follow akun ini guys itung-itung uang parkir hehe
••••
Senyum terbit di wajah Evelyn, rambut palsunya terombang-ambing terkena angin pagi yang sejuk. Senang sekali, ia akhirnya bisa menghirup udara luar.
"Evelyn?" panggil seseorang dibelakang
Merasa dipanggil Evelyn menoleh, betapa terkejutnya dirinya melihat sosok Daniel berdiri dibelakangnya. Ia hendak berlari namun, Daniel menarik lengannya terlebih dahulu.
"Lepas" ucap Evelyn, manik coklat milik Evelyn menatap dingin manik hitam milik Daniel
"Lo kemana aja? gue sama papa selama ini nyari lo" Daniel menggenggam erat kedua tangan adiknya
Evelyn tersenyum sinis,"Sorry, lo salah orang gue yatim piatu dan gue anak tunggal"
Daniel menatap raut wajah Evelyn yang tengah menatapnya jijik, wajar jika Evelyn akan bersikap seperti ini terhadapnya, mengingat kelakuannya dulu yang bejat
"Maaf de" lirih Daniel
De adalah panggilan Daniel kepada Evelyn, tapi itu dulu 4 tahun yang lalu sebelum Daniel ikut serta membencinya seperti sang papa, "Lebih baik anda pergi, sebelum saya berteriak" titah Evelyn
Daniel menggeleng cepat, ia tidak mau pergi dirinya ingin bersama dengan Evelyn lebih lama. Keningnya mengerut heran karena terlalu senang melihat keberadaan Evelyn ia sampai tidak memperhatikan pakaian yang dipakai adiknya, "De kok kamu pake baju rumah sakit?" tanya Daniel
Evelyn langsung gelagapan, oh tidak dirinya belum siap jika Daniel tau mengenai penyakitnya, walaupun ia tidak menjawab pasti Daniel akan mencari tahunya sendiri dengan kekuasaannya.
"Stop campurin urusan saya, lebih baik anda pergi. PERGI!"
Daniel menatap sekililingnya, beberapa orang menatapnya sinis sambil berbisik-bisik. Tak ingin membawa keributan lebih baik ia pergi tapi dilain sisi ia tidak ingin pergi.
"Maafin kakak dek, maafin papah juga. Kami menyalahkanmu atas kepergian bunda maaf" ucap Daniel dan beranjak meninggalkan Evelyn.
Evelyn tersenyum getir melihat kepergian Daniel, jadi mereka sudah tau kalau bundanya mendonorkan tulang sumsumnya kepada dirinya? tapi kenapa tidak murka dan marah? seharusnya begitu bukan, apa ada sesuatu lain yang membuat Calvin dan Daniel menyesal? Rentetan pertanyaan menari-nari dikepalanya.
Mata Evelyn terus memandang kepergian Daniel, ia melirik kesamping kanannya matanya memicing melihat gelagat aneh dari seseorang tersebut. Pupilnya membesar melihat bergantian orang asing itu dan Daniel. Entah dorongan darimana Evelyn berlari kencang menghampiri Daniel.
Daniel hendak terhuyung ke belakang kala Evelyn memeluknya dengan erat, senyum terbit di bibirnya melihat sang adik tiba-tiba memeluknya tak butuh 3 menit senyum yang semula melengkung keatas pudar begitu saja ketika melihat Vicky yang tengah tersenyum smirk kearahnya. Pandangan Daniel beralih ke Evelyn, pelukan yang semula mengerat kini mengendur dengan sigap Daniel menahan tubuh Evelyn agar tidak jatuh. Mata Daniel memanas melihat bercak darah dari arah perut Evelyn.
"Evelyn" Daniel memanggil nama sang adik agar terjaga dan tidak pingsan
Evelyn melindunginya, ia yang seharusnya tertusuk pisau itu bukan Evelyn. Air mata Daniel meluruh, ia berusaha menghentikan pendarahan di perut Evelyn.
"Evelyn, tolong bertahan jangan pejamkan matamu. Lihat kakak dek"
Daniel berteriak memanggil bodyguardnya, ia sudah tau papahnya memberi pengamanan ekstra, dirinya tidak sengaja mendengar ucapan Calvin dan sekertarisnya kala itu.
Evelyn masih bertahan, mata sayunya menatap wajah Daniel yang berlinang air mata.
"Dulu bunda melindungi Eve, sekarang Evelyn yang melindungi kakak"
"Stop, jangan banyak bicara dek. Tolong bertahan kakak mohon, kakak sama papa belum bisa membahagiakan kamu"
Daniel membopong Evelyn ala bridal style, sedangkan bodyguardnya mengikuti dari belakang.
"Lo apain Evelyn anjing!"
"Minggir brengsek"
Daniel menyuruh para bodyguardnya untuk menyingkirkan Orlando yang tengah menghalangi jalannya. Ia kembali berlari ke rumah sakit sedangkan Orlando ikut serta berlari dibelakangnya.
"SUSTER!" Teriakan Daniel menggelagar di UGD, beberapa perawat tergopoh-gopoh menghampiri Daniel sambil mendorong brankar.
Evelyn masih sedikit sadar walaupun matanya berat sekali, ia berusaha untuk menjaga kesadarannya seperti yang diintruksikan Daniel.
"Evelyn dengerin kakak, kamu harus bertahan apapun yang terjadi, promise?"
Lagi-lagi Evelyn hanya tersenyum kecil, dirinya tidak mau membuat harapan kepada sang kakak.
Orlando mencengkal tangan Daniel, kilatan merah tercetak jelas dimata zamrud milik Orlando, "Kenapa dia bisa tertusuk brengsek!"
"Gue ga tau, papah gue punya musuh dan musuh papah gue ngincar gue. Evelyn berusaha melindungi gue" Daniel terduduk lemas di lantai UGD
"BRENGSEK!"
Bugh
Bugh
Orlando meninju wajah Daniel, tidak ada perlawanan dari Daniel. Bodyguard Daniel ingin membantu namun dicegah oleh Daniel.
"Pukul gue, pukul gue sampai mati biar gue bisa menebus dosa gue ke Evelyn"
Orlando tersenyum miring, dengan senang hati ia akan meninju wajah Daniel. Walaupun Daniel mengatasnamakan untuk menebus dosanya ke Evelyn ia tidak peduli yang penting rasa sakit Evelyn bisa ia balaskan.
Para perawat dan dokter yang di UGD hanya terdiam menyaksikan pergulatan antara Daniel dan Orlando, Daniel sudah terkulai lemas.
"APA YANG KAMU LAKUKAN BODOH!" Jeslyn datang tepat waktu, dengan cepat ia menarik lengan Orlando memisahkan mereka.
"Lo mau bunuh dia hahk?!" teriak Jeslyn sambil menunjuk Daniel.
Orlando menggidikan bahunya acuh "Dianya sendiri yang mau gue bunuh"
Jeslyn meraup wajahnya kasar, "Dimana Evelyn?" Jeslyn tidak menemukan batang hidung Evelyn ditengah-tengah keramaian ini.
"Dia tertusuk" rintih Daniel
Mata Jeslyn langsung membulat sempurna mendengar pernyataan yang dilontarkan Daniel. Ia langsung menghampiri Daniel dengan wajah marahnya, "Lo apain dia lagi?! belum cukup selama ini lo sama bokap lo nyiksa Evelyn?!"
Daniel tersenyum pias, "Bokap gue punya musuh dan musuhnya mentargetkan gue sebagai korban selanjutnya setelah nyokap gue"
Jeslyn mengerutkan keningnya, "Maksud lo apa?"
"Maaf menyela, itu lebih baik diobatin dulu takutnya infeksi" ucap dokter yang sedari tadi diam saja
Jeslyn hanya mengangguk, ia menghampiri Orlando yang tengah memejamkan matanya, "Ayo" Jeslyn menarik lengan Orlando agar pergi dari UGD dan ketempat Evelyn berada.
•••••
"Bagaimana bang?" tanya Jeslyn ke Andi,
Dokter Andi menghela nafas berat, ia menatap bergantian raut wajah Jeslyn dan Orlando.
"Kembali koma dan sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh Evelyn" ucapnya
Jeslyn limbung kebawah sedangkan Orlando hanya diam sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Dokter Andi menatap sedih Jeslyn yang tengah menangis tersedu-sedu para suster berusaha menenangkan Jeslyn. Pandangan Dokter Andi beralih ke Orlando yang tengah menutup wajahnya, dirinya tau Orlando juga menangis tapi berusaha untuk menutupinya.
"Ada apa ini" suara milik Daniel menghentikan tangisan Jeslyn.
"Anda siapa?" tanya dokter Andi
"Daniel Sturridge Hirata" ucapnya penuh penekanan
Oh jadi ini kakak sulung Evelyn, Andi tersenyum kecil kearah Daniel.
"Lo kenapa kesini hah?" Jeslyn berdiri dari posisi duduknya, ia mendorong kuat tubuh Daniel.
"Gue kakak Evelyn, dan gue pantas tau keadaan Evelyn"
Jeslyn tertawa keras mendengar pernyataan yang dilontarkan Daniel, "Baru sekarang mengaku kakak, dulu-dulu kemana aja lo anjing"
"Jeslyn stop!" Ucap dokter Andi
"Gak mau bang, dia sama bokapnya yang menyakiti Evelyn" Jeslyn masih keukeh untuk mengusir Daniel dari ruangannya.
"Saya tau Jess, dia sudah berhak tau semuanya sekarang"
Jeslyn menatap nanar wajah Dokter Andi, ia menggeleng dengan cepat, "NO! buat apa bang"
"Apa yang perlu Daniel tahu?" suara bariton itu membuat dokter Andi dan Jeslyn berhenti berdebat
"Argh sorry, saya Calvin dan ini istri saya Hani" ucapnya
Dokter Andi tersenyum kecil melihat kedatangan keluarga Evelyn, walaupun sedikit terpaksa dan juga mengingat apa yang dilakukannya terhadap Evelyn membuatnya naik pitam namun, dirinya harus meredakan emosinya dan menarik sudut bibirnya agar melengkung keatas.
"Oh jadi and--" belum sempat Jeslyn melanjutkan kata-katanya Orlando membungkam terlebih dahulu mulut Jeslyn dengan tangannya.
Calvin memicingkan matanya melihat Daniel, putranya itu telah menceritakan semuanya ditelfon.
"Bagaimana keadaan Evelyn?" ucap Hani
"Dia koma lagi"
Daniel dan Calvin membulatkan matanya kaget sedangkan Hani sudah menangis.
"Maksud dari kata lagi apa dok?" kini giliran Calvin yang bertanya.
"Hampir 2 Minggu Evelyn koma dan baru-baru ini siuman"
Daniel mengerutkan keningnya, "Koma kenapa dok?"
"Bang jangan, please Evelyn juga pasti gak mau mereka tau" Jeslyn menggelengkan kepalanya.
"Apa yang Evelyn rahasiakan terhadap kami?" tanya Calvin
Dokter Andi menatap sekilas Jeslyn, "Mereka keluarga Eve dan mereka juga perlu tau" lirihnya kepada Jeslyn.
"Evelyn terkena leukimia stadium akhir"
"APAA?" Calvin dan Daniel kompak berteriak kaget
"Anda pasti berbohong kan" Daniel berusaha menyangkal omongan dokter Andi.
"Saya tidak berbohong, Evelyn merupakan pasien saya sejak beberapa bulan yang lalu"
"Kemoterapi, lakukan kemoterapi dok" Ucap Hani
"Sudah kami lakukan tapi tidak ada hasilnya dan sekarang sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh Evelyn"
Calvin mencengkeram erat jas dokter milik dokter Andi, "Anda dokter bukan? kenapa tidak bisa menyembuhkannya hahk?!"
"Saya bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan, saya sudah berusaha semaksimal mungkin mulai dari kemoterapi, obat-obatan yang bagus. Kita doakan saja semoga Evelyn mampu melewati masa-masa kritis nya" Dokter Andi menghempaskan tangan Calvin yang mencengkramnya
Calvin terkulai lemas dan menundukkan tubuhnya, ia teringat ucapan Margareth dulu.
Flashback on
"Jika kamu tidak menyayangi putriku, maka aku akan membawanya pergi jauh dari hadapanmu sampai kamu tidak akan pernah bisa menemukannya lagi" ucap Margareth sambil memeluk tubuh Evelyn kecil yang tengah menggigil
Flashback off