Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]

By pangeran_naga

373K 30.3K 1.6K

⚠️ Follow sebelum baca, tinggalkan jejak jari sebelum pergi. ⚠️ Judul awal : Aszlee Love Zahira Blurb: "Abang... More

Bagian 01
Bagian 02
Bagian 03
Bagian 05
Bagian 06
Bagian 07
Bagian 08
Bagian 09
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57

Bagian 04

10.3K 927 23
By pangeran_naga

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

[Aszlee Love Zahira]

Malam hari pun tiba, Aszlee dan ibunya sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Nita, calon mertua dari anak prianya itu. Terlihat Dara dan Hady sedang duduk santai di ruang tamu sambil menyaksikan acara televisi.

Dara bingung melihat ibu dan adiknya itu tidak keluar dari dalam kamar. Saat dia hendak beranjak, Astrid dan Aszlee pun menghampiri mereka. Ia penasaran saat Astrid mengenakan pakaian sangat rapi di malam hari.

"Dara, Hady. Bunda mau pergi dulu ya."

"Mau kemana bunda?" tanya Dara.

"Ada urusan sebentar."

"Bunda sama, As?" tanya Hady.

"Iya ... Bunda gak lama kok, sebentar aja," ucapnya.

"Ya udah. Bunda hati-hati ya," ucap Dara.

"Cuma bunda?" tanya Aszlee. "As, enggak?"

"Mulai nih," lirih Hady.

"Kamu ya, suka banget buat kakak kamu emosi," celoteh Astrid.

Pria itu hanya tertawa kecil saja, sedangkan Dara sudah menatapnya dengan sinis. Keduanya langsung berlalu pergi ke suatu tempat.

Laki-laki itu sama sekali tidak mengetahui kemana Astrid mengajaknya untuk pergi. Dia hanya mengikuti arah jalan yang di tunjuk oleh wanita paruh baya itu.

***

Tibalah saatnya mereka sampai di sebuah rumah yang besar. Aszlee turun dari dalam mobil setelah di ajak oleh wanita itu. Ia sangat bingung karena dia benar-benar tidak tau siapa pemilik rumah tersebut.

"Ini rumah siapa bunda?" tanya Aszlee.

"Udah, ikut aja."

Tok! Tok! Tok!

Astrid segera mengetuk pintu rumah tersebut. Dia tersenyum menatap anak laki-lakinya itu. Aszlee masih memperhatikan rumah itu, ia masih bingung siapa pemilik rumah tersebut.

Pria itu bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Astrid membawanya ke tempat itu?

"Assalamualaikum ..."

Tok! Tok! Tok!

"Waalaikumsalam ..."

Ceklek!

Pintu rumah telah terbuka menampakkan seorang perempuan paruh baya sedang berdiri menatap keduanya. Tidak lupa juga ia melemparkan senyuman simpul kepada tamunya itu.

"Eh, mbak Astrid! Ayo, masuk!" ajak Nita, si tuan rumah.

"Salim dulu," ucap Astrid kepada anaknya.

Aszlee mengikuti perkataan bundanya, ia meraih tangan wanita tersebut dan mencium punggung tangan perempuan paruh baya itu dan mereka segera masuk ke dalam.

Saat melihat ada tamu yang datang, Zahira langsung mengambil bantal untuk menutupi wajahnya sehingga kepalanya tidak terlihat oleh orang lain. Gadis itu segera berlalu pergi masu ke dalam kamar.

Sebelum Aszlee duduk ia bersalaman dengan pria dewasa suami dari Nita. Pria itu langsung menyusul ibunya duduk setelah di persilahkan oleh Nita.

"Itu yang lari Aira?" tanya Astrid.

"Iya ... Dia gak pake jilbab tadi. Makanya dia lari," ungkap Nita.

Aszlee baru sadar, jika ibunya itu membawanya ke rumah calon istrinya saat ia mendengar nama perempuan tadi.

Di sisi lain ia juga bangga mendapatkan istri seperti Zahira. Ia senang ketika Zahira berlari ke dalam kamar karena wanita itu sedang mencoba menutup auratnya.

"Ini Aszlee ya?" tanya Nita.

"Iya, tante."

Wanita paruh baya itu tersenyum simpul. Senang rasanya bisa berkenalan langsung dengan calon menantunya.

"Jadi kamu orang yang akan menjadi suami anak saya?" tanya Hendro.

Pria paruh baya itu masih merasa heran, calon menantunya ternyata anak dari teman rekan kerjanya.

"Iya, om."

Hendro sering berkunjung ke perusahaan Ferry, itu sebabnya ia mengenali Aszlee. Begitu juga sebaliknya, Aszlee sedikit heran saat ia bersalaman dengan Hendro.

Saat mereka sedang mengobrol, Zahira pun duduk di samping ibunya. Kini ia sudah memakai jilbabnya.

"Bunda," sapa nya kepada Astrid.

"Iya ... Bunda ke sini mau temuin As sama orang tua kamu," ucap Astrid. "Kamu udah bilang soal yang tadi 'kan?"

"Udah bunda. Mama sama papa setuju kok," jawab gadis itu.

"Buatin minum dong ... Nanti calon suami kamu malah kehausan," gumam Nita.

Aszlee tersenyum malu, ia masih belum percaya bahwa dirinya sudah menjadi calon suami orang. Gadis itu tersenyum simpul, ia segera beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.

"Kamu udah yakin mau nikah sama anak om?" tanya Hendro.

"Insha'allah saya yakin om. Pilihan bunda pasti yang terbaik," jawab pria itu.

"Apa mbak Astrid udah membicarakan ini sama mas Ferry?" tanya Nita.

"Belum ... Tapi saya yakin dia setuju kok."

Mereka semua tersenyum setelah mendengar perkataan dari Astrid.

"Sebelumnya kamu udah pernah kenal sama anak om?" tanya Hendro.

Pria itu menggeleng pelan. "Belum," ucapnya dan di akhiri senyuman.

"Terus kenapa kamu yakin menikah sama dia?"

"Zahira di pilih oleh bunda saya om. Mustahil jika bunda memberikan keburukan kepada anaknya," ucap Aszlee. "Saya yakin Zahira adalah pilihan terbaik dari bunda saya."

"Om senang mendengar ucapan kamu ... Kami berdua sangat berharap, kalau kamu benar-benar akan menjaga Zahira," ucap Hendro.

"Sebisa mungkin amanah dari om akan saya turuti."

Nita dan Hendro sangat menyukai sikap santun dari calon menantu mereka. Mereka yakin bahwa Aszlee adalah pria yang baik, terlihat dari cara dia berbicara dengan orang dewasa. Apalagi Hendro sudah lama mengenal Aszlee.

Kedua belah pihak keluarga langsung membicarakan soal pernikahan yang akan segera dilaksanakan. Mereka tidak mau berlama-lama lagi, lebih cepat lebih baik.

Beberapa menit kemudian, Zahira datang dengan membawakan minuman dan cemilan kepada kedua tamu itu.

"Terimakasih ...," ucap Aszlee saat Zahira meletakkan minuman itu di depannya.

"Sama-sama, bang," sahut wanita itu.

"Ini buat bunda."

"Terimakasih, sayang."

Zahira kembali duduk di samping ibunya. Sesekali Aszlee mencuri-curi pandang terhadap Zahira. Entah kenapa wanita itu sangat cantik malam ini, ia malah tidak sabar untuk segera menikah.

Merasa tidak enak karena Aszlee terus menatapnya, Zahira pun pamit undur diri.

"Mmm ... Kalau gitu Aira ke kamar ya."

"Enggak duduk di sini?" tanya Nita.

Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Ia pun langsung bergegas pergi. Aszlee tersenyum, ia yakin bahwa perginya Zahira karena merasa malu dengan adanya dia.

"Mungkin dia malu kali. Ada calon suaminya di sini," kata Hendro.

Nita dan Astrid tersenyum simpul setelah mendengar perkataan dari pria paruh baya itu.

Zahira tidak ikut duduk bersama orangtuanya dan juga calon keluarga barunya. Ia lebih memilih untuk pergi ke kamar karena itu mungkin lebih baik dibandingkan harus bertatapan dengan Aszlee, calon suaminya.

Setelah lumayan lama berbincang, akhirnya pernikahan antara Zahira dan Aszlee akan di langsung secepat mungkin. Karena kedua dari keluarga mereka tidak mau adanya timbul fitnah.

"Ya sudah, kalau begitu kami pulang dulu ya," ucap Astrid. "Nanti untuk persiapannya akan kami urus."

"Akhirnya kita besanan juga," ujar Nita menatap kearah Astrid.

Astrid dan Aszlee langsung pamit pulang dari kediaman Zahira Mariska. Aszlee masih tidak menyangka jika dia akan segera menikah dengan perempuan pilihan bundanya.

***

Setelah lamanya di perjalanan, kini mereka sampai di rumah. Astrid duduk bersama anak dan menantunya di ruang tamu. Sedangkan Aszlee segera beralih pergi masuk ke dalam kamarnya.

"Dari mana sih bunda?" tanya Dara, mulai penasaran.

"Ada urusan sedikit," jawab Astrid.

Aszlee keluar dari kamar, di tangannya sudah ada laptop dan ia segera duduk bersama keluarganya. Kini mereka sedang bersantai di sofa ruang tamu.

Seperti biasa, Aszlee akan fokus kepada laptopnya di saat ada waktu luang seperti itu. Walaupun malam hari, ia akan tetap bekerja semaksimal mungkin untuk menyukseskan perusahaan ayahnya.

"Gimana sama Zahira tadi?" tanya Astrid.

"Baik-baik aja kok bunda."

"Kamu gak apa-apa 'kan kalau menikah sama dia?" tanya Astrid.

"Tidak ada seorang ibu yang mau menjerumuskan anaknya. Dan As percaya sama jodoh pilihan bunda," ucapnya tersenyum kepada wanita itu.

"As, udah punya calon?" tanya Dara.

"Udah dong ... Sebentar lagi As bakalan nikah, dan kakak gak bisa ejek As lagi."

Pria itu menjulurkan lidahnya kearah Dara.

Karena merasa kesal, wanita itu pun melemparkan bantal sofa kepada adik laki-lakinya itu.

"Enggak kena!" ucapnya.

"Gak siang gak malam. Ribut aja sama As, kayak anak kecil kamu."

"Dia duluan, mas! Ngeselin tau."

"Sabar banget ya bang Hady menghadapi kakak," ucap Aszlee.

"Bunda!" adu Dara.

"Udah ahhh, dari pagi sampai malam kalian ribut terus," ucap Astrid.

"Siapa perempuan yang jadi calon istrinya si kecil ini?" tanya Dara.

"Anak mbak Nita," jelas Astrid.

"Aira ... Zahira Mariska, si cantik berhijab itu?" tanya Dara.

"Iya dong ... Lihat dulu calon suaminya ganteng gini, jadi wajar dapat istri yang cantik," sambung Aszlee.

"As, kamu beruntung tau. Zahira orangnya baik, sopan, cantik, berhijab lagi," ucap Dara.

"Seperti yang As bilang tadi, kak. As, aja ganteng, baik, pekerjaan keras. Wajar dapat istri seperti Zara."

"Diiih ... Pede banget si, As," gumam Dara.

"Bau-bau mau bertengkar lagi nih," ucap Hady menatap istrinya itu.

"Enggak, mas!"

"Hahaha ..."

Aszlee tertawa lepas melihat ekspresi dari kakaknya itu.

"Takut 'kan sama suami," ucapnya dan beranjak dari tempat duduknya.

"Aszlee!" teriak Dara.

Pria itu langsung berlari menuju kamarnya. Sedangkan Astrid dan Hady menutup telinga karena tidak tahan mendengar suara teriakkan dari wanita itu.

Dara pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengejar adiknya itu.

"Kamu mau kemana?" tanya Hady.

"Sialan itu bocah!"

Dara segera menepis tangan suaminya saat Hady hendak menahannya. Ia langsung berlari menuju kamar Aszlee.

"Aszlee Sansekerta!" teriaknya lagi.

Astrid menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia pun beranjak dari sofa.

"Bunda udah ngantuk. Kamu urus itu istri kamu," ucapnya dan berlalu pergi.

Tok! Tok! Tok!

"Buka As, kakak pukul kamu ya."

Dara merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Saat dia menoleh ternyata itu adalah suaminya.

"Udah jangan di lanjutin lagi."

"Dia ngeselin, bikin aku emosi tau."

"Mau gak emosi lagi ... Kamu layani mas sekarang," ucap Hady.

"Bentar dulu, mas! Aku masih emosi nih."

Dara melipat lengan bajunya. Dia kembali mengetuk pintu kamar pria itu.

Tok! Tok! Tok!

Karena tidak ada cara lain lagi. Hady pun menggendong istrinya itu ala bridal style.

"Lah, kok di gendong."

"Jangan emosi lagi. Kamu lakukan kewajiban kamu dulu biar gak marah-marah lagi."

Hady segera membawa istrinya itu ke dalam kamar. Ia langsung meminta haknya sebagai seorang suami pada malam itu juga. Dengan senang hati wanita itu melayani Hady walaupun dia masih ingat memukul adik prianya tadi, karena ia masih merasa kesal dengan ejekan dari Aszlee.

[Aszlee Love Zahira]

- BERSAMBUNG -

Continue Reading

You'll Also Like

7K 655 28
FOLLOW SEBELUM BACA "Huwaaaaa gue gak mau pacaran sama kudanil nyebelin" Syifa. "Syif gue sayang sama lo...lo mau gak jadi pacar gue?" Arfan. JANGAN...
4.4K 378 40
{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!} Aily Nadheera Alzena. Seorang gadis berparas cantik dan baik,namun sedikit toxic. Aily adalah gadis yang pintar namun jaran...
Ikatan Chaenta By iKAN

General Fiction

33K 4.7K 31
⛔Warning⛔ Cerita ini mengandung butiran debu yang membuat sesak, bawang yang membuat mata perih, dan zat adiktif bercandu. "Senyata apapun perasaan...
1.1M 52.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...