gak kenal," ucap Aszlee. "Satu lagi, abang gak mau denger nama mantan kamu itu."

Aszlee menyusul istrinya masuk ke dalam kamar. Zahira merasa kecewa karena suaminya itu tidak percaya kepada dirinya.

"Aira, tunggu abang. Jangan kayak anak kecil deh."

"Kalau abang mau perempuan dewasa. Jangan nikah sama Aira."

"Kok ngomongnya gitu sih."

"Kenapa? Abang gak suka?"

"Aira, sayang ... Abang minta maaf ya, kalau kamu sakit hati sama perkataan abang."

"Terserah abang ... Abang lebih percaya sama perempuan itu dibandingkan istri abang sendiri."

"Hei."

Aszlee mencoba untuk menyentuh bahu istrinya, namun tangan Zahira begitu cepat menepis lengan suaminya.

"Kok kamu kasar sama abang?" tanya Aszlee.

Zahira membuka jilbabnya tanpa berkata-kata apalagi, laki-laki itu duduk di tepi ranjang, beberapa detik kemudian ia pun berbaring.

"Aira, kepala abang sakit."

"Sakit gimana?"

Wanita itu segera menghampiri suaminya. Ia memijit pelipis Aszlee dengan perlahan.

"Pusing."

"Kok bisa?"

"Jangan marah sama abang ya. Please ..."

"Aira gak marah sama abang."

"Terus yang tadi itu apa."

"Aira cuma kecewa aja, abang gak percaya sama ucapan Aira."

"Ya udah, iya. Sekarang abang percaya sama kamu. Tapi tolong jangan marah-marah lagi."

"Abang mau minum obat?"

"Enggak perlu ... Kamu jangan marah sama abang, nanti kepala abang tambah sakit."

"Iya, iya. Aira gak akan marah lagi sama abang."

Lama wanita itu melakukan hal tersebut, ia pun meredam amarahnya supaya Aszlee tidak merasakan sakit lagi. Namun ia masih belum bisa terima karena pria itu lebih percaya kepada orang lain. Pijatan lembut dari Zahira membuat Aszlee tertidur pulas.

"Badannya gak panas kok. Tapi malah kayak orang sakit," Zahira heran dengan keadaan suaminya itu.

***

Sore hari pun tiba, Aszlee dan Hendro sedang duduk santai di teras rumah. Melihat kedua laki-laki itu sedang mengobrol, Zahira berinisiatif membawakan minuman dan cemilan.
Aszlee segera berdiri dan memeluk kepala istrinya itu.

"Abang ngapain?"

Wanita itu heran mendapatkan perlakuan tersebut. Begitu juga dengan Hendro karena tiba-tiba saja Aszlee mencoba untuk menutupi kepala Zahira.

"Kamu kenapa gak pakai jilbab?"

"Sebentar aja, bang. Cuma nganterin ini udah aku masuk."

"Ya udah cepat masuk sana," perintah Aszlee.

Hendro tersenyum melihat perilaku dari Aszlee. Ia semakin yakin bahwa pria itu akan bisa menuntun putrinya ke jalan yang lebih benar.

"Dia lupa kali, pa. Udah punya suami, malah keluar gak pakai jilbab."

Aszlee duduk dan meneguk secangkir kopi yang di bawakan oleh istrinya tadi. Ia tersenyum kecil menatap mertuanya tersebut.

"Aira, rambut kamu kenapa? Acak-acakan gitu," ucap Nita saat anaknya itu lewat di ruang tamu.

"Enggak apa-apa, ma."

Setelah banyak mengobrol dengan mertuanya. Aszlee masuk ke dalam rumah, ia ingin istirahat terlebih dahulu apalagi kepalanya masih merasa sedikit pusing.

Baru saja pria itu membuka pintu kamar, ia tersenyum menatap istrinya yang sedang tertidur di sofa. Pria itu melangkah mendekati Zahira. Aszlee duduk di lantai dan meletakkan dagunya di atas lengan istrinya.

"Cantik!" ucapnya tersenyum simpul.

Ia juga mengelus wajah Zahira, perlahan ia pun tertidur dengan keadaan duduk dan kepala yang bersandar di telapak tangan istrinya.

***

Hingga malam hari Zahira terbangun dari tidurnya. Tangannya merasa kebas karena kepala pria itu masih betah menindihnya.

"Abang bangun. Udah malam."

"Mmm ... Udah malam ya."

"Abang kenapa gak tidur di situ tadi. Kenapa tidurnya sambil duduk?"

"Sengaja sayang. Abang gak mau jauh-jauh dari kamu," ucapnya sambil tersenyum.

Zahira beranjak dari tempat duduk, ia langsung berdiri walau tatapnya masih lekat pada pria itu.

"Kepala abang masih sakit?"

Aszlee menggeleng pelan. "Enggak."

"Baguslah ..."

"Kamu mandi sana. Setelah itu kita langsung sholat," ucap Aszlee.

"Iya abang."

"Eh, tunggu," Aszlee menarik kain baju wanita itu.

"Mmm ... Mandi bareng," ucapnya.

"Iiih, ada-ada aja."

Zahira segera berlalu pergi, wajahnya merona setelah mendengar perkataan dari suaminya.

***

Jam menunjukkan pukul tujuh lewat beberapa menit. Mereka sudah selesai sholat. Aszlee membalikkan tubuhnya menghadap wanita yang berada di belakangnya. Ia tersenyum kearah Zahira.

Pria itu menyingkirkan mukenah yang menutupi lengan istrinya. Ia benar-benar kasihan melihat tangan Zahira yang sedikit memerah.

"Masih sakit?"

"Enggak kok, bang."

"Jangan gini lagi ya. Abang gak mau kamu terluka."

"Iya abang ... Tapi ini 'kan gara-gara perempuan itu."

"Iya ...," singkat, padat, jelas. Itulah kata yang keluar dari dalam mulut Aszlee.

Laki-laki itu belum percaya sepenuhnya kepada istrinya, tentang pengakuan Zahira yang mengatakan bahwa kejadian itu karena ulah dari Tania.

"Ayo bang kita makan dulu."

Mereka segera keluar dari dalam kamar. Di sana sudah ada Hendro dan Nita yang sedang menikmati makanan.

"Besok jangan lupa kalian harus siap-siap."

"Acaranya di mulai jam berapa?"

"Acaranya malam. Mama gak mau kalian beraktivitas dulu. Biar kalian sehat bugar."

"Acaranya di mana, ma?" tanya Aszlee.

"Nanti mama kasih tau. Kalian makan aja dulu."

Mereka melanjutkan makan malam, tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya ada suara garpu yang bersahutan dengan piring.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka berempat selesai makan. Hendro lebih dulu berlalu pergi karena ia harus mengerjakan pekerjaannya.

"Tangan kamu kenapa?" tanya Nita.

"Owh, ini," ucap Zahira memperlihatkan lengannya.

"Maafin As, ma. As gak bisa jagain Aira."

"Maksudnya?"

"Abang berlebihan banget. Udah di bilang bukan salah abang," ucap Zahira. "Tadi Aira buat minuman, tapi gak sengaja air panasnya tumpah ke tangan Aira."

"Lain kali harus hati-hati, jangan ceroboh," gumam Nita.

Saat Nita beranjak dan hendak membereskan semua piring kotor, Zahira malah melarang ibunya itu.

"Gak perlu, ma. Biar Aira aja."

"Enggak apa-apa, sayang."

"Mama istirahat aja. Seharian kerja pasti capek 'kan."

"Beneran nih?"

"Iya, mama."

"Nanti kalau udah selesai langsung istirahat ya," ucap Nita.

Zahira mengangguk pelan tanda mengiyakan. Wanita paruh baya itu segera berlalu pergi meninggalkan anak dan menantunya.

"Abang mau ngapain?" tanya Zahira saat pria itu hendak membereskan piring-piring tersebut.

"Mau bantuin kamu."

"Enggak perlu. Abang tidur aja saja."

"Enggak mau. Abang mau bantuin kamu."

"Jangan, biar Aira aja."

"Tapi-"

"Gak usah ... Abang tidur aja sana, ingat kata mama tadi. Harus istirahat, apalagi tadi kepala abang pusing," gumam Zahira.

Pria itu kembali duduk.

"Kok duduk? Ke kamar sana."

"Abang tungguin kamu. Abang gak mau sendirian di dalam kamar."

Wanita itu tersenyum simpul, ia segera menuju dapur untuk mencicipi mencuci piring-piring kotor.

Saat Zahira sedang fokus mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba saja ada tangan besar yang merangkul pinggangnya dari belakang.

"Abang," lirihnya.

"Sayang, abang ngantuk."

"Ya udah, tidur sana," ucap Zahira.

"Tidurin abang cepat."

"Tidurin?" Aira mengernyitkan dahinya tanpa menoleh kearah pria itu.

"Maksud abang. Tidurkan."

"Abang nakal ya. Tidur duluan aja sana. Jangan gini, Aira jadi susah."

"Ayo, sayang. Gak perlu di lanjutkan lagi."

"Gak boleh gitu dong. Aira udah janji sama mama untuk cuci piring ini."

Pria itu meletakkan dagunya di atas pundak istrinya. Rangkulannya juga ia eratkan di tubuh wanita itu. Zahira merinding mendapatkan perlakuan tersebut, ia belum terbiasa dengan hal itu.

"Gimana?"

"Gimana apanya, bang?"

"Suka?" tanya Aszlee.

Zahira salah tingkah, hingga pring yang ia genggam terjatuh di wastafel.

"Gak usah salah tingkah gitu sayang!"

"Siapa yang salah tingkah. Piringnya licin."

"Massa sih?"

"Iya ... Beneran licin abang."

Aszlee menggenggam piring tersebut, saat Zahira sedang lengah. Ia malah menyiramkan air kepada wajah istrinya.

"Abang ... Kok malah ganggu Aira sih."

"Hahaha ..."

"Lucu," ucap Aszlee. "Ayo, tidur sayang. Abang ngantuk."

"Iya, sebentar lagi abang ku sayang."

"Kamu panggil abang apa?" tanya Aszlee.

"Abang ku sayang."

Aszlee tersenyum, ia sangat menyukai panggilan dari Zahira.

"Abang suka sama panggilan itu."

"Ya udah, abang ku sayang tidur sekarang ya."

"Ayo," ajak Aszlee.

"Sebentar dulu abang sayang."

"Mau sekarang," rengek Aszlee.

"Dikit lagi, bang."

Aszlee melepaskan pelukannya, ia berjongkok di bawah dan mendongak ke atas. Kedua telapak tangannya ia letakkan di bagian wajahnya.

"Ayo, sayang. Tidur sekarang."

"Berdiri, bang. Ngapain di situ."

"Ayo, cepat!"

"Sebentar," ujar Zahira.

"Sayang."

"Iya, bang iya. Dikit lagi ini."

"Sayang." kini laki-laki itu malah duduk di lantai.

"Jangan duduk abang. Kotor!"

"Cepetan, sayang!" Aszlee menarik-narik kecil baju wanita itu.

Zahira menghembuskan nafasnya dengan perlahan, ia menyukai sikap manja dari suaminya itu. Tapi di sisi lain ia malah merasa terganggu.
Setelah selesai mencuci semua piring kotor. Zahira menatap suaminya dengan sangat lekat. Ia pun membawa laki-laki itu untuk kembali berdiri.

"Ngantuk?" tanyanya.

Tidak ada jawab dari pria itu, tetapi dia menganggukkan kepalanya.

"Lucu banget sih ... Ayo, tidur."

"Tidurin abang ya ...,"

"Iya, iya ... Nanti Aira tidurkan."

"Bukan tidurkan sayang. Tapi tidurin."

"Abang jangan nakal ya,"

"Sama istri sendiri kok," timpal Aszlee.

Kini keduanya sudah berada di dalam kamar. Aszlee berdiri melihat istrinya yang sedang menyiapkan tempat untuk tidur.

"Tidur di bawah lagi sayang?"

"Iya ... Kenapa? Takut sakit badan?" tanya Zahira. "Nanti kalau sakit badan, Aira pijitin lagi."

"Di sofa aja sayang."

"Sempit abang."

"Enggak apa-apa. Biar bisa pelukan."

"Di sini juga bisa pelukan. Gak harus di sofa."

"Abang maunya di sana," Aszlee menunjuk kearah sofa.

Wanita itu kembali mengambil sprei yang sudah ia siapkan. Ia mengembangkan sprei itu di dekat sofa tersebut.

"Abang tidur di sofa, Aira di bawah."

"Kok gitu sih. Abang maunya kita di sofa."

"Gak muat," celoteh Zahira.

"Muat sayang."

"Enggak, abang."

"Makanya kita coba dulu. Pasti muat deh."

"Kalau gak muat jangan di paksa bang," ucap Zahira.

"Iya sayang," sahut Aszlee.

Keduanya langsung berbaring di sofa, Aszlee membiarkan gadis itu untuk berada di sandaran sofa supaya Zahira tidak jatuh. Sedangkan ia berada di pinggir sofa.

"Udah di bilang sempit malah maksa."

"Tapi abang suka," ucap Aszlee.

"Aira di bawah aja, bang. Sempit tau."

"Enggak mau Aira. Abang maunya gini."

"Sempit abang."

Aszlee merenggangkan rangkulannya pada pinggang wanita itu.

"Ya udah, turun sana."

"Malah ngambek," lirih Zahira.

"Turun sana. Tadi katanya mau di bawah."

"Iya, iya ... Aira gak jadi ke bawah."

"Turun aja sana. Gak usah deket-deket sama abang."

Zahira mengelus wajah suaminya. "Abang ku sayang, Aira gak akan turun kok. Abang tidur ya."

"Beneran?"

"Iya ..."

"Tapi tadi katanya sempit. Berarti kamu terpaksa dong tidur di sofa ini."

"Enggak abang." Zahira terkekeh geli melihat kelakuan suaminya itu.

"Terus tadi."

"Iya, iya! Enggak sempit. Muat kok," ucap wanita itu menampilkan senyuman manisnya.

Aszlee segera memeluk istrinya, ia sangat nyaman dengan posisi mereka tersebut. Suasana mulai hening tidak ada lagi percakapan di antara keduanya.

Benar saja, pria itu memang sudah mengantuk hingga ia lebih dulu tertidur dari pada Zahira. Wanita itu sangat senang melihat sikap Aszlee tersebut. Ia berharap jika pria itu akan selalu seperti itu saat mereka sedang berdua.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Instagram :
@pangerannaga49
@siabangnaga

Twitter :
@pangeran_naga4

Tiktok :
@marzansinaga

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 626 30
Agnesia Anella adalah gadis yang cantik, periang , memiliki bola mata biru, pandai, dan suka menulis itu . telah menikah dengan seorang guru yang sam...
2.2M 112K 51
DILARANG PLAGIAT ⚠ assalamualaikum. ini cerita pertama aku .maaf ya kalo ada kesalahan dalam katanya. alur yang gk nyambung. tolong dimaklumi. CERIT...
25.6K 1K 16
Berkisah ttg seorang gadis blak"kan yang ingin mengubah sikap nya menjadi lebih baik,yang berharap seorang pemuda yang baik dan sholeh untuk mengkhit...
11K 667 33
Ini bukan kisah tentang anak gang motor dengan gadis polos. Bukan kisah seorang Gus yang di jodohkan dengan Ning yang sholehah. Kisah ini untuk Deva...